Kisah Pangeran Diponegoro Tak Berdaya Lihat Harta Benda Keraton Yogyakarta Dijarah Tentara Inggris

Selasa, 26 Desember 2023 - 06:05 WIB
loading...
Kisah Pangeran Diponegoro...
Pangeran Diponegoro tak bisa berbuat banyak ketika penjarahan besar-besaran melanda Keraton Yogyakarta. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
Pangeran Diponegoro tak bisa berbuat banyak ketika penjarahan besar-besaran melanda Keraton Yogyakarta. Sebagai keturunan Sultan Yogya, Diponegoro tak berkuasa ketika tentara Inggris masuk istana merongrong harta benda kesultanan.

Penjarahan ini dilakukan oleh tentara Inggris semasa di bawah tentara Gillespie. Hal ini membuat kekayaan istana Yogyakarta pun raib seketika karena dibawa kabur.

Barang jarahan itu konon menjadi penghasilan tambahan para opsir di Perusahaan Dagang India Timur (East India Company). Gubernur Jenderal Raffles pun dibuat terkejut oleh peristiwa ini. Sebab diperkirakan sejumlah harta benda seperti uang sebesar 800 ribu dolar Spanyol atau sekitar 50 juta dolar AS atau mencapai Rp 732.182.500.000 raib.

Gillespie sendiri mengambil untuk dirinya sendiri sebesar 74 ribu dolar Spanyol atau sebesar 4,75 juta dolar AS atau diperkirakan senilai Rp70.028.300.000, sebagaimana dikutip dari "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro: 1785-1855".



Sisanya uang itu dikirim ke Benggala sehingga anggota pasukannya dapat mengirim wesel untuk keluarga-keluarga mereka di India. Menurut Babad jatuhnya Yogyakarta, bala tentara Inggris dan Sepoy terlalu besar kasar dalam melaksanakan tugas mereka.

Para pangeran dan pejabat senior keraton dipaksa untuk menyerahkan keris mereka yang dihiasi batu-batu permata. Bahkan Keputren istana juga digeledah untuk dicari perhiasannya. Pangeran Diponegoro pun tak bisa berbuat banyak dengan apa yang terjadi di istana, karena memang ia tinggal di luar istana.

Beruntung tidak ada insiden perkosaan terhadap perempuan-perempuan di keraton seperti halnya yang terjadi saat jatuhnya Plered dan Kartasura. Namun kekerasan tetaplah terjadi, satu-satunya perwira Inggris bahkan tewas dalam serangan itu. Ia menerima tusukan mematikan dari seorang perempuan di istana, yang secara kasar ingin dia boyong sebagai barang rampasan.

Penjarahan habis-habisan atas Keraton Yogya berlangsung empat hari penuh. Babad jatuhnya Yogya menggambarkan adanya arus barang-barang jarahan yang tiada henti diangkut ke kediaman Residen dengan pedati dan kuli-kuli panggul.

Tak hanya itu berset-set perangkat wayang kulit, alat musik gamelan-gamelan keraton dan arsip-arsip turut diangkut pergi. Di antara barang-barang terakhir yang diangkut termasuk catatan-catatan akta tanah dan naskah-naskah berharga milik keraton, kecuali satu kitab suci umat islam Alquran yang dihiasi kaligrafi dengan indah dibiarkan tetap tinggal. Hal ini karena dianggap itu bukan bagian dari budaya Hindu Buddha Jawa yang adiluhung.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2911 seconds (0.1#10.140)