Kisah Ratu Majapahit Perintahkan Gajah Mada Tumpas Pemberontakan Sadeng Kembar
loading...
A
A
A
Friksi internal terjadi ketika Tribhuwana Tunggadewi berkuasa di Kerajaan Majapahit. Saat itu dua panglima perang Majapahit yakni Sadeng Kembar dan Gajah Mada, berebut untuk saling menghalau serangan lawan.
Kebetulan saat itu Tribhuwana Tunggadewi memang masih belum berpengalaman mengatasi konflik internal, karena baru menjabat beberapa waktu. Hal ini memunculkan Pemberontakan Sadeng yang terjadi pada tahun 1221.
Ketika itu Sadeng yang berada di bawah kekuasaan Majapahit terang - terangan menentang sang ratu Tribhuwana Tunggadewi. Sadeng negeri bawahan Majapahit di pesisir selatan mengumumkan tak mau lagi membayar upeti kepada pemerintah pusat.
Earl Drake dalam “Gayatri Rajapatni: Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit” mengisahkan bagaimana Gajah Mada pun segera berangkat bersama pasukannya ke Sadeng, guna menunjukkan betapa penolakan sepihak terhadap kewajiban sebuah negeri tak bisa dibiarkan.
Sebagai panglima militer di Kerajaan Majapahit, Gajah Mada telah menyiapkan dua strategi secara perundingan dan berperang, untuk menaklukkan Sadeng.Di sisi lain ternyata Sadeng Kembar, seorang bangsawan senior yang ingin menjilat ratu.
Ternyata sudah mengepung kota dalam waktu singkat. Laporan perjumpaan antara Gajah Mada dan Kembar di jalan amat mengusik hati. Dilaporkan pasukan Gajah Mada bertemu dengan Kembar, yang tengah berdiri di atas sebatang pohon tumbang di hutan.
Seolah mengendarai kuda, ia berayun dan mengacungkan cambuknya.
Pasukan Gajah Mada pun bertanya-tanya mengapa Kembar telah lebih dahulu menyerang pasukan Sadeng tanpa berkoordinasi dan justru memberitahukan kepada Gajah Mada untuk kembali ke ibu kota, atas perintah sang ratu.
Gayatri lantas menasehati putrinya agar mengerahkan satu regu pasukan pengawal istana dan segera berangkat ke Sadeng. Sebagai seorang ratu baru, Tribhuwana harus mengambil kendali seluruh operasi tersebut dan mencegah pertarungan terbuka antara Gajah Mada dan Kembar.
Ketika pasukan Tribhuwana Tunggadewi tiba ia lantas mengerahkan segenap pasukannya dalam satu kekuatan, Sadeng pun akhirnya segera menyerah. Secara resmi kemenangan dialamatkan ke ratu dan dua panglima bawahannya.
Setelah itu Tribhuwana mengangkat Sadeng Kembar menjadi menteri keamanan dalam negeri dan Gajah Mada sebagai panglima militer tertinggi di Kerajaan Majapahit.
Di hadapan khalayak, Kembar dan Gajah Mada senantiasa bekerjasama, namun Gajah Mada tak pernah lupa tindakan mengacau dan hinaan Kembar yang diarahkan pada dirinya saat berada di Sadeng.
Kebetulan saat itu Tribhuwana Tunggadewi memang masih belum berpengalaman mengatasi konflik internal, karena baru menjabat beberapa waktu. Hal ini memunculkan Pemberontakan Sadeng yang terjadi pada tahun 1221.
Ketika itu Sadeng yang berada di bawah kekuasaan Majapahit terang - terangan menentang sang ratu Tribhuwana Tunggadewi. Sadeng negeri bawahan Majapahit di pesisir selatan mengumumkan tak mau lagi membayar upeti kepada pemerintah pusat.
Earl Drake dalam “Gayatri Rajapatni: Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit” mengisahkan bagaimana Gajah Mada pun segera berangkat bersama pasukannya ke Sadeng, guna menunjukkan betapa penolakan sepihak terhadap kewajiban sebuah negeri tak bisa dibiarkan.
Sebagai panglima militer di Kerajaan Majapahit, Gajah Mada telah menyiapkan dua strategi secara perundingan dan berperang, untuk menaklukkan Sadeng.Di sisi lain ternyata Sadeng Kembar, seorang bangsawan senior yang ingin menjilat ratu.
Ternyata sudah mengepung kota dalam waktu singkat. Laporan perjumpaan antara Gajah Mada dan Kembar di jalan amat mengusik hati. Dilaporkan pasukan Gajah Mada bertemu dengan Kembar, yang tengah berdiri di atas sebatang pohon tumbang di hutan.
Seolah mengendarai kuda, ia berayun dan mengacungkan cambuknya.
Pasukan Gajah Mada pun bertanya-tanya mengapa Kembar telah lebih dahulu menyerang pasukan Sadeng tanpa berkoordinasi dan justru memberitahukan kepada Gajah Mada untuk kembali ke ibu kota, atas perintah sang ratu.
Gayatri lantas menasehati putrinya agar mengerahkan satu regu pasukan pengawal istana dan segera berangkat ke Sadeng. Sebagai seorang ratu baru, Tribhuwana harus mengambil kendali seluruh operasi tersebut dan mencegah pertarungan terbuka antara Gajah Mada dan Kembar.
Ketika pasukan Tribhuwana Tunggadewi tiba ia lantas mengerahkan segenap pasukannya dalam satu kekuatan, Sadeng pun akhirnya segera menyerah. Secara resmi kemenangan dialamatkan ke ratu dan dua panglima bawahannya.
Setelah itu Tribhuwana mengangkat Sadeng Kembar menjadi menteri keamanan dalam negeri dan Gajah Mada sebagai panglima militer tertinggi di Kerajaan Majapahit.
Di hadapan khalayak, Kembar dan Gajah Mada senantiasa bekerjasama, namun Gajah Mada tak pernah lupa tindakan mengacau dan hinaan Kembar yang diarahkan pada dirinya saat berada di Sadeng.
(ams)