Kisah Keangkeran Hutan Lodoyo Blitar Jadi Kerajaan Harimau Siluman

Rabu, 06 Desember 2023 - 10:13 WIB
loading...
A A A
Setelah menguasai mantra mengubah diri menjadi harimau jadi-jadian, kedua orang tua itu diberi tugas menjaga bende Kiai Pradah dan wayang kesayangan Pangeran Prabu.

Pusaka gong Kiai Pradah dan wayang disimpan di sebuah tempat khusus yang diberi nama sanggar. Siapapun yang berani mencuri akan dikereg (dimangsa) oleh harimau Lodoyo.

Dalam perjalanannya, banyak orang-orang Jawa yang kaya berkepentingan dengan sanggar. Untuk mengamankan benda yang paling berharga, banyak orang Jawa kaya, yakni khususnya di sekitar Lodoyo melakukan ritual di sanggar. Mereka menyebutnya ritual nyanggarake.

Dengan ritual nyanggarake mereka meyakini benda paling berharga itu akan aman lantaran dijaga harimau Lodoyo. Mereka percaya orang-orang jahat tidak akan berani mencurinya.

“Seandainya barang berharga yang disanggarkan dicuri orang, si pencuri pasti mati karena dikereg (diterkam) harimau Lodoyo,” demikian dilansir dari Kisah Brang Wetan Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan.

Banyaknya ritual tradisi di masyarakat sekitar hutan Lodoyo membuat kawasan hutan itu semakin angker. Tidak ada yang berani mengganggu harimau di hutan Lodoyo karena takut diganggu harimau jadi-jadian.

Hal itu membuat populasi harimau di hutan Lodoyo Blitar begitu tinggi dan kabar itu terkenal seantero pulau Jawa. Populasi harimau Lodoyo perlahan menyusut setelah tradisi Rampogan Macan yang sebelumnya terpusat di Yogyakarta bergeser ke Jawa Timur, yakni berlangsung pasca tahun 1860.

Rampogan Macan kerap digelar alun-alun Blitar dan Kediri dan mengakibatkan banyak harimau yang mati dan sebagian besar berasal dari hutan Lodoyo.

Sejarawan asing Peter Boomgard dalam Death to The Tiger menyebut, turunnya angka harimau mati akibat populasinya yang merosot drastis. Sebagian diantaranya disebabkan tradisi Sima Maesa dan Rampogan Macan.

Pada periode waktu 1830-1860, rata-rata 1.250 ekor harimau mati dibunuh setiap tahunnya. Pada tahun 1900, jumlah rata rata macan yang mati dibunuh 400 ekor setiap tahun. Mulai tahun 1923 tradisi Rampogan Macan menghilang dari wilayah Blitar dan Kediri.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1687 seconds (0.1#10.140)