Berkat Program BRI, Pelaku Usaha Kopi Akar Wangi Asal Garut Semakin Tumbuh
loading...
A
A
A
JAKARTA - Klaster usaha Kopi Akar Wangi merupakan contoh nyata peran Bank BRI dalam mengembangkan usaha kopi lokal. Desa Sukalaksana menjadi titik awal program Desa BRILian yang memberikan pendampingan dan bantuan bagi para petani kopi di wilayah tersebut.
Kampung Waluran Tonggoh, Desa Sukalaksana, Kec. Samarang, Kabupaten Garut, berhasil masuk nominasi hingga menjadi juara yang membuatnya kemudian menjadi desa binaan BRI. Dari situ, peluang pemberdayaan masyarakat pun semakin terbuka lebar.
"Kalau bentuk dukungan dari BRI berupa sarana dan prasarana dalam menjalankan Klaster Usaha Kopi Akar Wangi ini. Kita mendapatkan bantuan greenhouse hingga alat-alat dari hulu sampai hilir. Dari mulai hulu itu misalnya alat-alat dari proses panen, alat pengolahan, hingga pengemasan di hilirnya, semuanya adalah bantuan dari BRI,” ungkap Adi Ahmad Nasir (32), yang merupakan sosok di balik layar klaster usaha Kopi Akar Wangi yang dikembangkan oleh masyarakat setempat, demikian seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (5/12/2023).
Selain sarana dan prasarana, mereka juga mendapatkan pelatihan serta pendampingan terkait dengan pengelolaan hingga pemasaran agar bisa menjadi klaster usaha yang mandiri.
“Kami juga sudah memiliki outlet coffee shop modern di Rest Area Parabon. Kalau dulu kita cuma bisa menjual, sekarang kita sudah punya hilirnya, sudah punya alat-alatnya, jadi kita buat coffee shop juga,” terangnya.
Selain itu, jika ada kegiatan yang digelar oleh BRI, Klaster Kopi Akar Wangi juga selalu diundang dan ditampilkan sebagai produk binaan BRI. Hal ini juga menjadi upaya memperkenalkan klaster usaha tersebut ke masyarakat yang lebih luas.
Sebagai ketua klaster, tekadnya adalah ingin selalu membawa klaster kelompok usahanya agar terus bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya.Ia bercerita tentang bagaimana awalnya ide inovatif tersebut muncul yang menjadi kekuatan utama klaster usahanya tersebut.
Awal Mula Perjalanan Kopi Akar Wangi
Pada tahun 2017, menurutnya sudah dimulai usaha pengolahan kopi akar wangi, tapi kalau idenya sudah ada sejak 2015. Namun, saat itu masih belum sebesar sekarang. Sejak mendapat bantuan dari BRI, usahanya terus meningkat.
"Kita banyak mendapatkan bantuan mulai dari pemasaran, kemasan, label halal dan label lainnya. Alhamdulillah berkat dibantu oleh BRI, kalau dulu hanya dikonsumsi sendiri atau dijual ke kedai, sekarang pemasarannya lebih berkembang,” kata Adi, dikutip dari keterangan tertulis Selasa (5/12/2023).
Klaster usaha Kopi Akar Wangi ini sendiri sudah berkembang menjadi 14 kelompok usaha. Seiring dengan berjalannya waktu, klaster usaha tersebut juga memberikan dampak positif untuk kesejahteraan masyarakat sekitar.
“Alhamdulillah banyak dampak untuk kesejahteraan kelompok. Kalau dulu hanya sedikit, sekarang sudah nambah klaster anggota kelompok," ujarnya.
Peningkatan ekonomi juga dirasakan oleh kelompok tani kopi tersebut. Dulu, mereka hanya mampu mengelola 10-50 kilogram kopi per bulan. Namun, berkat pendampingan dari Bank BRI, mereka kini mampu mengelola 1-2 kuintal kopi per bulan.
Kampung Waluran Tonggoh, Desa Sukalaksana, Kec. Samarang, Kabupaten Garut, berhasil masuk nominasi hingga menjadi juara yang membuatnya kemudian menjadi desa binaan BRI. Dari situ, peluang pemberdayaan masyarakat pun semakin terbuka lebar.
"Kalau bentuk dukungan dari BRI berupa sarana dan prasarana dalam menjalankan Klaster Usaha Kopi Akar Wangi ini. Kita mendapatkan bantuan greenhouse hingga alat-alat dari hulu sampai hilir. Dari mulai hulu itu misalnya alat-alat dari proses panen, alat pengolahan, hingga pengemasan di hilirnya, semuanya adalah bantuan dari BRI,” ungkap Adi Ahmad Nasir (32), yang merupakan sosok di balik layar klaster usaha Kopi Akar Wangi yang dikembangkan oleh masyarakat setempat, demikian seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (5/12/2023).
Selain sarana dan prasarana, mereka juga mendapatkan pelatihan serta pendampingan terkait dengan pengelolaan hingga pemasaran agar bisa menjadi klaster usaha yang mandiri.
“Kami juga sudah memiliki outlet coffee shop modern di Rest Area Parabon. Kalau dulu kita cuma bisa menjual, sekarang kita sudah punya hilirnya, sudah punya alat-alatnya, jadi kita buat coffee shop juga,” terangnya.
Selain itu, jika ada kegiatan yang digelar oleh BRI, Klaster Kopi Akar Wangi juga selalu diundang dan ditampilkan sebagai produk binaan BRI. Hal ini juga menjadi upaya memperkenalkan klaster usaha tersebut ke masyarakat yang lebih luas.
Sebagai ketua klaster, tekadnya adalah ingin selalu membawa klaster kelompok usahanya agar terus bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya.Ia bercerita tentang bagaimana awalnya ide inovatif tersebut muncul yang menjadi kekuatan utama klaster usahanya tersebut.
Awal Mula Perjalanan Kopi Akar Wangi
Pada tahun 2017, menurutnya sudah dimulai usaha pengolahan kopi akar wangi, tapi kalau idenya sudah ada sejak 2015. Namun, saat itu masih belum sebesar sekarang. Sejak mendapat bantuan dari BRI, usahanya terus meningkat.
"Kita banyak mendapatkan bantuan mulai dari pemasaran, kemasan, label halal dan label lainnya. Alhamdulillah berkat dibantu oleh BRI, kalau dulu hanya dikonsumsi sendiri atau dijual ke kedai, sekarang pemasarannya lebih berkembang,” kata Adi, dikutip dari keterangan tertulis Selasa (5/12/2023).
Klaster usaha Kopi Akar Wangi ini sendiri sudah berkembang menjadi 14 kelompok usaha. Seiring dengan berjalannya waktu, klaster usaha tersebut juga memberikan dampak positif untuk kesejahteraan masyarakat sekitar.
“Alhamdulillah banyak dampak untuk kesejahteraan kelompok. Kalau dulu hanya sedikit, sekarang sudah nambah klaster anggota kelompok," ujarnya.
Peningkatan ekonomi juga dirasakan oleh kelompok tani kopi tersebut. Dulu, mereka hanya mampu mengelola 10-50 kilogram kopi per bulan. Namun, berkat pendampingan dari Bank BRI, mereka kini mampu mengelola 1-2 kuintal kopi per bulan.
(irh)