Kisah Amangkurat III Marah Besar dan Mengebiri Adipati Ponorogo hingga Tewas

Jum'at, 01 Desember 2023 - 17:15 WIB
loading...
Kisah Amangkurat III Marah Besar dan Mengebiri Adipati Ponorogo hingga Tewas
Penguasa Mataram Amangkurat III marah besar dan mengebiri Adipati Ponorogo, Martowongso di depan putri-putrinya dan dipenggal kepalanya hingga tewas. Foto/Ilustrasi/Wikipedia
A A A
PERGOLAKAN besar pernah terjadi di Kerajaan Mataram Islam pada era kepemimpinan Susuhunan Mangkurat Mas atau yang dikenal Sunan Mas atau Amangkurat III berkuasa 1703-1708 M. Konflik keluarga ini berasal dari Pangeran Puger yang merupakan paman Amangkurat III.

Perang saudara antara paman dan keponakan demi berebut kekuasaan Keraton Mataram akhirnya tak terelakkan.



Serangan Pangeran Puger yang disokong oleh VOC Belanda berhasil membuat Raja Amangkurat III terusir dari Istana Kartasura. Banyak pasukan keraton yang menyeberang ke Pangeran Puger.

Pada 11 September 1705, Pangeran Puger menduduki Istana Kartasura dan memakai gelar Pakubuwono I (1704-1719).



“Kangjeng Sinuhun (Susuhunan Mangkurat Mas atau Amangkurat III) melarikan diri dari kerajaan ke Ponorogo (Jawa Timur),” demikian dikutip dari buku Kisah Brang Wetan, Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan (2021).

Amangkurat III yang bernama kecil Raden Mas Sutikna merupakan satu-satunya putra Amangkurat II. Sedari kecil ia dijuluki Pangeran Kencet lantaran menderita sakit di bagian tumit.


Naiknya Raden Mas Sutikna menempati tahta ayahnya, yakni Amangkurat II setelah tutup usia (1703), tidak berjalan mulus. Kenaikan Amangkurat III diiringi sikap pro dan kontra di lingkungan dalam Keraton Mataram.

Sejumlah pihak menginginkan Pangeran Puger yang menggantikan Amangkurat II mengingat ia adalah adik kandung Amangkurat II. Selain itu, konon Pangeran Puger lah yang telah mendapat restu melanjutkan kekuasaan Mataram.

Dukungan rakyat dan sejumlah pejabat keraton yang tidak menyukai kepemimpinan Amangkurat III terus mengalir kepada Pangeran Puger. Dukungan itu membuat Raja Mataram Amangkurat III resah sekaligus marah.

Sang paman, yakni Pangeran Puger dan keluarganya diburu, namun berhasil kabur ke Semarang. Di Semarang Pangeran Puger mendapat dukungan kekuatan dari VOC Belanda.

Ia pun mengangkat diri sebagai Susuhunan Mataram bergelar Pakubuwono I. Serangan pasukan Pangeran Puger bersama tentara VOC Belanda berhasil memaksa Amangkurat III angkat kaki dari istana.

Raja Mataram itu menyelamatkan diri ke wilayah Ponorogo. “Kangjeng Sunan tidak mampu menghadapi kekuatan pamannya”.

Amangkurat III menemui Adipati Ponorogo, Martowongso. Adipati Martowongso yang juga dikenal dengan nama Pangeran Kuning merupakan keturunan Batara Katong.

Martowongso dipaksa merebut Kota Mataram yang dikuasai Pangeran Puger, namun ditolak. Amangkurat III sontak murka. Peneliti asing Lucien Adam dalam Lawu dan Wilis menyebut Adipati Ponorogo itu dianiaya secara mengerikan.

Martowongso dikebiri di depan putri-putrinya dan setelah itu dipenggal kepalanya hingga tewas. Kekejaman yang dilakukan Amangkurat III membuat keluarga dan punggawa Adipati Martowongso banyak yang kecewa.

Mereka berbalik memusuhi Amangkurat III. Mengetahui reaksi itu, Raja Jawa langsung angkat kaki dari Ponorogo. “Kangjeng Sunan (Amangkurat III) segera melarikan diri ke Japan (Mojokerto)”.

Amangkurat III dalam pelariannya dibantu oleh keturunan dan pendukung Untung Surapati. Ia sempat dibawa ke markas Untung Surapati di Kediri, sebelum kemudian melanjutkan pelarian ke Mojokerto.

Pada 23 Juni 1708, pasukan VOC Belanda dan Pangeran Puger berhasil menangkap Amangkurat III di Mojokerto. Amangkurat III sempat dibawa ke Surabaya sebelum kemudian pada 6 September 1708 resmi menyatakan menyerah di Batavia.

Amangkurat III dihukum buang ke Negara Srilanka. VOC Belanda menahannya dengan menempatkan di sebuah benteng Belanda di Jaffina, utara pulau. Amangkurat III meninggal dunia pada tahun 1734.

Oleh Belanda jenazah Raja Jawa itu kemudian dibawa pulang ke Jawa dan dimakamkan di Imogiri, yakni komplek pemakaman raja-raja Mataram.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1459 seconds (0.1#10.140)