Makam Pahlawan Laksamana Malahayati Ramai Dikunjungi Penziarah Jelang Hari Pahlawan

Kamis, 09 November 2017 - 16:17 WIB
Makam Pahlawan Laksamana Malahayati Ramai Dikunjungi Penziarah Jelang Hari Pahlawan
Makam Pahlawan Laksamana Malahayati Ramai Dikunjungi Penziarah Jelang Hari Pahlawan
A A A
ACEH BESAR - Jelang penetapan gelar pahlawan, ramai penziarah mengunjungi makam pahlawan Laksamana Malahayati, di Bukit Krueng Raya, Aceh Besar, Provinsi Aceh, Kamis (9/11/2017). Penziarah juga ikut memanjatkan doa dan menaburkan bunga, sebagai tanda penghormatan bagi pahlawan besar asal Aceh ini, yang rela mati demi mengusir penjajah.

Menurut Zubaidah Azwan, salah seorang penziarah, sebagai kaum hawa, dirinya patut berbangga terhadap pahlawan perempuan di masa lalu ini. Karena keberanian dan semangat perjuangan Laksamana Malahayati dalam mengusir penjajah, harus diikuti oleh setiap insan terutama perempuan di Aceh.

“Laksamana Malahayati adalah laksamana pertama wanita di Nusantara ini beliau memiliki sikap berani dalam menghadang penjajah, di masa sekarang, semangat itu yang harus di implementasikan perempuan dalam menolak segala bentuk ketidak adilan,” kata Zubaidah.

Namun sayangnya, masih banyak orang yang belum mengenal dan mengetahui sosok Laksamana Keumalahayati, menurut Zubaidah, sosoknya yang anggun dan perkasa itu, sudah saatnya Laksamana Keumalahayati, menjadi sosok yang dikagumi setiap kaum perempuan di tanah air ini. (Baca: Laksamana Malahayati Pahlawan Emansipasi Wanita yang Terlupakan).

Laksamana Malahayati, merupakan salah seorang perempuan pejuang, yang berasal dari Kesultanan Aceh. Dirinya terlahir dari nama Keumalahayati. Ayahnya bernama Laksamana Mahmud Syah. Kakek dari garis ayahnya adalah Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah kerajaan Aceh sekitar tahun 1530–1539 M.

Sultan Salahuddin Syah adalah putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah(1513–1530 M), yang merupakan pendiri Kerajaan Aceh Darussalam.

Semasa hidup, Laksamana Malahayati, merupakan wanita pertama di dunia yang menjadi panglima angkatan laut, dan juga menjabat sebagai protokol istana pada masa Kerajaan Aceh yang saat itu dipimpin oleh Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayatsyah, sejak tahun 1588 hinga 1604 Masehi.

Malahayati juga menghimpun janda untuk melawan penjajah Belanda dan Portugis, dan ikut mendirikan sebuah laskar perempuan, yang diberinama Banteng Inong Bale.

Namanya yang perkasa, juga ikut diabadikan di beberapa tempat, seperti pelabuhan laut di Teluk Krueng Raya, Aceh Besar, yang dinamakan dengan Pelabuhan Malahayati. Namanya juga ikut diabadikan pada Salah satu kapal perang jenis Perusak Kawal Berpeluru Kendali (fregat) kelas Fatahillah milik TNI Angkatan Laut yang dinamakan KRI Malahayati.

Dalam dunia pendidikan, namanya juga terdapat pada Universitas Malahayati yang ada di Bandar Lampung, dan Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Malahayati, Aceh Besar.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4572 seconds (0.1#10.140)