5 Fakta Wafatnya Pangeran Diponegoro, Diasingkan hingga Meninggal dalam Benteng
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pangeran Diponegoro merupakan salah satu tokoh pahlawan nasional yang berperan penting dalam perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda. Ia dikenal sebagai seorang kesatria pemberani yang lahir di tanah Jawa.
Pangeran Diponegoro adalah putra sulung Sultan Hamengkubuwana III, raja Kesultanan Mataram yang berpusat di Yogyakarta. Ia lahir pada tahun 1785 dengan nama Raden Mas Mustahar.
Sebagai seorang kesatria, putra kesultanan Mataram ini sangat tegar dalam menghadapi gejolak pertempuran dengan penjajah. Bahkan hingga akhir hayatnya, ia terus berjuang bagi kedaulatan bangsa Indonesia.
Berikut lima fakta wafatnya Pangeran Diponegoro yang menarik diketahui.
Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda pada 28 Maret 1830. Penangkapan tersebut terjadi saat ia datang ke Magelang untuk melakukan perundingan damai dengan Jenderal De Kock.
Ia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Namun, Belanda tidak menghormati janjinya. Belanda malah membawa Pangeran Diponegoro menuju Batavia sebagai tahanan politik.
Pangeran Diponegoro kemudian diasingkan ke Manado, lalu ke Makassar Sulawesi Selatan. Ketika sampai di Makassar, ia ditahan di Benteng Rotterdam yang terkenal sangat ketat.
Ia ditempatkan di sebuah ruangan yang sempit dan gelap, tanpa jendela dan ventilasi. Pangeran Diponegoro juga dilarang berkomunikasi dengan siapa pun, kecuali para pengawal karena ia berasal dari kalangan kerajaan.
Selama di Makassar, Pangeran Diponegoro tetap menjalankan ibadah dan puasa dengan tekun. Pada tahun 1938, ia tidak hanya berdiam diri menunggu ajalnya saja, tetapi beralih menjadi seorang penulis.
Sepanjang hidup di Makassar, Pangeran Diponegoro menulis beberapa karya sastra, seperti Babad Diponegoro, Sejarah Ratu Tanah Jawa dan Hikayat Tanah Jawa.
Pangeran Diponegoro meninggal dunia pada tanggal 8 Januari 1855. Ia meninggal akibat penyakit malaria yang dideritanya sejak lama.
Sebelum meninggal Pangeran Diponegoro berpesan kepada keluarganya agar dimakamkan di Makassar saja. Akhirnya Pangeran Diponegoro pun dimakamkan di Kampung Melayu, Makassar.
Sampai akhir hayatnya, berita dan tempat pengasingan Pangeran Diponegoro masih dirahasiakan pihak Belanda. Setelah wafat, pahlawan asal Kerajaan Mataram Islam ini dimakamkan pada kompleks yang terdiri atas pintu gerbang, mushola, pendopo, serta 66 makam.
Makam Pangeran Diponegoro di Makassar menjadi tempat ziarah bagi banyak orang, terutama keturunan dan pengikutnya. Disana beliau dimakamkan berjejeran dengan makam istrinya, RA Ratu Ratna Ningsih yang keduanya memiliki ukuran besar.
Pangeran Diponegoro adalah putra sulung Sultan Hamengkubuwana III, raja Kesultanan Mataram yang berpusat di Yogyakarta. Ia lahir pada tahun 1785 dengan nama Raden Mas Mustahar.
Sebagai seorang kesatria, putra kesultanan Mataram ini sangat tegar dalam menghadapi gejolak pertempuran dengan penjajah. Bahkan hingga akhir hayatnya, ia terus berjuang bagi kedaulatan bangsa Indonesia.
Berikut lima fakta wafatnya Pangeran Diponegoro yang menarik diketahui.
Fakta Wafatnya Pangeran Diponegoro
1. Ditangkap oleh Belanda
Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda pada 28 Maret 1830. Penangkapan tersebut terjadi saat ia datang ke Magelang untuk melakukan perundingan damai dengan Jenderal De Kock.
Baca Juga
Ia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Namun, Belanda tidak menghormati janjinya. Belanda malah membawa Pangeran Diponegoro menuju Batavia sebagai tahanan politik.
2. Diasingkan ke Pulau Sulawesi
Pangeran Diponegoro kemudian diasingkan ke Manado, lalu ke Makassar Sulawesi Selatan. Ketika sampai di Makassar, ia ditahan di Benteng Rotterdam yang terkenal sangat ketat.
Ia ditempatkan di sebuah ruangan yang sempit dan gelap, tanpa jendela dan ventilasi. Pangeran Diponegoro juga dilarang berkomunikasi dengan siapa pun, kecuali para pengawal karena ia berasal dari kalangan kerajaan.
3. Menulis Karya Sastra hingga Akhir Hayatnya
Selama di Makassar, Pangeran Diponegoro tetap menjalankan ibadah dan puasa dengan tekun. Pada tahun 1938, ia tidak hanya berdiam diri menunggu ajalnya saja, tetapi beralih menjadi seorang penulis.
Sepanjang hidup di Makassar, Pangeran Diponegoro menulis beberapa karya sastra, seperti Babad Diponegoro, Sejarah Ratu Tanah Jawa dan Hikayat Tanah Jawa.
4. Meninggal karena Terserang Penyakit
Pangeran Diponegoro meninggal dunia pada tanggal 8 Januari 1855. Ia meninggal akibat penyakit malaria yang dideritanya sejak lama.
Sebelum meninggal Pangeran Diponegoro berpesan kepada keluarganya agar dimakamkan di Makassar saja. Akhirnya Pangeran Diponegoro pun dimakamkan di Kampung Melayu, Makassar.
5. Kondisi Makam Pangeran Diponegoro
Sampai akhir hayatnya, berita dan tempat pengasingan Pangeran Diponegoro masih dirahasiakan pihak Belanda. Setelah wafat, pahlawan asal Kerajaan Mataram Islam ini dimakamkan pada kompleks yang terdiri atas pintu gerbang, mushola, pendopo, serta 66 makam.
Makam Pangeran Diponegoro di Makassar menjadi tempat ziarah bagi banyak orang, terutama keturunan dan pengikutnya. Disana beliau dimakamkan berjejeran dengan makam istrinya, RA Ratu Ratna Ningsih yang keduanya memiliki ukuran besar.
(okt)