Kisah Iswan di Bulukumba, Pinjam Gawai Demi Ikut Pembelajaran Daring

Kamis, 06 Agustus 2020 - 20:45 WIB
loading...
Kisah Iswan di Bulukumba,...
Muhammad Iswan, siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) 20 Bontosunggu, kecamatan Gantarang, kabupaten Bulukumba. Foto: SINDOnews/Eky Hendrawan
A A A
BULUKUMBA - Pandemi COVID-19 yang melanda dunia, membuat berbagai aktivitas kini dilakukan dengan cara berbeda. Aktivitas itu salah satunya adalah proses belajar mengajar. Saat ini, negara-negara yang diterpa COVID-19, termasuk Indonesia harus menerapkan pembelajaran jarak jauh dengan sistem daring.

Sistem pembelajaran ini untuk menghindari potensi penyebaran virus COVID-19 dari berkumpulnya orang banyak di satu tempat di ruang tertutup.



Sistem ini, mengharuskan peserta didik menggunakan gawai seperti smartphone atau ponsel pintar untuk melakukan komunikasi jarak jauh dengan guru. Sayangnya, tak semua peserta didik memiliki fasilitas tersebut. Kondisi inilah yang dihadapi Muhammad Iswan, siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) 20 Bontosunggu, kecamatan Gantarang, kabupaten Bulukumba.

Iswan yang saat ini duduk di kelas tujuh tak punyaponsel pintar. Tapi dia tak mau putus asa. Demi pendidikan, Iswan meminjam gawai milik temannya untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh, atau sekadar mengerjakan tugas sekolah.

Di Bulukumba, Iswan tinggal bersama neneknya. Kedua orang tuanya sudah sejak lama merantau ke Kalimantan.

Iswan sudah meminta kepada orang tuanya diberikan ponsel pintar untuk keperluan sekolahnya. Sayang sampai sekarang, permintaannya itu tak kunjung dikabulkan.

Iswan sendiri, bukan pelajar yang biasa-biasa saja. Dia merupakan anggota Kebun Bersama. Meski masih sangat muda, selama kurang lebih empat bulan, dia turut terlibat dalam perintisan dan menjadi personel di komunitas pemuda yang bergerak di bidang pertanian itu.

Iswan kini sudah menguasai teknik membuat pupuk organik cair, mengembangkan bakteri baik, meracik media tanam, serta membuat arang sekam.

Personel sekaligus pendiri Kebun Bersama, Taufiq Ahmad berharap ada masyarakat yang memiliki ponsel pintar bekas dan masih layak pakai untuk disumbangkan ke Iswan.



“Dan juga kepada anak-anak lain di pelosok Bulukumba yang memiliki kesulitan belajar karena keterbatasan teknologi,” harap Taufiq Ahmad, Kamis (6/8/2020).

Sekadar diketahui, Kebun Bersama dibentuk empat bulan lalu atau tepatnya pada April 2020. Saat itu, kegiatan belajar mengajar dirumahkan lantaran merebaknya pandemi COVID-19.

“Kami di Kebun Bersama sudah memiliki 20 personel yang semuanya merupakan pemuda-pemuda di daerah desa sini,” tutup Taufiq.
(luq)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2454 seconds (0.1#10.140)