Jenderal Sudirman dan KH Masjkur Beserta Pasukan Lolos dari Kejaran Sekutu dengan Hanyutkan Diri ke Sungai

Minggu, 12 November 2023 - 09:03 WIB
loading...
Jenderal Sudirman dan...
Panglima Besar Jenderal Sudirman dan KH Masjkur beserta pasukan Laskar Hisboellah berhasil lolos dari sergapan tentara Sekutu dengan menghanyutkan diri ke dalam sungai. Foto/Dok.NU
A A A
Mempertahankan kemerdekaan Indonesia bukanlah hal mudah bagi para pejuang kemerdekaan. Saat itu para penjajah Belanda dan sekutunya masih hendak bermaksud menguasai lagi tanah air Indonesia.

Tetapi tekad bulat para pahlawan pejuang saat itu membuat perjuangan mempertahankan kemerdekaan terus dilakukan.



Perjalanannya memang perjuangan tersebut tidaklah mudah, bahkan acap kali nyawa para pahlawan ini terancam saat tentara sekutu melakukan penyerangan ke tempat persembunyian atau tempat peristirahatan mereka.

Prof Mas'ud Said selaku pengusul pahlawan nasional KH Masjkur mengatakan, Panglima Besar Jenderal Sudirman dan KH Masjkur menjadi dua nama dari sekian pahlawan yang nyaris gugur saat pertempuran usai kemerdekaan.

Saat itu serangan pasukan sekutu dan Belanda terjadi di tengah malam di daerah Trenggalek, Jawa Timur.

Kala itu Sudirman yang menjadi panglima tertinggi militer memilih memimpin langsung perang gerilya di hutan belantara dan pelosok-pelosok negeri.


Kebetulan keduanya yakni Panglima Sudirman dan KH Masjkur tengah berjuang bersama melakukan peperangan gerilya.

"Saya sebagai anggota penasehat tim, ada informasi ada orang Ansor yang waktu itu 2017, masih hidup. Dia sebagai anggota pasukan mengaku pernah ketemu dan mengantarkan KH Masjkur," kata Prof Mas'ud Said dikonfirmasi MPI, dikutip Minggu (12/11/2023).



Sang informan ini saat itu usianya memang sudah cukup tua, namun ingatannya masih kuat. Sehingga sampai langsung menunjukkan dimana lokasi ketika ia bertemu dengan KH Masjkur yang mengiringi Panglima Sudirman saat pertempuran mempertahankan kemerdekaan di Trenggalek.

Sayang Prof Mas'ud tak mengingat siapa nama orang yang juga mempunyai sebuah langgar kecil di kampungnya.

"Sekarang orangnya sudah almarhum, dia cerita membersamai beliau (Panglima Sudirman dan KH Masjkur), beliau Pak Dirman (Panglima Sudirman) sama beliau (KH Masjkur) dikejar Belanda, dikejar tentara sekutu, dikejar siang malam mau dibunuh," terangnya.

Suatu hari ada seseorang mata-mata dari warga masyarakat yang melaporkan ke tentara sekutu bahwa ada pergerakan gerilyawan Indonesia di daerahnya.

Laporan itu disampaikan setelah seseorang itu mengintai beberapa waktu hingga akhirnya beredar informasi adanya penyerbuan tentara sekutu ke tempat persembunyian pasukan Jenderal Sudirman dan KH Masjkur.

"Tapi karena sudah ada pasukan beliau yang memata-matai juga akhirnya melaporkan ini mau diserang, akhirnya semua masuk di sungai," katanya.

Pasukan gerilyawan masuk ke sungai dengan mengandalkan rakit yang terbuat dari batang pohon pisang. Mereka lantas kabur menghindari kejaran tentara sekutu di tengah malam dipimpin oleh Jenderal Sudirman.

"Jadi ketika diserang pasukan (tentara sekutu) ini sudah tidak ada orangnya, hanya mungkin perbekalannya saja yang tertinggal," paparnya.

Mas'ud berujar sosok KH Masjkur memang bukan hanya sebagai seorang ulama, cendekiawan, dan pejuang yang membentuk Laskar Hisboellah (Hizbullah) di Malang.

Laskar Hisboellah inilah yang menjadi salah satu dari sekian banyak pasukan yang bertempur di Pertempuran 10 November 1945 Surabaya.

"KH Masjkur adalah pahlawan nasional yang dulu jadi anggota dari badan usaha persiapan Kemerdekaan Indonesia, itu orang Singosari. Kemudian dia pernah menjadi menteri agama," ujarnya.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2213 seconds (0.1#10.140)