Jenderal Sudirman dan KH Masjkur Beserta Pasukan Lolos dari Kejaran Sekutu dengan Hanyutkan Diri ke Sungai
loading...
A
A
A
Sang informan ini saat itu usianya memang sudah cukup tua, namun ingatannya masih kuat. Sehingga sampai langsung menunjukkan dimana lokasi ketika ia bertemu dengan KH Masjkur yang mengiringi Panglima Sudirman saat pertempuran mempertahankan kemerdekaan di Trenggalek.
Sayang Prof Mas'ud tak mengingat siapa nama orang yang juga mempunyai sebuah langgar kecil di kampungnya.
"Sekarang orangnya sudah almarhum, dia cerita membersamai beliau (Panglima Sudirman dan KH Masjkur), beliau Pak Dirman (Panglima Sudirman) sama beliau (KH Masjkur) dikejar Belanda, dikejar tentara sekutu, dikejar siang malam mau dibunuh," terangnya.
Suatu hari ada seseorang mata-mata dari warga masyarakat yang melaporkan ke tentara sekutu bahwa ada pergerakan gerilyawan Indonesia di daerahnya.
Laporan itu disampaikan setelah seseorang itu mengintai beberapa waktu hingga akhirnya beredar informasi adanya penyerbuan tentara sekutu ke tempat persembunyian pasukan Jenderal Sudirman dan KH Masjkur.
"Tapi karena sudah ada pasukan beliau yang memata-matai juga akhirnya melaporkan ini mau diserang, akhirnya semua masuk di sungai," katanya.
Pasukan gerilyawan masuk ke sungai dengan mengandalkan rakit yang terbuat dari batang pohon pisang. Mereka lantas kabur menghindari kejaran tentara sekutu di tengah malam dipimpin oleh Jenderal Sudirman.
"Jadi ketika diserang pasukan (tentara sekutu) ini sudah tidak ada orangnya, hanya mungkin perbekalannya saja yang tertinggal," paparnya.
Mas'ud berujar sosok KH Masjkur memang bukan hanya sebagai seorang ulama, cendekiawan, dan pejuang yang membentuk Laskar Hisboellah (Hizbullah) di Malang.
Laskar Hisboellah inilah yang menjadi salah satu dari sekian banyak pasukan yang bertempur di Pertempuran 10 November 1945 Surabaya.
Sayang Prof Mas'ud tak mengingat siapa nama orang yang juga mempunyai sebuah langgar kecil di kampungnya.
"Sekarang orangnya sudah almarhum, dia cerita membersamai beliau (Panglima Sudirman dan KH Masjkur), beliau Pak Dirman (Panglima Sudirman) sama beliau (KH Masjkur) dikejar Belanda, dikejar tentara sekutu, dikejar siang malam mau dibunuh," terangnya.
Suatu hari ada seseorang mata-mata dari warga masyarakat yang melaporkan ke tentara sekutu bahwa ada pergerakan gerilyawan Indonesia di daerahnya.
Laporan itu disampaikan setelah seseorang itu mengintai beberapa waktu hingga akhirnya beredar informasi adanya penyerbuan tentara sekutu ke tempat persembunyian pasukan Jenderal Sudirman dan KH Masjkur.
"Tapi karena sudah ada pasukan beliau yang memata-matai juga akhirnya melaporkan ini mau diserang, akhirnya semua masuk di sungai," katanya.
Pasukan gerilyawan masuk ke sungai dengan mengandalkan rakit yang terbuat dari batang pohon pisang. Mereka lantas kabur menghindari kejaran tentara sekutu di tengah malam dipimpin oleh Jenderal Sudirman.
"Jadi ketika diserang pasukan (tentara sekutu) ini sudah tidak ada orangnya, hanya mungkin perbekalannya saja yang tertinggal," paparnya.
Mas'ud berujar sosok KH Masjkur memang bukan hanya sebagai seorang ulama, cendekiawan, dan pejuang yang membentuk Laskar Hisboellah (Hizbullah) di Malang.
Laskar Hisboellah inilah yang menjadi salah satu dari sekian banyak pasukan yang bertempur di Pertempuran 10 November 1945 Surabaya.