Kisah Pangeran Diponegoro Bertengkar dengan Teman Semasa Kecilnya Gegara Minuman Anggur Merah
loading...
A
A
A
Pangeran Diponegoro konon dikisahkan pernah bertengkar dengan teman kecilnya Patih Danurejo 3. Hal ini karena sang Patih Danurejo 3 memberinya anggur merah yang dinilai sang pangeran haram dan memabukkan.
Sekretaris Umum Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro (Patra Padi) Pandu Setyawan menuturkan, momen pertengkaran dua orang yang berteman sejak kecil dan pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren (Ponpes) yang sama terjadi saat undangan tunangan anak dari Residen Belanda di Yogyakarta, sebagaimana dikisahkan di Babad Gondokusumo.
"Kalau nggak salah pesta tunangannya anak residen Belanda di Yogyakarta, Pangeran Diponegoro hadir, beliau wali sultan," kata Pandu Setyawan dikonfirmasi pada Selasa (24/10/2023).
Saat itu dikisahkan Pandu, Patih Danurejo 3 yang pernah mengenyam pendidikan satu pondok pesantren dengan Pangeran Diponegoro meminta pelayan, untuk menuangkan anggur merah di gelas Pangeran Diponegoro. Hal ini tentu mendapat rekreasi keras dari sang pangeran, ia beranggapan bahwa anggur merah memabukkan dan haram dikonsumsi.
"Pangeran Diponegoro marah karena sudah tahu haram, kemudian dilarang agama, kok masih disodor - sodorkan, diingatkan kok dituangkan, kemudian beliau jogo meneng berdiam diri," tuturnya.
Tak berselang lama, tiba-tiba kursi terbuat dari kayu jati yang diduduki oleh sang pangeran dilemparkan ke arah Patih Danurejo 3. Kursi yang berat dan besar itu lantas mengenai sang patih, tetapi karena kedua orang itu memiliki kesaktian, kursi itu sama sekali tidak melukai Patih Danurejo 3.
"Patih Danurejo ini bukan orang kosongan, artinya sakti, yang ngelempar sakti yang dilempar orang sakti juga. Jadi nggak begitu pengaruh, cuma malunya tujuh turunan, hal itu membuat semakin benci Patih Danurejo 3 ke pangeran Diponegoro," kata dia.
Pandu juga menyangsikan kebiasaan Pangeran Diponegoro meminum anggur sebagaimana Peter Carey pernah menulis di bukunya. Sebab berdasarkan peristiwa di acara pertunangan anak Residen Belanda di Yogyakarta saja, sang pangeran menolak meminum anggur merah.
Namun ia menyatakan, pernah membaca buku Peter Carey yang isinya sang pangeran meminum anggur putih. Saat itu konon Pangeran Diponegoro pasca ditangkap dan diasingkan oleh Belanda dari Batavia menuju Manado.
"Intinya itu hasil ngobrol (Pangeran Diponegoro dengan Peter Carey), saat di kapal antara Batavia sampai di Manado, yang dikonsumsi pangeran Diponegoro itu anggur putih, untuk obat. Karena beliau belum sembuh benar sakit malarianya," bebernya.
Saat itu dikatakan Pandu, Pangeran Diponegoro memang belum sembuh betul dari penyakit malarianya ketika ditangkap di Banyumas. Pangeran Diponegoro pun meminta untuk dibawakan rempah-rempah ke tim dokter Belanda, namun oleh dokter Belanda disarankan untuk meminum anggur putih.
"Tetapi itu tadi dokter Belanda disarankan untuk mengurangi mabuk laut dan lain-lain minum anggur. Ini versi Peter Carey. Kemudian beliau berpendapat yang memabukkan itu anggur merah, tetapi itu nggak tahu anggur putih buat apa," terangnya.
Sekretaris Umum Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro (Patra Padi) Pandu Setyawan menuturkan, momen pertengkaran dua orang yang berteman sejak kecil dan pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren (Ponpes) yang sama terjadi saat undangan tunangan anak dari Residen Belanda di Yogyakarta, sebagaimana dikisahkan di Babad Gondokusumo.
"Kalau nggak salah pesta tunangannya anak residen Belanda di Yogyakarta, Pangeran Diponegoro hadir, beliau wali sultan," kata Pandu Setyawan dikonfirmasi pada Selasa (24/10/2023).
Saat itu dikisahkan Pandu, Patih Danurejo 3 yang pernah mengenyam pendidikan satu pondok pesantren dengan Pangeran Diponegoro meminta pelayan, untuk menuangkan anggur merah di gelas Pangeran Diponegoro. Hal ini tentu mendapat rekreasi keras dari sang pangeran, ia beranggapan bahwa anggur merah memabukkan dan haram dikonsumsi.
"Pangeran Diponegoro marah karena sudah tahu haram, kemudian dilarang agama, kok masih disodor - sodorkan, diingatkan kok dituangkan, kemudian beliau jogo meneng berdiam diri," tuturnya.
Tak berselang lama, tiba-tiba kursi terbuat dari kayu jati yang diduduki oleh sang pangeran dilemparkan ke arah Patih Danurejo 3. Kursi yang berat dan besar itu lantas mengenai sang patih, tetapi karena kedua orang itu memiliki kesaktian, kursi itu sama sekali tidak melukai Patih Danurejo 3.
"Patih Danurejo ini bukan orang kosongan, artinya sakti, yang ngelempar sakti yang dilempar orang sakti juga. Jadi nggak begitu pengaruh, cuma malunya tujuh turunan, hal itu membuat semakin benci Patih Danurejo 3 ke pangeran Diponegoro," kata dia.
Pandu juga menyangsikan kebiasaan Pangeran Diponegoro meminum anggur sebagaimana Peter Carey pernah menulis di bukunya. Sebab berdasarkan peristiwa di acara pertunangan anak Residen Belanda di Yogyakarta saja, sang pangeran menolak meminum anggur merah.
Namun ia menyatakan, pernah membaca buku Peter Carey yang isinya sang pangeran meminum anggur putih. Saat itu konon Pangeran Diponegoro pasca ditangkap dan diasingkan oleh Belanda dari Batavia menuju Manado.
"Intinya itu hasil ngobrol (Pangeran Diponegoro dengan Peter Carey), saat di kapal antara Batavia sampai di Manado, yang dikonsumsi pangeran Diponegoro itu anggur putih, untuk obat. Karena beliau belum sembuh benar sakit malarianya," bebernya.
Saat itu dikatakan Pandu, Pangeran Diponegoro memang belum sembuh betul dari penyakit malarianya ketika ditangkap di Banyumas. Pangeran Diponegoro pun meminta untuk dibawakan rempah-rempah ke tim dokter Belanda, namun oleh dokter Belanda disarankan untuk meminum anggur putih.
"Tetapi itu tadi dokter Belanda disarankan untuk mengurangi mabuk laut dan lain-lain minum anggur. Ini versi Peter Carey. Kemudian beliau berpendapat yang memabukkan itu anggur merah, tetapi itu nggak tahu anggur putih buat apa," terangnya.
(hri)