BMKG Sebut Ilmu Pranata Mangsa Sudah Tak Bisa Dipakai Rujukan Utama Petani

Kamis, 19 Oktober 2023 - 17:47 WIB
loading...
BMKG Sebut Ilmu Pranata Mangsa Sudah Tak Bisa Dipakai Rujukan Utama Petani
BMKG DIY menyebut musim hujan tahun ini bakal mundur selama 2 dasarian atau kira-kira 20 hari. Oleh karena itu, para petani memundurkan masa tanam. Foto/MPI/Erfan Erlin
A A A
YOGYAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY menyebut musim hujan tahun ini bakal mundur selama 2 dasarian atau kira-kira 20 hari. Oleh karena itu, para petani diminta memundurkan musim tanam.

Kepala BMKG DIY, Reny Kraningtyas mengatakan dinamika atmosfir yang belakangan terjadi adalah angin timuran munson Australia sampai saat ini masih aktif. Hal itu mengindikasikan jika Indonesia masih mengalami musim kemarau, di mana suplai uap air dari Australia sangat kecil.



"Jadi sifatnya sampai sekarang masih kering walaupun ada hujan sedikit-sedikit,"tutur dia, Kamis (19/10/2023).

Di samping itu, uap air masih berkutat di pasifik sehingga udara di Indonesia lebih hangat dan tekanannya rendah. Hal ini mengakibatkan curah hujan di Indonesia hanya mengandalkan penguapan laut dari wilayahnya sendiri.

BMKG memperkirakan kondisi tersebut bakal terjadi sampai bulan Februari 2024 mendatang di mana Elnino moderat sampai Januari. Namun demikian dampak elino sudah mulai turun di bulan Februari 2024

"April di atas 0,5 dan El Nino mulai melemah Bakan di bulan Mei menuju ke netral," tambahnya.



Dia menambahkan curah hujan cenderung sedikit sehingga awal musim hujan umumnya mundur. Karena dampak dari Elnino ini maka awal musim mundur selama dua dasarian atau mundur 20 hari

Oleh karenanya, dia meminta kepada para petani untuk menunda musim tanam mereka. BMKG meminta petani untuk mencermati setiap himbauan yang mereka keluarkan untuk meminimalisir gagal tanam.

"Biasanya di Gunungkidul itu ada yang namanya ngawu-awu yaitu mengolah tanah kemudian menyebar benih sebaiknya ditunda dulu," ungkapnya.

Reni menambahkan, para petani sudah tidak bisa lagi menggunakan ilmu Pranata Mangsa sebagai rujukan utama untuk memulai masa tanam. Karena memang Pranta Mangsa sudah tidak lagi sesuai dengan kondisi terkini

"Kalau dijadikan rujukan utama, Ilmu Pranata Mangsa itu sudah tidak bisa lagi. Kalau dijadikan pendamping Ndak apa-apa," tambahnya.

Kepala Bidang Penanganan Darurat, Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan, Lilik Andi Ariyanto mengatakan cukup banyak embung yang ada di DIY namun yang menjadi tanggungjawab BPBD dalam pemeliharaan hanya 25.

Di antaranya adalah di Gunungkidul ada 9 embung, Sleman 6 embung, Kulonprogo 4 embung, Bantul 3 embung dan sisanya di Kota Yogyakarta.

"Seperti diketahui debit air dari embung-embung ini sudah jauh menyusut. Dan petani sudah tidak bisa memanfaatkannya untuk pengairan," terang dia.

Oleh karenanya, BPBD terus melakukan edukasi dan penyuluhan pangan tentang pola tanam yang sesuai. Dalam edukasi tersebut disampaikan kegiatan sosialisasi pada tanam kekeringan meminimalisir dampak lainnya.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3476 seconds (0.1#10.140)