Mantan Atlet asal Semarang Ini Raih Puluhan Medali Kejuaran Regional Hingga Internasional
loading...
A
A
A
SEMARANG - Atlet veteran Darmianto, 78, warga Krandon Lor RT 20/ VII, Suruh, Kabupaten Semarang, sosoknya tak asing bagi insan olahraga di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Beliau dikenal sebagai atlet lari dengan segudang prestasi. Semasa menjadi atlet lari, kakek yang sudah memiliki 10 orang cucu ini, berhasil menyabet puluhan medali kejuaran lari tingkat regional, nasional, dan internasional.
Menariknya, prestasi tersebut diukirnya setelah menapaki usia kepala empat. Kakek yang juga dikenal sebagai tukang becak ini menuturkan, dirinya menjadi atlet sejak 1971 silam. "Saat itu, usia saya sudah memasuki 35 tahun," ujarnya, belum lama ini.
Lebih lanjut Darmianto menceritakan kisah hidup dan perjalanannya menjadi atlet. Di usia remaja, Darmianto suka dengan olah raga lari.
Namun saat itu, hanya sebatas hobi dan belum memiliki pikiran untuk mengikuti kejuaraan lari. Meski sudah bekerja sebagai tukang becak, namun setiap hari dirinya tetap menyalurkan hobi.
"Hobi itu saya salurkan setiap pagi sebelum bekerja dengan berlari dari rumah menuju Salatiga (ke tempat kerja). Sesampainya di Salatiga saya langsung mengambil becak di rumah pemiliknya dan mangkal di Jensud (Jalan Sudirman),” tuturnya.
Selanjutnya, pada saat usianya menginjak 44 tahun, tepatnya pada 1980, Darminto memiliki pemikiran untuk menjajal kemampuannya berlari dengan mengikuti seleksi training center Pelatnas lari maraton di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
“Saat itu, saya tidak punya uang untuk berangkat ke sana (Wonogiri). Akhirnya saya nekat berangkat ke Wonogiri dengan menaiki sepeda ontel. Berangkat dari rumah jam 5 pagi sampai sana jam 2 siang,” ungkapnya.
Sesampainya di Wonogiri, Darmianto langsung menghubungi panitia dan mengutarakan niat kedatangannya.
Setelah mendaftarkan diri, Darmianto langsung bergabung dengan pelari muda Pelatnas di garis star untuk mengikuti uji coba lari maraton menempuh jarak sekitar 40 kilometer (km).
Selang beberapa waktu kemudian, uji coba lari maraton tersebut dimulai. Meski tidak masuk tiga besar, namun Darmianto bisa berlari sampai garis finish.
Setelah mengikuti uji coba lari maraton itu, nama Darmianto mulai dikenal sebagai pelari veteran. Lantas dirinya mengawali karirnya dengan mengikuti kejuraan regional di Salatiga dan menyabet juara pertama.
“Mulai saat itu, saya terus giat berlatih sendiri dan mengikuti sejumlah kejuaran tingkat nasional. Hasilnya, saya mendapat sejumlah medali,” katanya.
Menurut Darmianto, semenjak menjuarai berbagai kejuaran lari tingkat nasional, namanya naik daun. Bahkan dirinya menjadi pelari veteran yang diperhitungkan di tingkat nasional.
Kemudian pada 1990, Darmianto mewakili Indonesia mengikuti kejuaran internasional lari atlet veteran di Malaysia. Dia berhasil menyabet medali emas.
“Pada 1992 saya kembali mengikuti kejuaran lari serupa di Malaysia. Alhamdulillah saya kembali bisa meraih medali emas,” katanya.
Saat mengikuti kejuaraan di Malaysia, Darmianto menyabet empat medali emas dan satu medali perak.
Mendali emas diraih pada kejuaraan lari nomor 10 km; 5 km; 1,5 km dan 800 meter. Sedangkan medali peraknya diraihnya dari nomor maraton.
Selang beberapa waktu kemudian, Darmianto mengikuti kejuaraan master di Singapura. Hasilnya, berhasil meraih tiga medali emas dan satu perak. (Baca juga: Sudah Berusia 16 Tahun, Bupati Batang Ganti 15 Mobil Dinas Camat)
“Meski telah berhasil menjuarai sejumlah kejuaran lari, tapi saya tetap menekuni pekerjaan saya jadi tukang becak. Setelah ikut kejuaraan, saya kembali ke rumah dan bekerja narik becak,” tukasnya. (Baca juga: 17 DPC PAN se-Sleman Tolak Dinasti Politik, Ini Alasannya)
Dia juga ingin terus mengabdikan diri di dunia atletik. Bapak lima anak ini juga siap menularkan ilmunya kepada generasi penerus jika ada yang menawarinya menjadi pelatih lari.
“Silahkan kalau mau bertukar pikiran atau belajar tentang dunia lari. Dengan senang hati, akan saya ajarkan ilmu yang saya miliki,” pungkasnya.
Lihat Juga: Kayanya Alam Nusantara di Bawah Kekuasaan Kerajaan Majapahit, Bikin Pedagang Tingkok Terpana
Beliau dikenal sebagai atlet lari dengan segudang prestasi. Semasa menjadi atlet lari, kakek yang sudah memiliki 10 orang cucu ini, berhasil menyabet puluhan medali kejuaran lari tingkat regional, nasional, dan internasional.
Menariknya, prestasi tersebut diukirnya setelah menapaki usia kepala empat. Kakek yang juga dikenal sebagai tukang becak ini menuturkan, dirinya menjadi atlet sejak 1971 silam. "Saat itu, usia saya sudah memasuki 35 tahun," ujarnya, belum lama ini.
Lebih lanjut Darmianto menceritakan kisah hidup dan perjalanannya menjadi atlet. Di usia remaja, Darmianto suka dengan olah raga lari.
Namun saat itu, hanya sebatas hobi dan belum memiliki pikiran untuk mengikuti kejuaraan lari. Meski sudah bekerja sebagai tukang becak, namun setiap hari dirinya tetap menyalurkan hobi.
"Hobi itu saya salurkan setiap pagi sebelum bekerja dengan berlari dari rumah menuju Salatiga (ke tempat kerja). Sesampainya di Salatiga saya langsung mengambil becak di rumah pemiliknya dan mangkal di Jensud (Jalan Sudirman),” tuturnya.
Selanjutnya, pada saat usianya menginjak 44 tahun, tepatnya pada 1980, Darminto memiliki pemikiran untuk menjajal kemampuannya berlari dengan mengikuti seleksi training center Pelatnas lari maraton di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
“Saat itu, saya tidak punya uang untuk berangkat ke sana (Wonogiri). Akhirnya saya nekat berangkat ke Wonogiri dengan menaiki sepeda ontel. Berangkat dari rumah jam 5 pagi sampai sana jam 2 siang,” ungkapnya.
Sesampainya di Wonogiri, Darmianto langsung menghubungi panitia dan mengutarakan niat kedatangannya.
Setelah mendaftarkan diri, Darmianto langsung bergabung dengan pelari muda Pelatnas di garis star untuk mengikuti uji coba lari maraton menempuh jarak sekitar 40 kilometer (km).
Selang beberapa waktu kemudian, uji coba lari maraton tersebut dimulai. Meski tidak masuk tiga besar, namun Darmianto bisa berlari sampai garis finish.
Setelah mengikuti uji coba lari maraton itu, nama Darmianto mulai dikenal sebagai pelari veteran. Lantas dirinya mengawali karirnya dengan mengikuti kejuraan regional di Salatiga dan menyabet juara pertama.
“Mulai saat itu, saya terus giat berlatih sendiri dan mengikuti sejumlah kejuaran tingkat nasional. Hasilnya, saya mendapat sejumlah medali,” katanya.
Menurut Darmianto, semenjak menjuarai berbagai kejuaran lari tingkat nasional, namanya naik daun. Bahkan dirinya menjadi pelari veteran yang diperhitungkan di tingkat nasional.
Kemudian pada 1990, Darmianto mewakili Indonesia mengikuti kejuaran internasional lari atlet veteran di Malaysia. Dia berhasil menyabet medali emas.
“Pada 1992 saya kembali mengikuti kejuaran lari serupa di Malaysia. Alhamdulillah saya kembali bisa meraih medali emas,” katanya.
Saat mengikuti kejuaraan di Malaysia, Darmianto menyabet empat medali emas dan satu medali perak.
Mendali emas diraih pada kejuaraan lari nomor 10 km; 5 km; 1,5 km dan 800 meter. Sedangkan medali peraknya diraihnya dari nomor maraton.
Selang beberapa waktu kemudian, Darmianto mengikuti kejuaraan master di Singapura. Hasilnya, berhasil meraih tiga medali emas dan satu perak. (Baca juga: Sudah Berusia 16 Tahun, Bupati Batang Ganti 15 Mobil Dinas Camat)
“Meski telah berhasil menjuarai sejumlah kejuaran lari, tapi saya tetap menekuni pekerjaan saya jadi tukang becak. Setelah ikut kejuaraan, saya kembali ke rumah dan bekerja narik becak,” tukasnya. (Baca juga: 17 DPC PAN se-Sleman Tolak Dinasti Politik, Ini Alasannya)
Dia juga ingin terus mengabdikan diri di dunia atletik. Bapak lima anak ini juga siap menularkan ilmunya kepada generasi penerus jika ada yang menawarinya menjadi pelatih lari.
“Silahkan kalau mau bertukar pikiran atau belajar tentang dunia lari. Dengan senang hati, akan saya ajarkan ilmu yang saya miliki,” pungkasnya.
Lihat Juga: Kayanya Alam Nusantara di Bawah Kekuasaan Kerajaan Majapahit, Bikin Pedagang Tingkok Terpana
(boy)