PDIP Tak Berani Garansi Gus Ipul, di Pilkada Jatim 2018

Rabu, 12 Juli 2017 - 19:03 WIB
PDIP Tak Berani Garansi Gus Ipul, di Pilkada Jatim 2018
PDIP Tak Berani Garansi Gus Ipul, di Pilkada Jatim 2018
A A A
SURABAYA - DPD PDI Perjuangan Jawa Timur tidak berani menggaransi Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf (Gus Ipul) bakal mendapat rekomendasi dari DPP. Nama Gus Ipul bisa saja tergusur oleh kandidat lain yang diinginkan partai banteng moncong putih itu.

Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur Kusnadi mengatakan, DPP PDIP adalah pemegang otoritas penuh dalam penentuan kandidat.

Sehingga usul yang disampaikan DPD Jawa Timur juga bisa kandas, bila memang DPP punya pertimbangan lain.

“Sejauh ini calon gubernur dari DPD PDIP Jatim adalah Gus Ipul. Sebab, memang hanya Gus Ipul yang mendaftar, sampai penutupan 10 Juni lalu. Walau begitu, belum tentu juga Gus Ipul yang akan direkomendasi. Sebab, bisa saja, DPP punya calon sendiri,”tegas Kusnadi seusai menghadiri acara Surabaya Survey Centre di Hotel Yello, Rabu (12/7/2017).

Kusnadi menyampaikan, penentuan kandidat kepala daerah di DPP PDIP tidak ada batasnya. Mereka bisa membuat keputusan kapanpun. Bahkan menjelang batas akhir pendaftaran calon di KPU. Karena itu, dia tidak berani memastikan bahwa partainya akan mengusung Gus Ipul pada pemilihan gubernur 2018 nanti.

“Tugas kami hanya melakukan penjaringan saja. Selanjutnya urusan DPP, siapa yang akan diusung nanti. Prinsipnya, siapapun yang direkomendasi nanti akan kami dukung,”tukasnya.

Potensi DPP PDIP merekomendasikan calon di luar Gus Ipul memang cukup besar. Pasalnya, di internal PDIP sendiri juga ada tokoh lain yang tak kalah populis dan punya elektabilitas tinggi, seperti Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Hasil survei SSC (Surabaya Survey Centre) pada periode 10-30 Juni, menyebutkan, tingkat elektabilitas Risma mencapai 24,10%. Jumlah ini hanya berselisih dua digit dari Gus Ipul yang hanya memperoleh 26,60%. Dan jauh di atas Khofifah yang hanya memperoleh 16,80%.

Bagi Risma, raihan ini cukup luar biasa. Sebab, beberapa bulan lalu, orang nomor satu di Surabaya ini hanya menempati urutan ketiga, setelag Gus Ipul dan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.

Bahkan, untuk akseptabilitas, Tri Rismaharini berada di puncak, mengungguli Gus Ipul dan Khofifah Indar Parawansa. Dalam survey, Risma unggul dengan 75,80%. Sedangkan Gus Ipul 75,50%. Sementara Khofifah 67,90%.

“Masyarakat paham betul bahwa Bu Risma suka marah-marah. Tetapi masyarakat tetap senang. Ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Bu Risma cukup tinggi,”ungkap Direktur SSC Mohtar W Utomo.

Masyarakat Jawa Timur, lanjut Mohtar melihat sosok Risma sebagai pribadi yang jujur dan tegas. Karena itu mereka tidak peduli dengan sikap emosional walikota perempuan itu. “Boleh dibilang, Bu Risma ini adalah calon potensial,” katanya.

Di luar nama Risma, sosok Khofifah Indar Parawansa, lanjut Mohtar juga patut diperhitungkan. Ini karena popularitas Khofifah masih teratas, mengungguli Gus Ipul.

Hasil survei menyebutkan, popularitas Khofifah adalah 90,00%. Sedangkan Gus Ipul 84,60%.

Mohtar mengakui bahwa sampai saat ini Gus Ipul masih teratas untuk urusan elektabilitas. Namun, keunggulan ini bisa runtuh menyusul langkah-langkah kontra produktif yang dilakukan oleh partai pengusung.

Pernyataan Mohtar ini disampaikan menyikapi pernyataan Ketua DPP PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) atas Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa beberapa waktu lalu.

Saat itu, Cak Imin meminta agar Presiden Jokowi tidak memberi izin (restu) kepada Khofifah untuk maju dalam Pilgub Jatim. Nah, pernyataan itulah kata Mohtar yang dianggap sebagai boomerang bagi PKB dan Gus Ipul pada Pilgub Jatim.

“Bahasa Cak Imin itu bisa dianggap sebagai sarkasme politik, atau tidak menghargai kolega politik. Bayangkan, dengan musuh politik saja seperti itu. Nah, ini tentu kontra produktif dan bisa menguntungkan pihak lain,” tutur dosen Universitas Trunojoyo ini.

Sementara itu pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo menyampaikan, ketiga tokoh (Gus Ipul, Risma dan Khofifah) masih punya peluang sama untuk menjadi pemenang pada pilgub mendatang 2018 nanti. Tinggal bagaimana ketiga tokoh tersebut memanfaatkan peluang yang ada.

“Orang terkenal bisa stagnan. Mereka bisa kalah dengan orang yang pandai menyalib. Nah, kalau ada tokoh yang pandai menyalib, dialah yang akan menjadi pemenang,”pungkasnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3573 seconds (0.1#10.140)