Kisah Tunggul Ametung, Penguasa Tumapel yang Kejam Memeras dan Merampas Harta Rakyat
loading...
A
A
A
Tumapel merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri yang akhirnya dimerdekakan oleh Ken Arok . Semasa dikuasai Kediri, Tumapel yang kini menjadi cikal bakal Kerajaan Singasari ini dikuasai oleh akuwu atau setingkat bupati bernama Tunggul Ametung.
Saat itu Kerajaan Kediri dipimpin oleh Kertajaya. Konon kala itu dua pemimpin yakni Kertajaya dan Tunggul Ametung itu sama-sama bertindak semaunya sendiri, sering merampas dan memeras harta benda rakyatnya.
Tumapel sendiri yang menjadi wilayah kekuasaan Kediri digambarkan pada "Hitam Putih Ken Arok : Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan" merupakan kota dengan bangunan - bangunan mewah sebagai tempat tinggal Ametung beserta pejabat-pejabatnya.
Namun bangunan-bangunan mewah ini hanya ada di area istana Tunggul Ametung. Di luar istana, yang ada hanyalah gubuk-gubuk reot yang menjadi tempat tinggal rakyat Tumapel. Sebagaimana Kertajaya, Ametung juga bersikap keras dan cenderung menistakan kaum brahmana.
Tunggul Ametung sesungguhnya adalah seorang anak dari kasta sudra lalu diangkat oleh Kertajaya sebagai akuwu Tumapel. Atas bantuan Kertajaya inilah, Ametung yang asalnya manusia kelas kere kemudian naik menjadi satria yang posisinya sejajar dengan para pejabat istana dan para pangeran.
Oleh karenanya, ketika Tumapel di bawah kekuasaannya jarang menyetorkan upeti ke Kediri, karena sering dirampok dan dibegal oleh kelompoknya Ken Arok. Tunggul Ametung sang penguasa Tumapel itu pun langsung mengungkit-ungkit jasanya itu.
Menurutnya, kalau hanya sekedar menghadapi perampok dan begal, sudah menjadi pekerjaannya sehari-hari sejak sebelum dirinya diangkat sebagai akuwu Tumapel. Namun belakangan, pasca dirinya mengawini Ken Dedes secara paksa, orang yang merampok upetinya yang hendak dikirim ke Kediri adalah sosok yang mengaku brahmana, yang membuat Ametung dan seluruh bala tentaranya tergoncang dan diteror ketakutan.
Melihat sosok itu, Tunggul Ametung langsung berkeyakinan bahwa sosok tunggal yang merampok dirinya itu jelas seorang brahmana yang sakti, ia tentunya seorang mahasiddhi atau istilahnya pemilik kesaktian tinggi. Dari persoalan inilah kelak Tunggul Ametung mengalami krisis kepercayaan dari raja Kediri, Kertajaya.
Nama Tunggul Ametung ini agaknya merupakan benar adanya dan tercatat dalam sejarah. Pasalnya nama itu pula yang tercantum dalam kitab kuno Kakawin Pararaton. Dimana pada kitab Pararaton itu dijelaskan, Tunggul Ametung menjabat sebagai akuwu wilayah Tumapel, yaitu salah satu daerah bawahan kerajaan Kediri pada masa pemerintahan Kertajaya (1185-1222). Tunggul Ametung mati dibunuh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang pada tahap berikutnya mendirikan Kerajaan Singasari.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
Saat itu Kerajaan Kediri dipimpin oleh Kertajaya. Konon kala itu dua pemimpin yakni Kertajaya dan Tunggul Ametung itu sama-sama bertindak semaunya sendiri, sering merampas dan memeras harta benda rakyatnya.
Tumapel sendiri yang menjadi wilayah kekuasaan Kediri digambarkan pada "Hitam Putih Ken Arok : Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan" merupakan kota dengan bangunan - bangunan mewah sebagai tempat tinggal Ametung beserta pejabat-pejabatnya.
Namun bangunan-bangunan mewah ini hanya ada di area istana Tunggul Ametung. Di luar istana, yang ada hanyalah gubuk-gubuk reot yang menjadi tempat tinggal rakyat Tumapel. Sebagaimana Kertajaya, Ametung juga bersikap keras dan cenderung menistakan kaum brahmana.
Tunggul Ametung sesungguhnya adalah seorang anak dari kasta sudra lalu diangkat oleh Kertajaya sebagai akuwu Tumapel. Atas bantuan Kertajaya inilah, Ametung yang asalnya manusia kelas kere kemudian naik menjadi satria yang posisinya sejajar dengan para pejabat istana dan para pangeran.
Oleh karenanya, ketika Tumapel di bawah kekuasaannya jarang menyetorkan upeti ke Kediri, karena sering dirampok dan dibegal oleh kelompoknya Ken Arok. Tunggul Ametung sang penguasa Tumapel itu pun langsung mengungkit-ungkit jasanya itu.
Menurutnya, kalau hanya sekedar menghadapi perampok dan begal, sudah menjadi pekerjaannya sehari-hari sejak sebelum dirinya diangkat sebagai akuwu Tumapel. Namun belakangan, pasca dirinya mengawini Ken Dedes secara paksa, orang yang merampok upetinya yang hendak dikirim ke Kediri adalah sosok yang mengaku brahmana, yang membuat Ametung dan seluruh bala tentaranya tergoncang dan diteror ketakutan.
Melihat sosok itu, Tunggul Ametung langsung berkeyakinan bahwa sosok tunggal yang merampok dirinya itu jelas seorang brahmana yang sakti, ia tentunya seorang mahasiddhi atau istilahnya pemilik kesaktian tinggi. Dari persoalan inilah kelak Tunggul Ametung mengalami krisis kepercayaan dari raja Kediri, Kertajaya.
Nama Tunggul Ametung ini agaknya merupakan benar adanya dan tercatat dalam sejarah. Pasalnya nama itu pula yang tercantum dalam kitab kuno Kakawin Pararaton. Dimana pada kitab Pararaton itu dijelaskan, Tunggul Ametung menjabat sebagai akuwu wilayah Tumapel, yaitu salah satu daerah bawahan kerajaan Kediri pada masa pemerintahan Kertajaya (1185-1222). Tunggul Ametung mati dibunuh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang pada tahap berikutnya mendirikan Kerajaan Singasari.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
(hri)