Penampakan Artefak Peninggalan Majapahit, Keris hingga Keramik di Museum Ganesya

Rabu, 20 September 2023 - 13:47 WIB
loading...
Penampakan Artefak Peninggalan...
Kondisi koleksi peninggalan Kerajaan Majapahit di Museum Ganesya, Malang, Jawa Timur. Foto/MPI/Avirista Midaada
A A A
MALANG - Sejumlah artefak bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit tersimpan di Museum Ganesya di Balearjosari, Kota Malang, Jawa Timur. Di antaranya keris, peralatan rumah tangga, hingga kendi-kendi keramik yang digunakan untuk upacara keagamaan.

Beberapa koleksi Museum Ganesya berasal dari permukiman-permukiman kuno peninggalan Kerajaan Majapahit. Tampak beberapa barang-barang milik warga di era Majapahit di ibu kota hingga daerah-daerah lain yang tersebar di berbagai kota di Jawa Timur.



Koleksi benda-benda dari peninggalan Kerajaan Majapahit ini menjadi koleksi bersifat tetap dari Museum Ganesya yang berada di kompleks Perumahan Graha Kencana Blimbing, Kota Malang.



Amri Bayu selaku pemandu senior Museum Ganesya mengungkapkan, ada dua jenis koleksi dari museum yakni benda-benda yang sifatnya tetap seperti koleksi peninggalan Kerajaan Majapahit dan Singasari. Sedangkan untuk benda-benda dengan jenis koleksi temporary atau tergantung waktunya mulai dari segala macam benda-benda wayang.

"Kalau benda-benda arkeologi sejarah Singasari dan Majapahit itu tetap. Yang sifatnya temporary, ini benda museum temporary ini tiap enam bulan sekali di-update, tergantung temanya. Pernah yang dipamerkan itu benda-benda mistik, keris. Kemudian celengan, yang terakhir ragam londo wayang Arjuno," kata Amri Bayu, Rabu (20/9/2023)

Benda-benda yang berhubungan dengan peninggalan Kerajaan Majapahit, kata Amri, berada di lantai dua dari tiga lantai lokasi museum. Bangunan museum ini sendiri menyatu dengan bangunan loket wahana permainan air yang dikelola oleh perusahaan yang sama.



"Di lantai dua ini ada benda-benda sejarah dari beberapa kerajaan, yang banyak dari Majapahit dan Singasari. Ini benda-benda yang berhubungan dengan keramik atau alat-alat logistik zaman dahulu, terutama perdagangan era antar kerajaan," ucapnya.

Amri Bayu menceritakan, keramik-keramik ini merupakan koleksi asli yang diperoleh dari hasil penelitian dan penitipan dari Museum Trowulan dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah XI, yang dahulunya bernama Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) di Trowulan, Mojokerto. Di mana masing-masing keramik memiliki masa waktu yang berbeda-beda.

Keramik-keramik ini pun saat ditemukan tidak selalu dalam keadaan utuh dan mampu diidentifikasi. Tak sedikit keramik dan peralatan sehari-hari yang karena berbagai macam peristiwa membuat keramik pecah jadi berkeping-keping.

"Dulu masyarakat Singasari, Majapahit dan sebagainya itu berdagang tukar tambah, atau tukar barang dengan kerajaan-kerajaan dari China, Kamboja, Thailand, dan sebagainya," tuturnya.

"Artefaknya seperti ini ada keramik, ada gentong, ada fragmen-fragmen pecahan piring, itu membuktikan kalau dulu memang perdagangan itu berkembang sangat pesat. Nenek moyang kita sudah berinteraksi dengan orang-orang di luar Nusantara," imbuhnya.

Koleksi keris aneka ragam, baik dari dapur, pamor, luk, mendak, hingga pendok dari peninggalan Kerajaan Majapahit juga terdapat di sini. Menariknya keris-keris ini diamankan khusus di etalase yang dipamerkan pada ruang tertutup dengan dikunci.

Pengunjung hanya boleh melihat seluruh koleksi keris peninggalan kerajaan besar di Jawa Timur itu dari luar pagar di ruangan khusus tersebut. Sedangkan di dalam ruangan dipamerkan banyak koleksi keris, anting-anting, cincin, gelang, hingga tombak, yang digunakan masyarakat di era Kerajaan Majapahit.

"Di sini menceritakan identitas sosial masyarakat Jawa kuno saat itu. Jadi yang mulai koleksinya berbahan emas, sampai perak dan perunggu. Jadi semua itu benda-benda aksesoris identitas para bangsawan, ini hipotesa. Keris ini juga menjadi identitas sosial masyarakat, orang dulu nggak punya KTP. Nah KTP-nya mereka keris ini. Makanya keris itu ID card bagi masyarakat Jawa kuno, dan ini sifatnya privasi dan tidak boleh diketahui oleh umum," jelasnya.

Ia mengisahkan bagaimana keris dalam tangguh Tuban misalnya yang dipamerkan juga merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. Ada juga disebut Amri, keris yang berasal bentuk wilayah Jombang, namun berdasarkan tangguh umurnya keris itu berasal dari kerajaan yang sama.

"Yang Singasari kayak betok, kayak bilah pisau pramuka, tapi lebih cembung itu betok, era tangguh Majapahit di daerah Majapahit, yang tangguh Jombang, Tuban itu sefrekuensi satu era dengan Majapahit," jelasnya.

Menurut Amri Bayu, keris ini sengaja dipasang pagar di dalam ruangan khusus untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi secara dimensi metafisika, keris di museum ini juga memiliki dinamika metafisika atau hal-hal mistis. Tampak beberapa keris dari tangguh Majapahit, memiliki penunggu.

"Nilai budayanya paling tinggi, baik untuk diduplikasi maupun dicuri. Kecuali VVIP yang bisa masuk. Tapi yang di sini semua kerisnya asli, tidak ada yang terbuat dari plastik atau prototipe," bebernya.

Di museum ini pengunjung juga terdapat koleksi cermin yang biasanya digunakan oleh para bangsawan Kerajaan Majapahit. Tak ketinggalan beberapa benda cagar budaya seperti Genta Biara, yang biasanya diletakkan di altar pemujaan, mata panah yang digunakan untuk berburu hewan liar di masa Kerajaan Majapahit.

Beberapa barang rumah tangga milik kaum sultan Kerajaan Majapahit seperti Bokor Tempolong yang digunakan sebagai tempat ludah sirih di rumah-rumah kaum bangsawan.

Selanjutnya Bokor Pinggan digunakan sebagai tempat buah-buahan sesajen di kuil, hingga fragmen bokor sebagai tempat makanan atau benda kering, juga terpasang dipamerkan di ruangan museum.

Tak ketinggalan beberapa guci, kendi, dan tempat meminum air temuan dari masa Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Singasari. Koleksi ini tersimpan dalam dua buah ruangan besar yang dibatasi kaca. Total ada 71 jenis kendi yang dipamerkan.

"Yang paling banyak temuan kendi susu, ini digunakan diduga untuk upacara pengganti kamandanu, kamandanu dari perunggu ini dari tanah liat makanya yang dipilih kayak coraknya kayak payudara wanita," terangnya.

Amri menuturkan, bila kendi kamandalu itu jarang ditemukan. Sebab kendi ini juga susah ditemukan dan biasanya terdapat di pagoda-pagoda.

"Itu dari perunggu jarang sekali ditemukan. Carinya seperti pagoda airnya kayak naga untuk masyarakat bentuknya yang biasa," paparnya.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2284 seconds (0.1#10.140)