Kisah Arya Penangsang, Petaka Murid Sunan Kudus yang Tewas di Tangan Gagak Rimang
loading...
A
A
A
Arya Penangsang memiliki watak agresif sekaligus mudah panas, di sisi lain juga berhasrat besar untuk menghabisi Hadiwijaya. Karena Hadiwijaya terkenal dengan kesaktiannya, muslihat pun diciptakan, yakni dengan mengundang hadir ke Kadipaten Jipang Panolan.
Sebuah kursi telah dipasang rajah pangapesan disiapkan untuk Hadiwijaya. Siapapun yang menduduki kursi itu, kesaktiannya akan rontok. Namun secara cerdik, Hadiwijaya mampu membuat kursi dengan rajah kesialan itu justru diduduki Arya Penangsang sendiri.
“Maka rajah yang dipasang justru senjata makan tuan”.
Saat duduk berhadap-hadapan Arya Penangsang menyatakan meminjam keris Hadiwijaya dan oleh Hadiwijaya diulurkan. Oleh Arya Penangsang keris langsung dihunus.
“Apa ini sakti Kakanda?,” tanya Penangsang. Hadiwijaya yang duduk berhadap-hadapan menjawab dengan tenang. “O keris saya ada dua, ini keris Kiai Carubuk, sakti sekali,” jawab Hadiwijaya sembari menghunus keris yang dibicarakan.
Sunan Kudus yang melihat pemandangan itu, langsung bergegas keluar. Sunan Kudus merupakan guru Arya Penangsang. Ia memberi isyarat dengan berkata agar keris segera disarungkan saja. Yang jelek dibuang dan yang baik disimpan.
Dalam sejumlah sumber menyebut, isyarat menyarungkan adalah meminta Arya Penangsang segera menikamkan keris ke dada Sultan Pajang. Dalam logika perang, keris yang sudah dihunus harus segera disarungkan.
Dan yang dimaksud menyarungkan adalah menusuk dada lawan, bukan memasukkan ke dalam warangka. Arya Penangsang tidak menangkap isyarat itu. Keris disarungkan ke warangkanya.
Sebuah kursi telah dipasang rajah pangapesan disiapkan untuk Hadiwijaya. Siapapun yang menduduki kursi itu, kesaktiannya akan rontok. Namun secara cerdik, Hadiwijaya mampu membuat kursi dengan rajah kesialan itu justru diduduki Arya Penangsang sendiri.
“Maka rajah yang dipasang justru senjata makan tuan”.
Saat duduk berhadap-hadapan Arya Penangsang menyatakan meminjam keris Hadiwijaya dan oleh Hadiwijaya diulurkan. Oleh Arya Penangsang keris langsung dihunus.
“Apa ini sakti Kakanda?,” tanya Penangsang. Hadiwijaya yang duduk berhadap-hadapan menjawab dengan tenang. “O keris saya ada dua, ini keris Kiai Carubuk, sakti sekali,” jawab Hadiwijaya sembari menghunus keris yang dibicarakan.
Sunan Kudus yang melihat pemandangan itu, langsung bergegas keluar. Sunan Kudus merupakan guru Arya Penangsang. Ia memberi isyarat dengan berkata agar keris segera disarungkan saja. Yang jelek dibuang dan yang baik disimpan.
Dalam sejumlah sumber menyebut, isyarat menyarungkan adalah meminta Arya Penangsang segera menikamkan keris ke dada Sultan Pajang. Dalam logika perang, keris yang sudah dihunus harus segera disarungkan.
Dan yang dimaksud menyarungkan adalah menusuk dada lawan, bukan memasukkan ke dalam warangka. Arya Penangsang tidak menangkap isyarat itu. Keris disarungkan ke warangkanya.