Dua Orang Utan di Semarang dan Kendal Segera Dikembalikan ke Habitat Alam
loading...
A
A
A
SEMARANG - Dua orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus) bernama Boboi dan Samson berjenis kelamin jantan kini usianya telah mencapai 30 dan 15 tahun.
Samson merupakan satwa di Taman Satwa Jurang Kencana Kendal dan Boboi adalah satwa konservasi milik Erwin di Semarang.
Petugas Karantina Pertanian Semarang, Samiyono mendampingi proses pemeriksaan kesehatan dan pengambilan sampel darah untuk keperluan uji laboratorium bersama BKSDA.
Kedua orang utan ini akan diuji tuberculin untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi kuman Mycobacterum tuberkulosis dan uji Elisa untuk mengetahui titer antibodi rabies.
"Hasil yang bagus dan sehat tentunya sangat diharapkan. Sehingga orang utan ini dapat diberangkatkan ke Kalimantan untuk kembali ke habitat dengan tujuan penyelamatan satwa," kata Kepala Balai Karantina Pertanian Semarang Parlin Robert Sitanggang, Kamis (30/7/2020).
Menurutnya, sehat menjadi syarat penting, pasalnya jika orang utan ini sakit dapat menular ke orang utan lain dan akan menyebar ekosistem yang ada.
Faktor usia menjadi pertimbangan pihak manajemen Taman Satwa untuk kembalikan ke habitat. Pasalnya usia mereka rentan terserang penyakit seperti manusia.
Beberapa penyakit infeksi yang ada pada manusia dapat diderita orangutan. Oleh karenanya penyakit merupakan salah satu ancaman yang paling besar terhadap kelangsungan hidup orangutan, sehingga interaksi manusia dengan orangutan dikurangi.
"Faktor biaya operasional yang cukup tinggi di masa pandemi Covid-19 menjadi dasar rencana ini. Biaya yang harus dikeluarkan menjadi lebih banyak karena terdapat biaya tambahan untuk menjaga agar antibodi nya tetap terjaga, tidak mudah terserang penyakit," terangnya.
Orang utan ini nantinya akan menjalani proses rehabilitasi dan habituasi. Selain itu perlu observasi selama 14 hari untuk mengetahui kondisi kesehatan satwa. Proses rehabilitasinya sendiri akan dilaksanakan di Ketapang.
"Disini orang utan akan dilatih agar menjadi liar kembali. Selama bertahun-tahun di Taman Satwa orang utan ini terlindung dari bahaya kelaparan dan ancaman binatang buas ataupun manusia," ujar Parlin.
Dia menjelaskan bahwa hewan yang terbiasa di kandang jarang belajar keterampilan, dan terbiasa kontak dengan manusia. Sehingga tidak memiliki rasa takut terhadap manusia, mereka rentan pemburu liar dan tidak siap untuk hidup di alam liar.
Selain itu jiwa alami mereka telah hilang dan terkesan manja. Untuk makan, mereka terbiasa menunggu, tidak mencari sendiri, Oleh karenanya rehabilitasi sangat diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. (Baca juga: Salat Idul Adha di MAJT, Jamaah Harus Wudhu dan Bawa Sajadah dari Rumah)
"Dengan kegiatan translokasi ini diharapkan dapat menjadi sarana edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat untuk ikut menjaga dan melindungi satwa liar," pungkasnya. (Baca juga: Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi, Pemprov Jateng Gelontorkan Bantuan Rp2,23 Triliun)
Samson merupakan satwa di Taman Satwa Jurang Kencana Kendal dan Boboi adalah satwa konservasi milik Erwin di Semarang.
Petugas Karantina Pertanian Semarang, Samiyono mendampingi proses pemeriksaan kesehatan dan pengambilan sampel darah untuk keperluan uji laboratorium bersama BKSDA.
Kedua orang utan ini akan diuji tuberculin untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi kuman Mycobacterum tuberkulosis dan uji Elisa untuk mengetahui titer antibodi rabies.
"Hasil yang bagus dan sehat tentunya sangat diharapkan. Sehingga orang utan ini dapat diberangkatkan ke Kalimantan untuk kembali ke habitat dengan tujuan penyelamatan satwa," kata Kepala Balai Karantina Pertanian Semarang Parlin Robert Sitanggang, Kamis (30/7/2020).
Menurutnya, sehat menjadi syarat penting, pasalnya jika orang utan ini sakit dapat menular ke orang utan lain dan akan menyebar ekosistem yang ada.
Faktor usia menjadi pertimbangan pihak manajemen Taman Satwa untuk kembalikan ke habitat. Pasalnya usia mereka rentan terserang penyakit seperti manusia.
Beberapa penyakit infeksi yang ada pada manusia dapat diderita orangutan. Oleh karenanya penyakit merupakan salah satu ancaman yang paling besar terhadap kelangsungan hidup orangutan, sehingga interaksi manusia dengan orangutan dikurangi.
"Faktor biaya operasional yang cukup tinggi di masa pandemi Covid-19 menjadi dasar rencana ini. Biaya yang harus dikeluarkan menjadi lebih banyak karena terdapat biaya tambahan untuk menjaga agar antibodi nya tetap terjaga, tidak mudah terserang penyakit," terangnya.
Orang utan ini nantinya akan menjalani proses rehabilitasi dan habituasi. Selain itu perlu observasi selama 14 hari untuk mengetahui kondisi kesehatan satwa. Proses rehabilitasinya sendiri akan dilaksanakan di Ketapang.
"Disini orang utan akan dilatih agar menjadi liar kembali. Selama bertahun-tahun di Taman Satwa orang utan ini terlindung dari bahaya kelaparan dan ancaman binatang buas ataupun manusia," ujar Parlin.
Dia menjelaskan bahwa hewan yang terbiasa di kandang jarang belajar keterampilan, dan terbiasa kontak dengan manusia. Sehingga tidak memiliki rasa takut terhadap manusia, mereka rentan pemburu liar dan tidak siap untuk hidup di alam liar.
Selain itu jiwa alami mereka telah hilang dan terkesan manja. Untuk makan, mereka terbiasa menunggu, tidak mencari sendiri, Oleh karenanya rehabilitasi sangat diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. (Baca juga: Salat Idul Adha di MAJT, Jamaah Harus Wudhu dan Bawa Sajadah dari Rumah)
"Dengan kegiatan translokasi ini diharapkan dapat menjadi sarana edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat untuk ikut menjaga dan melindungi satwa liar," pungkasnya. (Baca juga: Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi, Pemprov Jateng Gelontorkan Bantuan Rp2,23 Triliun)
(boy)