6 Fakta Cirebon, Kota Udang yang Terkenal dengan Kuliner Empal Gentong
loading...
A
A
A
JAKARTA - Cirebon merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat . Wilayah ini juga menjadi pintu gerbang untuk Provinsi Jawa Tengah karena berbatasan langsung dengan Kabupaten Brebes di Timur.
Kabupaten ini memiliki daratan yang memanjang dari Barat Laut ke Tenggara. Wilayah ini juga merupakan salah satu daerah produsen beras yang terletak di jalur pantura.
Selain dari sejumlah fakta yang telah dibeberkan di atas, Kabupaten Cirebon masih menyimpan sejumlah fakta menarik lain. Berikut ini ulasannya.
Sebutan Cirebon merupakan singkatan dari dua kata, "Ci" dan "Rebon". Dalam bahasa Sunda, ci atau cai berarti air, sedangkan rebon berarti udang. Oleh sebab itu, wilayah tersebut dijuluki sebagai Kota Udang.
Dalam sumber lain disebutkan bahwa Cirebon berasal dari kata "Caruban" yang berarti "campuran" atau "bersatu padu". Alasannya karena masyarakat Cirebon terdiri dari berbagai macam suku, seperti dari Jawa, Melayu, Sunda, China, dan Arab.
Terdapat empat keraton yang ada di Cirebon, di antaranya Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Kaprabonan.
Melansir dari laman resmi Kabupaten Cirebon, Kesultanan Cirebon yang didirikan Pangeran Cakrabuana, putra pertama dari Prabu Siliwangi dengan Subanglarang.
Seiring berjalannya waktu, keraton tersebut berkembang jadi Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan melalui pembagian kekuasaan.
"Gemah Ripah Loh Jinawi" merupakan semboyan yang cukup populer dari Kota Cirebon. Arti dari semboyan tersebut adalah negara yang luas (jembar) dengan rakyat yang banyak, sementara "Loh Jinawi" berarti subur makmur.
Karena terdapat makam Sunan Gunung Jati, Cirebon menjadi wilayah yang populer untuk dihadiri oleh para peziarah dari berbagai wilayah.
Makam Sunan Gunung Jati terletak di Desa Astana,Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tepatnya ada di tingkat sembilan dengan sembilan pintu gerbang.
Kesembilan pintu gerbang itu memiliki nama masing-masing, yaitu Pintu Gapura, Pintu Krapyak, Pintu Pasujudan, Pintu Ratnakomala, Pintu Jinem, Pintu Rararog, Pintu Kaca, Pintu Bacem, dan Pintu Teratai yaitu pintu untuk menuju ke area makam Sunan Gunung Jati.
Beberapa kuliner populer asal Cirebon adalah Empal Gentong dan Nasi Jamblang. Empal Gentong sendiri merupakan makanan berkuah menyerupai gulai dengan isian jeroan dan daging sapi atau kerbau.
Sedangkan nasi jamblang adalah nasi yang berukuran hanya sekepalan tangan namun memiliki lauk yang beragam, mulai dari tongkol, telur, tempe, tahun, dan lain sebagainya.
Beragam budaya tentunya tersimpan di Cirebon, namun salah satu yang cukup menarik adalah adanya Tari Sintren. Hal yang unik dari tarian ini adalah adanya unsur mistis lewat pelaksanaan ritual memanggil roh atau arwah.
Tari Sintren ini mengisahkan Sulandono sebagai putra Ki Bahurekso Bupati Kendal yang pertama, hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari yang dijuluki Dewi Lanjar.
Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak. Namun, hubungan asmara tersebut tidak direstui Ki Bahurekso hingga akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari.
Kabupaten ini memiliki daratan yang memanjang dari Barat Laut ke Tenggara. Wilayah ini juga merupakan salah satu daerah produsen beras yang terletak di jalur pantura.
Selain dari sejumlah fakta yang telah dibeberkan di atas, Kabupaten Cirebon masih menyimpan sejumlah fakta menarik lain. Berikut ini ulasannya.
Fakta Menarik Cirebon
1. Asal Usul Nama Cirebon
Sebutan Cirebon merupakan singkatan dari dua kata, "Ci" dan "Rebon". Dalam bahasa Sunda, ci atau cai berarti air, sedangkan rebon berarti udang. Oleh sebab itu, wilayah tersebut dijuluki sebagai Kota Udang.
Dalam sumber lain disebutkan bahwa Cirebon berasal dari kata "Caruban" yang berarti "campuran" atau "bersatu padu". Alasannya karena masyarakat Cirebon terdiri dari berbagai macam suku, seperti dari Jawa, Melayu, Sunda, China, dan Arab.
2. Punya Sejumlah Keraton
Terdapat empat keraton yang ada di Cirebon, di antaranya Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Kaprabonan.
Melansir dari laman resmi Kabupaten Cirebon, Kesultanan Cirebon yang didirikan Pangeran Cakrabuana, putra pertama dari Prabu Siliwangi dengan Subanglarang.
Seiring berjalannya waktu, keraton tersebut berkembang jadi Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan melalui pembagian kekuasaan.
3. Populer dengan Semboyan Gemah Ripah Loh Jinawi
"Gemah Ripah Loh Jinawi" merupakan semboyan yang cukup populer dari Kota Cirebon. Arti dari semboyan tersebut adalah negara yang luas (jembar) dengan rakyat yang banyak, sementara "Loh Jinawi" berarti subur makmur.
4. Terdapat Makam Sunan Gunung Jati
Karena terdapat makam Sunan Gunung Jati, Cirebon menjadi wilayah yang populer untuk dihadiri oleh para peziarah dari berbagai wilayah.
Makam Sunan Gunung Jati terletak di Desa Astana,Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tepatnya ada di tingkat sembilan dengan sembilan pintu gerbang.
Kesembilan pintu gerbang itu memiliki nama masing-masing, yaitu Pintu Gapura, Pintu Krapyak, Pintu Pasujudan, Pintu Ratnakomala, Pintu Jinem, Pintu Rararog, Pintu Kaca, Pintu Bacem, dan Pintu Teratai yaitu pintu untuk menuju ke area makam Sunan Gunung Jati.
5. Kuliner Populer
Beberapa kuliner populer asal Cirebon adalah Empal Gentong dan Nasi Jamblang. Empal Gentong sendiri merupakan makanan berkuah menyerupai gulai dengan isian jeroan dan daging sapi atau kerbau.
Sedangkan nasi jamblang adalah nasi yang berukuran hanya sekepalan tangan namun memiliki lauk yang beragam, mulai dari tongkol, telur, tempe, tahun, dan lain sebagainya.
6. Punya Tarian Khas
Beragam budaya tentunya tersimpan di Cirebon, namun salah satu yang cukup menarik adalah adanya Tari Sintren. Hal yang unik dari tarian ini adalah adanya unsur mistis lewat pelaksanaan ritual memanggil roh atau arwah.
Tari Sintren ini mengisahkan Sulandono sebagai putra Ki Bahurekso Bupati Kendal yang pertama, hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari yang dijuluki Dewi Lanjar.
Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak. Namun, hubungan asmara tersebut tidak direstui Ki Bahurekso hingga akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari.
(okt)