Kader Partai Demokrat Buka Suara: Akhyar Nasution Bukan Sosok yang Hebat
loading...
A
A
A
MEDAN - Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Medan Akhyar Nasution yang juga kader PDI Perjuangan sudah resmi pindah ke Partai Demokrat demi mengikuti kontestasi Pilkada Kota Medan 2020.
Kuat duagaan, PDI Perjuangan lebih memilih mengusung Bobby Nasution dibanding dirinya sebagai calon wali kota Medan pada Pilkada Desmber 2020 nanti.
Kehadiran Akhyar di Partai Demokrat kemudian membuat sejumlah elite di tingkat pusat menyatakan bahwa partai berlambang merci itu mendapatkan sosok yang hebat.
Namun hal itu disangkal oleh salah satu kader Partai Demokrat ternama di Sumatera Utara, yaitu Muhri Fauzi Hafiz melalui akun facebook-nya. Mantan anggota DPRD Sumut periode 2014-2019 tersebut menegaskan bahwa Akhyar bukan sosok hebat. (BACA JUGA: Aparat Saudi Tangkap 244 Orang yang Coba Masuk Secara Ilegal ke Situs Suci)
"Beberapa orang mengatakan begitu, bahwa Partai Demokrat Kota Medan mendapatkan sosok hebat dalam menghadapi Pilkada Kota Medan tahun ini. Sebagai salah satu kader dan pengurus Partai Demokrat Sumut, saya menyatakan tidak begitulah," katanya saat dikonfirmasi via telepon selular, Rabu (29/7/2020).
Muhri menjelaskan, ada tiga hal yang menjadi dasar mengapa dia menegaskan bahwa Akhyar bukan sosok hebat bagi Partai Demokrat.
"Pertama, Partai Demokrat punya kader yang lebih hebat dari Akhyar. Apalagi di Medan, ada nama-nama kader yang sesungguhnya punya kemampuan dan pengabdian yang lebih nyata untuk partai," ujarnya.
Kedua, ungkap Muhri, menjadi kader partai tidak saja diuji saat tidak menjabat atau dikenal di partai. Tetapi juga saat seorang kader harus menerima keputusan partai.
"Disitulah kita mengakui loyalis atau oportunis. Dan yang ketiga, kesantunan yang ditunjukkan para kader hebat Partai Demokrat Kota Medan dan Sumatera Utara, sehingga pergumulan pendapat yang pro dan kontra jarang tampat di atas permukaan," paparnya. (BACA JUGA: Gegara Kain Sarung dan Sandal Jepit Pencurian Sepeda Motor Terbongkar)
Selain itu, Muhri menilai bahwa sesungguhnya Partai Demokrat harus lebih berhati-hati karena Akhyar rela keluar dari partai sebelumnya demi kontestasi yang sifatnya sesaat dan berjangka waktu pendek.
"Dia baru seumur jagung di partai kami (Partai Demokrat), sedangkan yang sudah membesarkan dirinya pun bisa ditinggalkan," tandasnya.
Kuat duagaan, PDI Perjuangan lebih memilih mengusung Bobby Nasution dibanding dirinya sebagai calon wali kota Medan pada Pilkada Desmber 2020 nanti.
Kehadiran Akhyar di Partai Demokrat kemudian membuat sejumlah elite di tingkat pusat menyatakan bahwa partai berlambang merci itu mendapatkan sosok yang hebat.
Namun hal itu disangkal oleh salah satu kader Partai Demokrat ternama di Sumatera Utara, yaitu Muhri Fauzi Hafiz melalui akun facebook-nya. Mantan anggota DPRD Sumut periode 2014-2019 tersebut menegaskan bahwa Akhyar bukan sosok hebat. (BACA JUGA: Aparat Saudi Tangkap 244 Orang yang Coba Masuk Secara Ilegal ke Situs Suci)
"Beberapa orang mengatakan begitu, bahwa Partai Demokrat Kota Medan mendapatkan sosok hebat dalam menghadapi Pilkada Kota Medan tahun ini. Sebagai salah satu kader dan pengurus Partai Demokrat Sumut, saya menyatakan tidak begitulah," katanya saat dikonfirmasi via telepon selular, Rabu (29/7/2020).
Muhri menjelaskan, ada tiga hal yang menjadi dasar mengapa dia menegaskan bahwa Akhyar bukan sosok hebat bagi Partai Demokrat.
"Pertama, Partai Demokrat punya kader yang lebih hebat dari Akhyar. Apalagi di Medan, ada nama-nama kader yang sesungguhnya punya kemampuan dan pengabdian yang lebih nyata untuk partai," ujarnya.
Kedua, ungkap Muhri, menjadi kader partai tidak saja diuji saat tidak menjabat atau dikenal di partai. Tetapi juga saat seorang kader harus menerima keputusan partai.
"Disitulah kita mengakui loyalis atau oportunis. Dan yang ketiga, kesantunan yang ditunjukkan para kader hebat Partai Demokrat Kota Medan dan Sumatera Utara, sehingga pergumulan pendapat yang pro dan kontra jarang tampat di atas permukaan," paparnya. (BACA JUGA: Gegara Kain Sarung dan Sandal Jepit Pencurian Sepeda Motor Terbongkar)
Selain itu, Muhri menilai bahwa sesungguhnya Partai Demokrat harus lebih berhati-hati karena Akhyar rela keluar dari partai sebelumnya demi kontestasi yang sifatnya sesaat dan berjangka waktu pendek.
"Dia baru seumur jagung di partai kami (Partai Demokrat), sedangkan yang sudah membesarkan dirinya pun bisa ditinggalkan," tandasnya.
(vit)