Miris! Telaga Mengering Akibat Kemarau, Warga Gunungkidul Jual Ternak untuk Beli Air
loading...
A
A
A
Lebih lanjut Padmo mengatakan, niat pemerintah memang baik ingin menjaga telaga-telaga mereka dengan melakukan rehabilitasi, yaitu dengan melakukan semenisasi dinding telaga. Namun ternyata semenisasi tersebut menjadi bumerang karena justru mengakibatkan telaga cepat mengering. "Dinding beton ternyata berdampak sekali," tambahnya.
Kondisi kekeringan ini, memaksa para peternak untuk membeli air agar tetap dapat mempertahankan ternaknya. Seperti yang dilakukan oleh Wanto, warga Padukuhan Temuireng, Kalurahan Girisuko, Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul.
Dia sudah tiga bulan ini terpaksa membeli air bersih, dengan harga Rp150 ribu untuk satu tangki ukuran 5.000 liter. Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, juga untuk ternak. "Kalau saya sudah habis enam tankgi. Tetangga ada yang habis 10 tangki, ya karena ternaknya banyak," ujarnya.
Beberapa tetangganya sudah menjual kambing untuk memenuhi kebutuhan air bersih, terutama untuk ternak mereka. Menjual ternak untuk memenuhi kebutuhan air ternak yang lain, sebenarnya sudah menjadi fonemena biasa di wilayah tersebut, karena hampir setiap tahun terjadi. "Ya memang itu semacam sudah tradisi. Sudah kami antisipasi sebelumnya," kata Wanto.
Widodo, warga Padukuhan Wediutah, Kalurahan Ngeposari, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, mengatakan beberapa warga di wilayahnya terpaksa harus menjual ayam atau kambingnya untuk membeli air, karena telaga di tempat mereka telah mengering. "Biasanya untuk memberi minuman atau mandikan ternak pakai air telaga. Sekarang kering jadi harus beli air," ujarnya.
Sejak dua minggu yang lalu, telaga di wilayah mereka sudah mengering. Meskipun masih ada sisa-sisa air, namun tak bisa dimanfaatkan. Warga terpaksa membeli air dari penjual untuk memenuhi kebutuhan ternaknya
Sementara untuk kebutuhan mereka sehari-hari, warga masih bisa memanfaatkan pasokan air bersih dari PDAM. Sedangkan kalau untuk kebutuhan ternak, tidak bisa mengandalkan pasokan air bersih dari PDAM karena ternak membutuhkan air lebih banyak.
Lihat Juga: Apa Itu Kolam Pipi Monyet yang akan Dibuat Dharma Pongrekun untuk Olah Air Hujan Jadi Air Bersih?
Baca Juga
Kondisi kekeringan ini, memaksa para peternak untuk membeli air agar tetap dapat mempertahankan ternaknya. Seperti yang dilakukan oleh Wanto, warga Padukuhan Temuireng, Kalurahan Girisuko, Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul.
Dia sudah tiga bulan ini terpaksa membeli air bersih, dengan harga Rp150 ribu untuk satu tangki ukuran 5.000 liter. Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, juga untuk ternak. "Kalau saya sudah habis enam tankgi. Tetangga ada yang habis 10 tangki, ya karena ternaknya banyak," ujarnya.
Beberapa tetangganya sudah menjual kambing untuk memenuhi kebutuhan air bersih, terutama untuk ternak mereka. Menjual ternak untuk memenuhi kebutuhan air ternak yang lain, sebenarnya sudah menjadi fonemena biasa di wilayah tersebut, karena hampir setiap tahun terjadi. "Ya memang itu semacam sudah tradisi. Sudah kami antisipasi sebelumnya," kata Wanto.
Widodo, warga Padukuhan Wediutah, Kalurahan Ngeposari, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, mengatakan beberapa warga di wilayahnya terpaksa harus menjual ayam atau kambingnya untuk membeli air, karena telaga di tempat mereka telah mengering. "Biasanya untuk memberi minuman atau mandikan ternak pakai air telaga. Sekarang kering jadi harus beli air," ujarnya.
Sejak dua minggu yang lalu, telaga di wilayah mereka sudah mengering. Meskipun masih ada sisa-sisa air, namun tak bisa dimanfaatkan. Warga terpaksa membeli air dari penjual untuk memenuhi kebutuhan ternaknya
Sementara untuk kebutuhan mereka sehari-hari, warga masih bisa memanfaatkan pasokan air bersih dari PDAM. Sedangkan kalau untuk kebutuhan ternak, tidak bisa mengandalkan pasokan air bersih dari PDAM karena ternak membutuhkan air lebih banyak.
Lihat Juga: Apa Itu Kolam Pipi Monyet yang akan Dibuat Dharma Pongrekun untuk Olah Air Hujan Jadi Air Bersih?
(eyt)