Miris! Telaga Mengering Akibat Kemarau, Warga Gunungkidul Jual Ternak untuk Beli Air

Minggu, 06 Agustus 2023 - 21:53 WIB
loading...
Miris! Telaga Mengering Akibat Kemarau, Warga Gunungkidul Jual Ternak untuk Beli Air
Sejumlah anak di Padukuhan Wediutah, Kalurahan Ngeposari, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, mencari ikan di telaga yang telah mengering. Foto/MPI/Erfan Erlin
A A A
GUNUNGKIDUL - Musim kemarau, membuat warga di Padukuhan Wediutah, Kalurahan Ngeposari, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Telaga di padukuhan tersebut, juga telah mengering.



Selama ini, air dari telaga tersebut banyak dibutuhkan masyarakat untuk mandi, cuci, serta memenuhi kebutuhan ternak mereka. Akibat kemarau kini air telaga tersebut sudah mengering, dan kalaupun masih ada air tersisa sudah bercampur lumpur.



Warga pemilik ternak terpaksa menjual sebagian hewan peliharaannya, untuk membeli air bersih. Air bersih yang dibeli warga, digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta untuk minum ternak yang masih tersisa.



Aktivis Penggerak Resan yang merupakan komunitas pelestari alam di Kabupaten Gunungkidul, Edi Padmo menyebut, sebagian besar telaga di Kabupaten Gunungkidul cepat mengering. Daya simpan air di telaga-telaga jauh menurun dibanding zaman dahulu.

Kurangnya pemahaman masyarakat dalam pelestarian telaga, menurutnya memicu penurunan fungsi telaga. "Sekarang banyak telaga yang kering. Jikapun ada maka airnya tidak bisa dimanfaatkan lagi, karena cenderung kotor dan berlumpur," ungkap Padmo.

Padmo menyebut, jumlah telaga di Kabupaten Gunungkidul, ada sekitar 400 buah. Daya simpannya telah mengalami penurunan karena berbagai faktor, dan yang paling banyak akibat adanya pembangunan telaga itu sendiri.

Dia mengatakan, jika dibanding zaman dahulu, telaga-telaga yang ada di Kabupaten Gunungkidul, saat ini lebih cepat mengering. Pasalnya banyak terjadi sedimentasi, pengerukan, semenisasi, dan terbukanya luweng (goa vertikal) hingga hilangnya pohon pelindung.

Lebih lanjut Padmo mengatakan, niat pemerintah memang baik ingin menjaga telaga-telaga mereka dengan melakukan rehabilitasi, yaitu dengan melakukan semenisasi dinding telaga. Namun ternyata semenisasi tersebut menjadi bumerang karena justru mengakibatkan telaga cepat mengering. "Dinding beton ternyata berdampak sekali," tambahnya.



Kondisi kekeringan ini, memaksa para peternak untuk membeli air agar tetap dapat mempertahankan ternaknya. Seperti yang dilakukan oleh Wanto, warga Padukuhan Temuireng, Kalurahan Girisuko, Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul.

Dia sudah tiga bulan ini terpaksa membeli air bersih, dengan harga Rp150 ribu untuk satu tangki ukuran 5.000 liter. Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, juga untuk ternak. "Kalau saya sudah habis enam tankgi. Tetangga ada yang habis 10 tangki, ya karena ternaknya banyak," ujarnya.

Beberapa tetangganya sudah menjual kambing untuk memenuhi kebutuhan air bersih, terutama untuk ternak mereka. Menjual ternak untuk memenuhi kebutuhan air ternak yang lain, sebenarnya sudah menjadi fonemena biasa di wilayah tersebut, karena hampir setiap tahun terjadi. "Ya memang itu semacam sudah tradisi. Sudah kami antisipasi sebelumnya," kata Wanto.



Widodo, warga Padukuhan Wediutah, Kalurahan Ngeposari, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, mengatakan beberapa warga di wilayahnya terpaksa harus menjual ayam atau kambingnya untuk membeli air, karena telaga di tempat mereka telah mengering. "Biasanya untuk memberi minuman atau mandikan ternak pakai air telaga. Sekarang kering jadi harus beli air," ujarnya.

Sejak dua minggu yang lalu, telaga di wilayah mereka sudah mengering. Meskipun masih ada sisa-sisa air, namun tak bisa dimanfaatkan. Warga terpaksa membeli air dari penjual untuk memenuhi kebutuhan ternaknya

Sementara untuk kebutuhan mereka sehari-hari, warga masih bisa memanfaatkan pasokan air bersih dari PDAM. Sedangkan kalau untuk kebutuhan ternak, tidak bisa mengandalkan pasokan air bersih dari PDAM karena ternak membutuhkan air lebih banyak.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1355 seconds (0.1#10.140)