Gempa Bantul M6,4 Bersifat Merusak, Ini Hasil Analisis Geologi PVMBG

Minggu, 02 Juli 2023 - 08:40 WIB
loading...
Gempa Bantul M6,4 Bersifat Merusak, Ini Hasil Analisis Geologi PVMBG
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM mengeluarkan analisis geologi terkait gempa besar merusak yang berpusat di selatan Bantul, Yogyakarta. Foto/iNews TV/Zannuar Setiadji
A A A
JAKARTA - Gempa bumi yang mengguncang wilayah Kabupaten bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Jumat (30/6/2023) malam. Gempa bumi yang berpusat di laut, dengan kekuatan magnitudo (M) 6,4 tersebut, mengagetkan banyak orang.



Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM menyebut, dari hasil analisis geologi gempa besar tersebut bersifat merusak. Hal ini terkait dengan morfologi daerah tersebut, yang pada umumnya merupakan dataran, dataran bergelombang, dan perbukitan bergelombang hingga terjal pada bagian utara.



"Daerah tersebut pada umumnya tersusun oleh endapan kuarter, berupa endapan aluvial pantai, aluvial sungai, dan batuan rombakan gunungapi muda, serta batuan berumur tersier berupa batuan sedimen (batupasir, batulempung, batulanau, batugamping). Sebagian batuan berumur tersier, dan batuan rombakan gunung api muda tersebut, telah mengalami pelapukan," demikian bunyi keterangan tertulis PVMBG, dikutip Minggu (2/7/2023).



Lebih lanjut, PVMBG dalam keterangan tertulisnya juga menyebut, endapan kuarter dan batuan berumur tersier yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.

Selain itu, pada morfologi perbukitan yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, akan berpotensi terjadi gerakan tanah apabila dipicu guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.

Gempa Bantul M6,4 Bersifat Merusak, Ini Hasil Analisis Geologi PVMBG


Dalam keterangan tertulisnya, PVMBG juga menjelaskan, berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi dan kedalaman, maka kejadian gempa bumi tersebut diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif pada zona prismatik akresi yang terletak pada bagian atas megathrust. Sesar aktif pada zona ini pada umumnya merupakan sesar naik.

Menurut data sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi, sebagian besar terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah hingga tinggi. Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut, namun diperkirakan tidak mengakibatkan terjadinya deformasi bawah laut yang dapat memicu terjadinya tsunami.



Dari data yang ada, wilayah pantai selatan Provinsi DIY, dan Jawa Tengah, tergolong rawan tsunami dengan potensi tinggi tsunami di garis pantai lebih dari tiga meter. Oleh karena itu, PVMBG mengeluarkan rekomendasi agar bangunan di daerah selatan Provinsi DIY, dan Jawa Tengah, harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi, guna menghindari risiko kerusakan. Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.

Wilayah bagian selatan Provinsi DIY, dan Jawa Tengah, tergolong rawan gempa bumi dan tsunami, PVMBG mengimbau agar lebih ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan non struktural. Kejadian gempa bumi ini, diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) yaitu retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuifaksi.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.7011 seconds (0.1#10.140)