Kisah Penjual Kopi Difabel Wujudkan Impian Naik Haji ke Tanah Suci
loading...
A
A
A
SURABAYA - Penjual kopi sekaligus penyandang disabilitas , Muhammad Tabri Sulaiman akhirnya bisa mewujudkan impiannya. Setelah menunggu 13 tahun, pria berusia 50 tahun asal Jember itu bisa berangkat menunaikan ibadah haji.
Tabri merupakan jemaah calon haji (calhaj) kloter 68 dan berangkat dari Asrama Haji Embarkasi Surabaya. Cacat fisik sedari lahir tak membuat Tabri berputus asa. Kaki dan tangannya memiliki ukuran kecil sehingga ia tidak bisa berjalan layaknya orang normal. Namun ia tetap bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya dan melaksanakan tanggung jawab sebagai kepala keluarga.
Sehari-hari Tabri berjualan kopi di pasar Kalisat yang tak begitu jauh dari rumahnya atau sekitar 500 meter. Berjualan kopi sudah ia tekuni selama sekitar 20 tahun terakhir setelah sebelumnya ia berjualan sayur di pasar. Dia membuka lapak kopinya mulai pukul 01.30 WIB hingga pukul 07.30 WIB.
Baca juga: Baru Dilantik, Kades di Bangkalan Kaget Ada Transaksi Dana Desa Ratusan Juta Rupiah
"Alhamdulillah sekarang saya sudah ada lapak kecil-kecilan untuk jualan di pasar. Awal-awal jualan saya belum ada lapak jadi kalau jualan harus rebutan dengan sesama pedagang yang tidak punya lapak di pasar,” katanya saat ditemui di Asrama Haji Surabaya, Minggu (18/6/2023).
Lapak jualannya merupakan sumbangsih dari pejabat saat itu. Tabri bersyukur hingga kini dia masih bisa menempati lapak tersebut. Dari berjualan kopi tersebut, Tabri bisa mengantongi keuntungan sekitar 100 ribu-150 ribu tiap hari.
“Namanya juga jualan, pas ramai ya bisa dapat 200 ribu, pas sepi dapat 50 ribu. Alhamdulillah masih diberi rezeki buat keluarga,” jelasnya penuh rasa syukur.
Dari jualan kopi tersebut, Tabri mulai berusaha membuka jalan memenuhi harapan yang dia idam-idamkan selama ini.
"Ya dikumpulkan hasil jual kopi. Selain itu saya juga ambil kredit di bank untuk saya belikan sapi juga untuk diternak. Alhamdulillah setiap sapi besar saya jual sampai tiga kali saya belikan sapi," terangnya sambal mengenang usahanya untuk bisa naik haji.
Baca juga: Momen Bebasnya Ulama dan Wanita Pasca Mataram Sepakat Berdamai dengan Belanda
Hasil berjualan minuman kopi ditambah dari jualan hasil ternak dan ambil kredit di bank, dia niatkan untuk mendaftar dan melunasi haji. Tepat November 2011, ia memutuskan untuk mendaftar haji dan dijdwalkan berangkat tahun 2022. Karena pandemi Covid-19, keberangkatan Sabri pun sejatinya tertunda hingga 2024.
Namun tak disangka ia lebih cepat menjadi tamu Allah untuk berangkat haji tahun ini. Sambil berurai air mata dia mengungkapkan rasa syukur dan haru karena dipanggil lebih cepat. Meskipun tidak didampingi istri, Tabri tetap optimis bisa menjalankan semua rukun ibadah haji. “Istri baru daftar tahun 2017 karena memang ada rezekinya tahun itu,” jelasnya.
Tak lupa di tanah suci nanti ia akan berdoa untuk kesehatannya karena Tabri juga memiliki kelainan jantung bawaan dari lahir. Ia juga berharap bisa menyekolahkan kedua anaknya yang saat ini masih duduk di bangku SD dan SMA sampai ke jenjang yang lebih tinggi. "Doa saya juga bisa menyekolahkan anak saya sampai mengejar cita-citanya," pungkasnya.
Tabri merupakan jemaah calon haji (calhaj) kloter 68 dan berangkat dari Asrama Haji Embarkasi Surabaya. Cacat fisik sedari lahir tak membuat Tabri berputus asa. Kaki dan tangannya memiliki ukuran kecil sehingga ia tidak bisa berjalan layaknya orang normal. Namun ia tetap bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya dan melaksanakan tanggung jawab sebagai kepala keluarga.
Sehari-hari Tabri berjualan kopi di pasar Kalisat yang tak begitu jauh dari rumahnya atau sekitar 500 meter. Berjualan kopi sudah ia tekuni selama sekitar 20 tahun terakhir setelah sebelumnya ia berjualan sayur di pasar. Dia membuka lapak kopinya mulai pukul 01.30 WIB hingga pukul 07.30 WIB.
Baca juga: Baru Dilantik, Kades di Bangkalan Kaget Ada Transaksi Dana Desa Ratusan Juta Rupiah
"Alhamdulillah sekarang saya sudah ada lapak kecil-kecilan untuk jualan di pasar. Awal-awal jualan saya belum ada lapak jadi kalau jualan harus rebutan dengan sesama pedagang yang tidak punya lapak di pasar,” katanya saat ditemui di Asrama Haji Surabaya, Minggu (18/6/2023).
Lapak jualannya merupakan sumbangsih dari pejabat saat itu. Tabri bersyukur hingga kini dia masih bisa menempati lapak tersebut. Dari berjualan kopi tersebut, Tabri bisa mengantongi keuntungan sekitar 100 ribu-150 ribu tiap hari.
“Namanya juga jualan, pas ramai ya bisa dapat 200 ribu, pas sepi dapat 50 ribu. Alhamdulillah masih diberi rezeki buat keluarga,” jelasnya penuh rasa syukur.
Dari jualan kopi tersebut, Tabri mulai berusaha membuka jalan memenuhi harapan yang dia idam-idamkan selama ini.
"Ya dikumpulkan hasil jual kopi. Selain itu saya juga ambil kredit di bank untuk saya belikan sapi juga untuk diternak. Alhamdulillah setiap sapi besar saya jual sampai tiga kali saya belikan sapi," terangnya sambal mengenang usahanya untuk bisa naik haji.
Baca juga: Momen Bebasnya Ulama dan Wanita Pasca Mataram Sepakat Berdamai dengan Belanda
Hasil berjualan minuman kopi ditambah dari jualan hasil ternak dan ambil kredit di bank, dia niatkan untuk mendaftar dan melunasi haji. Tepat November 2011, ia memutuskan untuk mendaftar haji dan dijdwalkan berangkat tahun 2022. Karena pandemi Covid-19, keberangkatan Sabri pun sejatinya tertunda hingga 2024.
Namun tak disangka ia lebih cepat menjadi tamu Allah untuk berangkat haji tahun ini. Sambil berurai air mata dia mengungkapkan rasa syukur dan haru karena dipanggil lebih cepat. Meskipun tidak didampingi istri, Tabri tetap optimis bisa menjalankan semua rukun ibadah haji. “Istri baru daftar tahun 2017 karena memang ada rezekinya tahun itu,” jelasnya.
Tak lupa di tanah suci nanti ia akan berdoa untuk kesehatannya karena Tabri juga memiliki kelainan jantung bawaan dari lahir. Ia juga berharap bisa menyekolahkan kedua anaknya yang saat ini masih duduk di bangku SD dan SMA sampai ke jenjang yang lebih tinggi. "Doa saya juga bisa menyekolahkan anak saya sampai mengejar cita-citanya," pungkasnya.
(msd)