Pertarungan Sengit Santri KH Hasyim Asy'ari Melawan Pendekar Sakti dari Lokalisasi Kebo Ireng

Rabu, 07 Juni 2023 - 05:33 WIB
loading...
Pertarungan Sengit Santri KH Hasyim Asyari Melawan Pendekar Sakti dari Lokalisasi Kebo Ireng
Tebu Ireng merupakan sebuah pesantren yang berdiri tahun 1899 di Wilayah Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur. (Ist)
A A A
Tebu Ireng merupakan sebuah pesantren yang berdiri tahun 1899 di Wilayah Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang , Jawa Timur. Nama Tebu Ireng memang sudah terkenal seantero nusantara.

Namun, untuk mencapai kejayaan seperti sekarang, jalan terjal harus ditempuh oleh pesantren yang didirikan KH Hasyim Asy'ari, pendiri organisasi Nahdatul Ulama (NU).

Salah satu perjuangan beratnya adalah saat para santri Tebu Ireng harus melawan kelompok pendekar hitam pimpinan dukun sakti Wiro yang menguasai tempat maksiat bernama Kebo Ireng.

Kebo Ireng merupakan sebuah lokalisasi yang berada di areal pabrik gula Desa Cukir. Di mana untuk mengikat warga supaya mau menyerahkan tanah dan menjadi buruh pabrik, pemerintah Belanda sengaja mendukung berdirinya tempat maksiat Kebo Ireng.

Setiap malam para buruh pabrik selalu mengunjungi dan menghabiskan uang di lokalisasi Kebo Ireng, terlebih usai menerima gaji sebagai buruh. Akibatnya, warga banyak yang terjerat hutang, karena kalah berjudi maupun main perempuan.

Kondisi itu tentu membuat Belanda senang, karena dapat terus mengikat warga menjadi buruh pabriknya. Sehingga apapun keputusan Wiro beserta anteknya, Belanda selalu berada dibelakang mereka.

Dalam memimpin, Kebo Ireng selain dibantu oleh para pendekar didikannya, Wiro juga didampingi seorang wanita cantik penari tayub bernama Sartini.
Meski lembut dan cantik, Sartini dikenal cerdik dan merupakan wanita yang paling berpengaruh dalam setiap keputusan yang akan diambil Wiro. Kondisi Desa Cukir yang semakin suram dengan meningkatnya kriminalitas seperti perampokan, serta kemiskinan yang parah, membuat seorang Kiai bernama Sakiban prihatin.

Sehingga kiai yang juga terkenal piawai mendalang itu mendatangi KH Hasyim Asya’ari untuk membantu menyelamatkan warga Desa Cukir dari cengkraman maksiat Kebo Ireng.

Setelah mendengar cerita Kiai Sakiban dengan seksama, KH Hasyim Asy’ari akhirnya bersedia mendirikan pesantren di wilayah utara Pabrik Cukir demi menyelamatkan warga dari kemaksiatan Kebo Ireng yang didukung Belanda.

Namun untuk membangun pesantren tidaklah mudah, apalagi Belanda sangat alergi dengan yang namanya pesantren. Sebab, sebelumnya di wilayah tersebut pernah ada sebuah pesantren bernama Sumoyono yang memberontak kepada Belanda.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1566 seconds (0.1#10.140)