Pertarungan Sengit Santri KH Hasyim Asy'ari Melawan Pendekar Sakti dari Lokalisasi Kebo Ireng
loading...
A
A
A
Sehingga untuk menyamarkan kegiatan pesantrennya, KH Hasyim Asy’ari mendirikan padepokan silat. Dimana untuk mengisi padepokan tersebut, KH Hasyim Asy’ari melalui Kiai Sakiban memanggil beberapa santri pendekar dari Cirebon yang tentunya memiliki ilmu kanuragan mumpuni.
Di samping menyamarkan pesantrennya menjadi padepokan silat, demi menarik masyarakat KH Hasyim Asy’ari juga melakukan dakwah terselubung melalui praktek pengobatan secara Islam melalui wirid atau zikir.
Setidaknya ada sekitar 28 santri yang belajar di pesantren berkedok padepokan silat tersebut. Setiap malam Jumat seusai Salat Isya, di padepokan itu diadakan atraksi pencak silat serta debus untuk menarik masyarakat datang. Terbukti acara pencak silat tersebut mampu menarik masyarakat untuk datang.
Sehingga secara tidak langsung membuat lokasi Kebo Ireng sepi. Tidak hanya itu pengobatan yang dilakukan oleh KH Hasyim Asy'ari juga mampu membuat warga beralih dari Wiro, dukun sakti yang terkenal bisa mengobati semua penyakit.
Ketenaran Hasyim dengan padepokan silatnya tentu saja membuat Wiro terganggu dan cemas karena akan kehilangan pamor. Bahkan Wiro sempat beberapa kali menyusupkan anak buahnya untuk melihat atraksi pencak silat yang diadakan padepokan Hasyim.
Mengetahui Wiro menyusupkan anak buahnya, Hasyim merasa senang, karena dengan begitu Hasyim memastikan jika Wiro tidak akan berani menggangu padepokannya secara langsung setelah mengetahui kemampuan ilmu silat putih santri-santrinya.
Benar saja, Wiro tidak berani melakukan perlawanan terbuka pada padepokan Hasyim. Melalui anak buahnya, Wiro melakukan provokasi dengan melempari pondok, bahkan pernah anak buah Wiro melepaskan panah api yang membakar atap pondok padepokan.
Namun Hasyim yang terkenal anti kekerasan itu melarang keras anak buahnya membalas provokasi tersebut. Bahkan kepada anak buahnya Hasyim selalu menyarankan agar selalu bersikap sopan terhadap semua orang, terutama masyarakat luar.
Beberapa kali santri padepokan di provokasi oleh anak buah Wiro saat belanja di Pasar Cukir, hingga diajak berkelahi, tapi para santri tidak pernah terpancing. Sikap para santri semakin menarik simpati masyarakat dan membuat Wiro kian berang.
Sehingga Wiro terus mengganggu padepokan dengan berbagai cara licik. Sikap licik Wiro yang terus menggangu padepokan lewat provokasi, akhirnya membuat Kiai Sakiban mengambil langkah untuk segera mengakhiri kekuasaan Wiro dan menyalamatkan warga dari kemaksiatan Kebo Ireng.
Di samping menyamarkan pesantrennya menjadi padepokan silat, demi menarik masyarakat KH Hasyim Asy’ari juga melakukan dakwah terselubung melalui praktek pengobatan secara Islam melalui wirid atau zikir.
Setidaknya ada sekitar 28 santri yang belajar di pesantren berkedok padepokan silat tersebut. Setiap malam Jumat seusai Salat Isya, di padepokan itu diadakan atraksi pencak silat serta debus untuk menarik masyarakat datang. Terbukti acara pencak silat tersebut mampu menarik masyarakat untuk datang.
Sehingga secara tidak langsung membuat lokasi Kebo Ireng sepi. Tidak hanya itu pengobatan yang dilakukan oleh KH Hasyim Asy'ari juga mampu membuat warga beralih dari Wiro, dukun sakti yang terkenal bisa mengobati semua penyakit.
Ketenaran Hasyim dengan padepokan silatnya tentu saja membuat Wiro terganggu dan cemas karena akan kehilangan pamor. Bahkan Wiro sempat beberapa kali menyusupkan anak buahnya untuk melihat atraksi pencak silat yang diadakan padepokan Hasyim.
Mengetahui Wiro menyusupkan anak buahnya, Hasyim merasa senang, karena dengan begitu Hasyim memastikan jika Wiro tidak akan berani menggangu padepokannya secara langsung setelah mengetahui kemampuan ilmu silat putih santri-santrinya.
Benar saja, Wiro tidak berani melakukan perlawanan terbuka pada padepokan Hasyim. Melalui anak buahnya, Wiro melakukan provokasi dengan melempari pondok, bahkan pernah anak buah Wiro melepaskan panah api yang membakar atap pondok padepokan.
Namun Hasyim yang terkenal anti kekerasan itu melarang keras anak buahnya membalas provokasi tersebut. Bahkan kepada anak buahnya Hasyim selalu menyarankan agar selalu bersikap sopan terhadap semua orang, terutama masyarakat luar.
Beberapa kali santri padepokan di provokasi oleh anak buah Wiro saat belanja di Pasar Cukir, hingga diajak berkelahi, tapi para santri tidak pernah terpancing. Sikap para santri semakin menarik simpati masyarakat dan membuat Wiro kian berang.
Sehingga Wiro terus mengganggu padepokan dengan berbagai cara licik. Sikap licik Wiro yang terus menggangu padepokan lewat provokasi, akhirnya membuat Kiai Sakiban mengambil langkah untuk segera mengakhiri kekuasaan Wiro dan menyalamatkan warga dari kemaksiatan Kebo Ireng.