Miris! 49 Anak-anak di Kabupaten Maros Terpapar COVID-19
loading...
A
A
A
MAROS - Angka pasien positif COVID-19 di kalangan anak lingkup Kabupaten Maros, Sulsel, sangat tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), dari total 350 kasus virus corona di Maros, sebanyak 49 pasien masih dalam kategori usia anak. Artinya, 14 persen kasus COVID-19 di Maros menjangkiti anak-anak.
Kepala Dinas PPPA Maros, Muhammad Idrus, menyebut angka infeksi COVID-19 untuk kategori anak di wilayahnya memang sangat tinggi. Pasalnya, lima persen saja sudah sangat memprihatinkan, apalagi kalau lebih dari 10 persen.
“Jelas itu sudah sangat tinggi. Bagi kami, lima persen saja itu sudah sangat mengkhawatirkan. Makanya kami berharap harus ada upaya khusus untuk menekan angka penyebaran COVID-19, khusus untuk kelompok usia anak ini,” kata Idrus, Kamis (23/7/2020).
Idrus menyebut angka positif COVID-19 pada usia anak di Maros tertinggi di wilayah Kecamatan Mandai. Rata-rata anak itu diketahui tertular melalui orang tua atau anggota keluarga lainnya yang terpapar virus corona lebih dahulu.
"Mereka terpapar dari orang dewasa yang serumah dengan mereka. Karena selama pandemi COVID-19 ini, mereka dibiarkan belajar dari rumah dan mereka semua lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. Ini memang sulit dihindari, apalagi kalau yang terpapar itu termasuk Orang Tanpa Gejala (OTG). Paling banyak itu di Kecamatan Mandai,” jelasnya.
Meski angkanya sangat tinggi, Dinas PPPA Maros mengaku tidak bisa berbuat banyak, selain mengimbau warga untuk terus waspada terhadap penyebaran COVIF-19 yang kian meningkat di Maros ini. Ia juga berharap agar tim medis terus melakukan edukasi ke warga untuk lebih memperhatikan nasib anak.
"Yang paling utama, kita harap semua pihak terus mengedukasi masyarakat, kalau sudah ada gejala begitu, janganlah dulu dekat dengan anak. Kalau perlu anak harus dipisahkan dari lingkungannya dulu, sampai betul-betul aman. Tapi memang agak susah kalau itu OTG," sebutnya.
Menurut Idrus, semua pihak harus duduk kembali untuk mendiskusikan bagaimana menekan tingginya angka penularan COVID-19 ini kepada anak. Baginya, kebijakan Menteri Pendidikan yang tidak memperbolehkan adanya tatap muka bagi anak sekolah sudah sangat tepat.
"Ini memang harus didiskusikan secara bersama karena persoalan ini memang penanganannya spesifik. Okelah, saat ini sekolah tidak dibuka, menurut saya itu sudah sangat tepat untuk melindungi anak dari bahaya virus corona," terangnya.
Dalam hal pemberian bantuan bagi pasien positif COVID-19, Idrus juga meminta ke pihak Dinas Kesehatan agar memberikan perhatian khusus bagi anak, semisal kebutuhan permainan ataupun hal yang lebih spesifik lainnya pada anak yang terpapar itu.
Sementara itu, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Maros, dr Syarifuddin, menuturkan, sejauh ini memang pasien covid untuk kalangan anak-anak dan remaja masih cukup tinggi. Bahkan kata dia, ada anak yang baru lahir dinyatakan positif karena diduga tertular oleh orang tuanya juga terpapar virus corona.
"Ada bayi usia lima hari yang pernah kami rilis terpapar COVID-19. Dia tertular dari ibunya yang saat melahirkan memang sudah kondisi terpapar. Namun Alhamdulillah, dengan penanganan yang baik, keduanya berhasil sembuh. Ini memang harus menjadi perhatian khusus. Makanya, jika ada pasien yang terpapar COVID-19 dan harus isolasi mandiri, mereka dibolehkan lakukan isolasi mandiri di hotel untuk mencegah menularkan ke keluarganya," ujarnya.
Kepala Dinas PPPA Maros, Muhammad Idrus, menyebut angka infeksi COVID-19 untuk kategori anak di wilayahnya memang sangat tinggi. Pasalnya, lima persen saja sudah sangat memprihatinkan, apalagi kalau lebih dari 10 persen.
“Jelas itu sudah sangat tinggi. Bagi kami, lima persen saja itu sudah sangat mengkhawatirkan. Makanya kami berharap harus ada upaya khusus untuk menekan angka penyebaran COVID-19, khusus untuk kelompok usia anak ini,” kata Idrus, Kamis (23/7/2020).
Idrus menyebut angka positif COVID-19 pada usia anak di Maros tertinggi di wilayah Kecamatan Mandai. Rata-rata anak itu diketahui tertular melalui orang tua atau anggota keluarga lainnya yang terpapar virus corona lebih dahulu.
"Mereka terpapar dari orang dewasa yang serumah dengan mereka. Karena selama pandemi COVID-19 ini, mereka dibiarkan belajar dari rumah dan mereka semua lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. Ini memang sulit dihindari, apalagi kalau yang terpapar itu termasuk Orang Tanpa Gejala (OTG). Paling banyak itu di Kecamatan Mandai,” jelasnya.
Meski angkanya sangat tinggi, Dinas PPPA Maros mengaku tidak bisa berbuat banyak, selain mengimbau warga untuk terus waspada terhadap penyebaran COVIF-19 yang kian meningkat di Maros ini. Ia juga berharap agar tim medis terus melakukan edukasi ke warga untuk lebih memperhatikan nasib anak.
"Yang paling utama, kita harap semua pihak terus mengedukasi masyarakat, kalau sudah ada gejala begitu, janganlah dulu dekat dengan anak. Kalau perlu anak harus dipisahkan dari lingkungannya dulu, sampai betul-betul aman. Tapi memang agak susah kalau itu OTG," sebutnya.
Menurut Idrus, semua pihak harus duduk kembali untuk mendiskusikan bagaimana menekan tingginya angka penularan COVID-19 ini kepada anak. Baginya, kebijakan Menteri Pendidikan yang tidak memperbolehkan adanya tatap muka bagi anak sekolah sudah sangat tepat.
"Ini memang harus didiskusikan secara bersama karena persoalan ini memang penanganannya spesifik. Okelah, saat ini sekolah tidak dibuka, menurut saya itu sudah sangat tepat untuk melindungi anak dari bahaya virus corona," terangnya.
Dalam hal pemberian bantuan bagi pasien positif COVID-19, Idrus juga meminta ke pihak Dinas Kesehatan agar memberikan perhatian khusus bagi anak, semisal kebutuhan permainan ataupun hal yang lebih spesifik lainnya pada anak yang terpapar itu.
Sementara itu, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Maros, dr Syarifuddin, menuturkan, sejauh ini memang pasien covid untuk kalangan anak-anak dan remaja masih cukup tinggi. Bahkan kata dia, ada anak yang baru lahir dinyatakan positif karena diduga tertular oleh orang tuanya juga terpapar virus corona.
"Ada bayi usia lima hari yang pernah kami rilis terpapar COVID-19. Dia tertular dari ibunya yang saat melahirkan memang sudah kondisi terpapar. Namun Alhamdulillah, dengan penanganan yang baik, keduanya berhasil sembuh. Ini memang harus menjadi perhatian khusus. Makanya, jika ada pasien yang terpapar COVID-19 dan harus isolasi mandiri, mereka dibolehkan lakukan isolasi mandiri di hotel untuk mencegah menularkan ke keluarganya," ujarnya.
(tri)