Tumbuhkan Pusat Perekonomian Baru
loading...
A
A
A
KAPUAS HULU - Sejak diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 18 Maret 2018, Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Badau yang menjadi wajah terdepan Indonesia di perbatasan Kalimantan Barat-Serawak, kini memancarkan pesona kebanggaan luar biasa. Malah warga Malaysia yang melintas pun kagum melihat PLBN Badau.
Pagi-pagi sekali, Kepala (Administrator) Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Badau, Kalimantan Barat, Agato Limat sudah terlihat sibuk. Bersama puluhan anak buahnya berikut petugas dari bea cukai, imigrasi, karantina, perhubungan hingga Satgas Pamtas RI-Malaysia, sudah bersiaga.
"Hari ini pintu perbatasan dibuka karena ada rombongan pelajar Indonesia, mau bersekolah ke Lubok Antu, Malaysia. Dan hari ini memang hari pertama masuk sekolah di Malaysia," ujar Agato kepada rombongan MNC media dan MNC travel, yang kebetulan berada di lokasi. (Baca: Pilkada Serentak Ditunda, Bakal Ada Plt Kepala Daerah Massal)
Sebetulnya, kata Agato, selama masa pandemi hampir tidak ada sama sekali aktivitas pelintas di PLBN Badau, begitu juga di Pos Lintas Negara (PLB) Lubok Antu, Serawak Malaysia. Kendati begitu, PLBN Badau masih dibuka bagi pemulangan warga negara Indonesia (WNI) dari Malaysia, dan juga warga negara Malaysia yang hendak pulang ke negaranya, dengan melewati serangkaian prosedur pengamanan maupun prosesscreening.
"Sesuai aturan keimigrasian, kita tidak bisa menolak pemulangan WNI dari Malaysia, begitu juga sebaliknya. Namun untuk aktivitas perlintasan yang lainnya, itu bisa dikatakan tidak ada sama sekali. Apalagi aktivitas angkutan barang itu distop total," kata Agato.
Menurut Agato, masih ditutupnya gerbang PLBN Badau sesuai instruksi dari pihak pusat dalam hal ini Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) selaku otoritas PLBN. Penutupan juga disebabkan gerbang perlintasan di Lubok Antu Malaysia masih ditutup rapat.
Tak hanya aktivitas orang yang melintas, aktivitas angkutan operasional Bus Angkutan Antar Lintas Batas Negara (ALBN) hingga truk-truk pengangkut CPO (crude plam oil) yang biasanya ramai dari Indonesia ke Malaysia juga distop. (Baca juga: Turki Siapkan 17.000 Polisi Amankan Shalat di Hagia Sophia)
"Sejauh ini (sebelum ada korona) ekspor CPO menghasilkan pemasukan terbesar di PLBN Badau. Bahkan, pemasukan dari aktivitas pengangkutan CPO yang melintas di PLBN Badau sudah mampu menutupi biaya pembangunan PLBN Badau," ungkap Agato.
Patut diakui, keberadaan PLBN Badau makin meningkatkan kualitas pelayanan lintas batas negara, keamanan dan kesejahteraan masyarakat, serta menumbuhkan pusat perekonomian baru di wilayah perbatasan khususnya Kecamatan Nanga Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
"Selain mengubah wajah perbatasan NKRI setara bahkan lebih baik dari negara tetangga, keberadaan PLBN Badau juga layak disebut sebagai beranda depan Indonesia, sebagai negara besar yang berdaulat, berdaya saing, dan aman," kata Komandan Satgas Pamtas Indonesia-Malaysia, Yonif 133/YS, Letkol Inf Hendra Cipta.
Sementara itu, pengamatan KORAN SINDO, kentara sekali bangunan gedung PLBN Badau mengusung budaya lokal Kalimantan dengan mengadaptasi bentuk bangunan khas Rumah Panjang, penggunaan ornamen lokal, serta penerapan prinsip-prinsip bangunan hijau (green building). Lanskap hutan, bukit dan pegunungan yang menjadi pembatas alam Indonesia-Malaysia, semakin menjadikan PLBN Badau terlihat keren dan mempesona.
Adapun zona inti PLBN yang berdiri di atas lahan seluas 8,8 hektare ini, memiliki luas bangunan 7.619 m2 dengan biaya pembangunan sebesar Rp153 miliar. Bangunan yang berada pada zona inti meliputi bangunan utama PLBN, pos lintas kendaraan pemeriksaan, bangunan pemeriksaan kargo, bangunan utilitas, monumen, gerbang kedatangan dan keberangkatan, serta hardscape dan landscape kawasan yang diharapkan dapat melayani hingga 360 pelintas per hari sampai dengan tahun 2025. (Lihat videonya: Pembeli Rela Antri 4 Jam, Bakso Lobster Viral di Media Sosial)
Selain zona inti, ada pula zona sub inti dan pendukung, yakni perumahan petugas kepabeanan, keimigrasian, karantina dan pengamanan, rumah ibadah, tempat makan, wisma Indonesia, gedung serbaguna, kantor pengelola, pasar wisata, mess pegawai, termasuk sarana pendukung lainnya seperti ATM, taman, jalan, dan patung presiden pertama Sukarno sedang menunjuk ke arah Malaysia, yang kini dalam tahap finishing.
"Pernah ada warga Malaysia yang bertanya, berapa harga perumahan yang ada di sini (PLBN Badau). Mereka tertarik dengan model bangunannya dan berminat untuk membeli. Setelah kami jelaskan bahwa rumah-rumah tersebut adalah mess pegawai dan tidak dijual, mereka tertawa," kata Wendelinus Fanu, Kasubid Pengembangan Kawasan PLBN Badau. (Hendri Irawan)
Pagi-pagi sekali, Kepala (Administrator) Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Badau, Kalimantan Barat, Agato Limat sudah terlihat sibuk. Bersama puluhan anak buahnya berikut petugas dari bea cukai, imigrasi, karantina, perhubungan hingga Satgas Pamtas RI-Malaysia, sudah bersiaga.
"Hari ini pintu perbatasan dibuka karena ada rombongan pelajar Indonesia, mau bersekolah ke Lubok Antu, Malaysia. Dan hari ini memang hari pertama masuk sekolah di Malaysia," ujar Agato kepada rombongan MNC media dan MNC travel, yang kebetulan berada di lokasi. (Baca: Pilkada Serentak Ditunda, Bakal Ada Plt Kepala Daerah Massal)
Sebetulnya, kata Agato, selama masa pandemi hampir tidak ada sama sekali aktivitas pelintas di PLBN Badau, begitu juga di Pos Lintas Negara (PLB) Lubok Antu, Serawak Malaysia. Kendati begitu, PLBN Badau masih dibuka bagi pemulangan warga negara Indonesia (WNI) dari Malaysia, dan juga warga negara Malaysia yang hendak pulang ke negaranya, dengan melewati serangkaian prosedur pengamanan maupun prosesscreening.
"Sesuai aturan keimigrasian, kita tidak bisa menolak pemulangan WNI dari Malaysia, begitu juga sebaliknya. Namun untuk aktivitas perlintasan yang lainnya, itu bisa dikatakan tidak ada sama sekali. Apalagi aktivitas angkutan barang itu distop total," kata Agato.
Menurut Agato, masih ditutupnya gerbang PLBN Badau sesuai instruksi dari pihak pusat dalam hal ini Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) selaku otoritas PLBN. Penutupan juga disebabkan gerbang perlintasan di Lubok Antu Malaysia masih ditutup rapat.
Tak hanya aktivitas orang yang melintas, aktivitas angkutan operasional Bus Angkutan Antar Lintas Batas Negara (ALBN) hingga truk-truk pengangkut CPO (crude plam oil) yang biasanya ramai dari Indonesia ke Malaysia juga distop. (Baca juga: Turki Siapkan 17.000 Polisi Amankan Shalat di Hagia Sophia)
"Sejauh ini (sebelum ada korona) ekspor CPO menghasilkan pemasukan terbesar di PLBN Badau. Bahkan, pemasukan dari aktivitas pengangkutan CPO yang melintas di PLBN Badau sudah mampu menutupi biaya pembangunan PLBN Badau," ungkap Agato.
Patut diakui, keberadaan PLBN Badau makin meningkatkan kualitas pelayanan lintas batas negara, keamanan dan kesejahteraan masyarakat, serta menumbuhkan pusat perekonomian baru di wilayah perbatasan khususnya Kecamatan Nanga Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
"Selain mengubah wajah perbatasan NKRI setara bahkan lebih baik dari negara tetangga, keberadaan PLBN Badau juga layak disebut sebagai beranda depan Indonesia, sebagai negara besar yang berdaulat, berdaya saing, dan aman," kata Komandan Satgas Pamtas Indonesia-Malaysia, Yonif 133/YS, Letkol Inf Hendra Cipta.
Sementara itu, pengamatan KORAN SINDO, kentara sekali bangunan gedung PLBN Badau mengusung budaya lokal Kalimantan dengan mengadaptasi bentuk bangunan khas Rumah Panjang, penggunaan ornamen lokal, serta penerapan prinsip-prinsip bangunan hijau (green building). Lanskap hutan, bukit dan pegunungan yang menjadi pembatas alam Indonesia-Malaysia, semakin menjadikan PLBN Badau terlihat keren dan mempesona.
Adapun zona inti PLBN yang berdiri di atas lahan seluas 8,8 hektare ini, memiliki luas bangunan 7.619 m2 dengan biaya pembangunan sebesar Rp153 miliar. Bangunan yang berada pada zona inti meliputi bangunan utama PLBN, pos lintas kendaraan pemeriksaan, bangunan pemeriksaan kargo, bangunan utilitas, monumen, gerbang kedatangan dan keberangkatan, serta hardscape dan landscape kawasan yang diharapkan dapat melayani hingga 360 pelintas per hari sampai dengan tahun 2025. (Lihat videonya: Pembeli Rela Antri 4 Jam, Bakso Lobster Viral di Media Sosial)
Selain zona inti, ada pula zona sub inti dan pendukung, yakni perumahan petugas kepabeanan, keimigrasian, karantina dan pengamanan, rumah ibadah, tempat makan, wisma Indonesia, gedung serbaguna, kantor pengelola, pasar wisata, mess pegawai, termasuk sarana pendukung lainnya seperti ATM, taman, jalan, dan patung presiden pertama Sukarno sedang menunjuk ke arah Malaysia, yang kini dalam tahap finishing.
"Pernah ada warga Malaysia yang bertanya, berapa harga perumahan yang ada di sini (PLBN Badau). Mereka tertarik dengan model bangunannya dan berminat untuk membeli. Setelah kami jelaskan bahwa rumah-rumah tersebut adalah mess pegawai dan tidak dijual, mereka tertawa," kata Wendelinus Fanu, Kasubid Pengembangan Kawasan PLBN Badau. (Hendri Irawan)
(ysw)