Kisah Sunan Kalijaga Menjaga Tongkat Sakti Sunan Bonang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kisah para Wali Songo selalu menarik, baik sebelum maupun selama menjadi pendakwah. Salah satu wali yang sangat terkenal karena kisah hidup dan karomahnya adalah Sunan Kalijaga.
Dari namanya saja, Kalijaga tampak ada muatan kisah menarik. Suanan Kalijaga memiliki nama lahir Raden Said. Dia putra Adipati Tuban (sekarang bupati) yang sudah mengenal ajaran Islam sejak kecil.
Dalam perkembangannya, sosok Raden Said tumbuh menjadi sosok pemberontak. Hal ini terjadi saat Raden Said membuka mata hatinya melihat nasib rakyat jelata di luar istana.
Kala itu, pejabat kadipaten menarik pajak terlalu tinggi kepada rakyat jelata. Akibatnya, rakyat hidup melarat, sementara lumbung pangan istana tidak pernah kosong dengan stok pangan.
Raden Said pun tidak tahan melihat kondisi it hingga hatinya tergerak untuk membantu rakyat yang melarat. Malam hari ia diam-diam mengambil hasil bumi dari lumbung dan dibagikan kepada rakyat.
Sunan Kalijaga melakukan aksinya itu setiap malam. Rakyat yang mendapat bantuan pangan dari Raden Said sangat senang, meskipun mereka tidak mengetahui siapa sosok yang memberi mereka bahan pangan tersebut.
Sayangnya, aksi Raden Said ini mulai terendus. Apart yang menangani stok pangan curiga karena bahan makanan berkurang drastis di gudang. Pihak aparat kerajaan akhirnya melakukan pengintaian di waktu malam.
Betapa terkejutnya para petugas istana saat mengetahui bahwa pelaku pencurian adalah Raden Said. Temuan ini akhirnya dilaporkan kepada ayahnya. Raden Said pun dihukum dengan hukuman dikurung. Setelah beberapa waktu ia pun dibebaskan dari kurungan.
Namun, setelah dibebaskan, Raden Said bukannha jera. Ia bahkan melanjutkan aksinya membagi pangan kepada rakyat. Melihat hal itu, seorang aparat kerajaan melakukan siasat.
Mengenakan topeng dan kostum yang sama dengan apa yang dikenakan oleh Raden Said, aparat ini merampok dan memerkosa warga. Ketika tindakan bejat itu dilaporkan oleh korban, ayahandanya yang mengira itu tindakan putranya pun marah besar hingga mengusir anaknya sendiri keluar dari kerajaan.
Raden Said pun pergi mengembara tanpa arah. Namun ia tetap melakukan aksi bak Robin Hood di cerita rakyat Negara Barat. Ia meningkatkan kemampuannya dan mengubah identitasnya dengan sebutan Brandal Lokajaya.
Suatu waktu, Brandal Lokajaya coba mencuri sebuah tongkat yang dikira terbuat dari emas milik seorang pria tua yang melintasi hutan tempatnya bernaung. Namun ternyata tongkat itu bukan terbuat dari emas.
Raden Said yang merasa kasihan lantas memberikannya lagi kepada si pria tua itu. Akhirnya si pria tua bertanya kepada Brandal Lokajaya mengapa melakukan hal itu. Brandal Lokajaya pun menjawab untuk diberikan pada rakyat fakir miskin yang menderita.
Si kakek lantas menimpali dengan menyebut, "Sungguh mulia hatimu, namun cara yang kau lakukan keliru." Pria tua itu pun melanjutkan dengan bertanya, "Jika kau mencuci pakaianmu yang kotor dengan air kencing, apakah tindakanmu itu benar?"
"Tentu sebuah perbuatan bodoh. Hanya menambah kotor dan bau pakaian saja," jawab Brandal Lokajaya.
Sang kakek pun tersenyum dan berkata, "Begitupun dengan apa yang kau lakukan. Kamu berbagi dengan cara mencuri. Allah Subhanahu wa ta'ala itu adalah zat yang baik, hanya menerima amal dari barang yang baik atau halal."
Mendengar hal itu, lantas Brandal Lokajaya yang termenung. Ia merasa bahwa pria tua tersebut bukan sosok manusia sembarangan. Benar saja, lelaki paruh baya itu merupakan sosok Sunan Bonang. Ia yang kagum lantas mengejar Sunan Bonang sampai tepian kali.
Brandal Lokajaya memohon kepada sang pria tua untuk menjadikannya sebagai seorang murid. Mendengar hal itu, Sunan Bonang lantas memberikan Brandal Lokajaya sebuah "ujian" apabila benar-benar ingin menjadi muridnya.
Beliau mengeluarkan dan menancapkan tongkat yang menjadi salah satu karomahnya itu di pinggir kali. Lantas memerintahkan Raden Said menjaga benda tersebut tetap tertancap sampai ia kembali.
Sang Brandal Lokajaya pun langsung melaksanakan syarat tersebut dan duduk di tepi kali dan tongkat tersebut. Sementara Sunan Bonang pergi meninggalkannya dengan melintasi sungai dengan berjalan di atas air tanpa sedikit pun terkena percikan air, ini merupakan salah satu karomahnya.
Brandal Lokajaya terus menjaga tongkat tersebut di pinggir kali. Ia pun mulai merasa bosan. Lalu ia berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala untuk memintanya tertidur layaknya seorang pemuda di Gua Kahfi saat zaman Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam dahulu.
Doa tersebut dikabulkan hingga akhirnya Brandal Lokajaya tertidur selam 3 tahun lamanya. Selama itu Sunan Bonang baru kembali. Tiga Tahun terlelap dalam tidurnya, Sunan Bonang membangunkan Brandal Lokajaya dengan cara mengumandangkan azan di sampingnya.
Setelah terbangun dari tidurnya, Sunan Bonang mengajak Brandal Lokajaya menuju pesantrennya di wilayah Tuban untuk diajarkan ilmu agama.
Akhirnya Raden Said atau Brandal lokajaya menjadi salah seorang pendakwah seperti gurunya dan terkenal dengan sebutan Sunan Kalijaga.
Namanya itu sendiri berarti seorang ulama yang menyebarkan Islam dan pernah menjaga kali sesuai perintah gurunya Sunan Bonang. Setelah menjadi wali, Sunan Kalijaga pun memiliki beberapa karomah seperti dapat mengubah rupanya.
Dari namanya saja, Kalijaga tampak ada muatan kisah menarik. Suanan Kalijaga memiliki nama lahir Raden Said. Dia putra Adipati Tuban (sekarang bupati) yang sudah mengenal ajaran Islam sejak kecil.
Baca Juga
Dalam perkembangannya, sosok Raden Said tumbuh menjadi sosok pemberontak. Hal ini terjadi saat Raden Said membuka mata hatinya melihat nasib rakyat jelata di luar istana.
Kala itu, pejabat kadipaten menarik pajak terlalu tinggi kepada rakyat jelata. Akibatnya, rakyat hidup melarat, sementara lumbung pangan istana tidak pernah kosong dengan stok pangan.
Raden Said pun tidak tahan melihat kondisi it hingga hatinya tergerak untuk membantu rakyat yang melarat. Malam hari ia diam-diam mengambil hasil bumi dari lumbung dan dibagikan kepada rakyat.
Sunan Kalijaga melakukan aksinya itu setiap malam. Rakyat yang mendapat bantuan pangan dari Raden Said sangat senang, meskipun mereka tidak mengetahui siapa sosok yang memberi mereka bahan pangan tersebut.
Sayangnya, aksi Raden Said ini mulai terendus. Apart yang menangani stok pangan curiga karena bahan makanan berkurang drastis di gudang. Pihak aparat kerajaan akhirnya melakukan pengintaian di waktu malam.
Betapa terkejutnya para petugas istana saat mengetahui bahwa pelaku pencurian adalah Raden Said. Temuan ini akhirnya dilaporkan kepada ayahnya. Raden Said pun dihukum dengan hukuman dikurung. Setelah beberapa waktu ia pun dibebaskan dari kurungan.
Namun, setelah dibebaskan, Raden Said bukannha jera. Ia bahkan melanjutkan aksinya membagi pangan kepada rakyat. Melihat hal itu, seorang aparat kerajaan melakukan siasat.
Mengenakan topeng dan kostum yang sama dengan apa yang dikenakan oleh Raden Said, aparat ini merampok dan memerkosa warga. Ketika tindakan bejat itu dilaporkan oleh korban, ayahandanya yang mengira itu tindakan putranya pun marah besar hingga mengusir anaknya sendiri keluar dari kerajaan.
Raden Said pun pergi mengembara tanpa arah. Namun ia tetap melakukan aksi bak Robin Hood di cerita rakyat Negara Barat. Ia meningkatkan kemampuannya dan mengubah identitasnya dengan sebutan Brandal Lokajaya.
Suatu waktu, Brandal Lokajaya coba mencuri sebuah tongkat yang dikira terbuat dari emas milik seorang pria tua yang melintasi hutan tempatnya bernaung. Namun ternyata tongkat itu bukan terbuat dari emas.
Raden Said yang merasa kasihan lantas memberikannya lagi kepada si pria tua itu. Akhirnya si pria tua bertanya kepada Brandal Lokajaya mengapa melakukan hal itu. Brandal Lokajaya pun menjawab untuk diberikan pada rakyat fakir miskin yang menderita.
Si kakek lantas menimpali dengan menyebut, "Sungguh mulia hatimu, namun cara yang kau lakukan keliru." Pria tua itu pun melanjutkan dengan bertanya, "Jika kau mencuci pakaianmu yang kotor dengan air kencing, apakah tindakanmu itu benar?"
"Tentu sebuah perbuatan bodoh. Hanya menambah kotor dan bau pakaian saja," jawab Brandal Lokajaya.
Sang kakek pun tersenyum dan berkata, "Begitupun dengan apa yang kau lakukan. Kamu berbagi dengan cara mencuri. Allah Subhanahu wa ta'ala itu adalah zat yang baik, hanya menerima amal dari barang yang baik atau halal."
Mendengar hal itu, lantas Brandal Lokajaya yang termenung. Ia merasa bahwa pria tua tersebut bukan sosok manusia sembarangan. Benar saja, lelaki paruh baya itu merupakan sosok Sunan Bonang. Ia yang kagum lantas mengejar Sunan Bonang sampai tepian kali.
Brandal Lokajaya memohon kepada sang pria tua untuk menjadikannya sebagai seorang murid. Mendengar hal itu, Sunan Bonang lantas memberikan Brandal Lokajaya sebuah "ujian" apabila benar-benar ingin menjadi muridnya.
Beliau mengeluarkan dan menancapkan tongkat yang menjadi salah satu karomahnya itu di pinggir kali. Lantas memerintahkan Raden Said menjaga benda tersebut tetap tertancap sampai ia kembali.
Sang Brandal Lokajaya pun langsung melaksanakan syarat tersebut dan duduk di tepi kali dan tongkat tersebut. Sementara Sunan Bonang pergi meninggalkannya dengan melintasi sungai dengan berjalan di atas air tanpa sedikit pun terkena percikan air, ini merupakan salah satu karomahnya.
Brandal Lokajaya terus menjaga tongkat tersebut di pinggir kali. Ia pun mulai merasa bosan. Lalu ia berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala untuk memintanya tertidur layaknya seorang pemuda di Gua Kahfi saat zaman Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam dahulu.
Doa tersebut dikabulkan hingga akhirnya Brandal Lokajaya tertidur selam 3 tahun lamanya. Selama itu Sunan Bonang baru kembali. Tiga Tahun terlelap dalam tidurnya, Sunan Bonang membangunkan Brandal Lokajaya dengan cara mengumandangkan azan di sampingnya.
Setelah terbangun dari tidurnya, Sunan Bonang mengajak Brandal Lokajaya menuju pesantrennya di wilayah Tuban untuk diajarkan ilmu agama.
Akhirnya Raden Said atau Brandal lokajaya menjadi salah seorang pendakwah seperti gurunya dan terkenal dengan sebutan Sunan Kalijaga.
Namanya itu sendiri berarti seorang ulama yang menyebarkan Islam dan pernah menjaga kali sesuai perintah gurunya Sunan Bonang. Setelah menjadi wali, Sunan Kalijaga pun memiliki beberapa karomah seperti dapat mengubah rupanya.
(don)