Perjuangan Dokter Spesialis Kandungan Satu-satunya di Fakfak, Ditolak Warga hingga Naik Perahu Bawa Genset

Selasa, 16 Mei 2023 - 13:42 WIB
loading...
Perjuangan Dokter Spesialis Kandungan Satu-satunya di Fakfak, Ditolak Warga hingga Naik Perahu Bawa Genset
Jalan terjal dilalui dr Amira Abdat SpOG, alumnus Fakultas Kedokteran Unair yang kini menjadi satu-satunya dokter spesialis kandungan di Fakfak, Papua Barat. Foto/Ist
A A A
JALAN terjal dilalui dr Amira Abdat SpOG, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), Surabaya yang kini mengabdikan diri di daerah terpencil. Ia menjadi satu-satunya dokter spesialis kandungan di Fakfak, Papua Barat.

Melalui konten edukasi kesehatan reproduksi dan ibu hamil di sosial media, ia menjalankan misi kemanusiaan. Amira mendapat beasiswa dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada 2015 silam untuk melanjutkan pendidikan spesialisnya di Unair.



Ia menuntaskan studi S1 kedokteran di Universitas Trisakti 2012 silam. Kemudian 2013 hingga 2015 menjadi dokter umum dan mendapat penempatan di puskesmas pelosok FakFak.

“Saya mengamati dokter spesialis kandungan di sana tidak ada yang menetap sehingga ada dan tiada. Dengan segala urgensi yang ada, saya belum cukup ilmu untuk menggantikannya, sehingga saya melanjutkan spesialis di Unair dari 2015 hingga 2020. Selepas pendidikan hingga hari ini saya kembali mengabdikan diri di Fakfak, Papua,” katanya, Selasa (16/5/2023).

Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) itu melaporkan terdapat 95.000 jumlah penduduk di fakfak dan 50 persennya adalah perempuan.

Dengan kondisi sulitnya akses pemeriksaan kehamilan, banyaknya kekerasan seksual, hingga meningkatnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).



“Kehadiran kami, selain pengobatan, juga penyuluhan terkait seks pra-nikah. Sebab dari fenomena yang ada, kebanyakan saat hamil anak ketiga, sang ibu baru dinikahi suami. Itu pun secara siri dan sudah dinormalisasi. Terlepas dari minimnya hiburan, mereka melakukan hubungan seksual tanpa dibekali pengetahuan,” jelasnya.

Kondisi itu diperparah dengan penolakan penduduk terhadap dokter maupun tenaga medis. Sebab, kebiasaan penduduk yang lebih tertarik ke dukun daripada tempat pelayanan kesehatan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1876 seconds (0.1#10.140)