Kisah Mas Karyosudiro, Kerabat Bupati Pacitan yang Tak Mempan Dilukai Senjata Pasukan Pangeran Diponegoro
loading...
A
A
A
Pasukan Pangeran Diponegoro, harus menghadapi gabungan pasukan Pacitan dan Belanda. Pertempuran hebat pecah di wilayah Glesung, hal ini menyebabkan banyak jatuh korban jiwa dari kubu pasukan Pacitan, dan Belanda.
Bupati Pacitan, Mas Tumenggung Jogokaryo II yang menjadi pemimpin pasukan Pacitan berhasil ditangkap. Tubuh lemahnya sempoyongan karena dikeroyok oleh banyak musuh. Dia pun akhirnya tak kuasa melawannya, hingga tubuhnya roboh ke tanah.
Pasukan Belanda yang dipimpin Van Vlissingen, juga kewalahan menghadapi pasukan Pangeran Diponegoro yang jumlahnya ribuan orang. Dikutip dari "Kisah Brang Wetan : Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan", terjemahan Karsono Hardjoseputro, Van Slissingen meminjam kuda milik Mas Cokrodiwiryo.
Mas Cokrodiwiryo mengira Van Vlissingen hendak maju perang, sehingga dia memberikan kudanya. Ternyata dugaannya salah, setelah Van Vlissingen menaiki kuda, kudanya dikeprak pulang melarikan diri.
Mas Cokrodiwiryo kemudian mencabut pedangnya dan maju ke tengah medan laga. Kehadiran mas Cokrodiwiryo, langsung disambut serangan musuh secara bergelombang. Tak lama kemudian Mas Cokrodiwiryo tewas dalam pertempuran sengit tersebut.
Sementara, Mas Karyosudiro kerabat pasukan Pacitan, melihat ayah dan paman-pamannya tewas, langsung mengamuk, dan tidak mengindahkan bahaya. Dia siap menyerahkan nyawanya untuk membela ayah dan paman-pamannya.
Bak banteng terluka, dia menyerbu musuh yang datang dari segala penjuru medan laga. Akibatnya, banyak musuh yang ada di dekatnya terluka. Meskipun kulit Mas Karyosudiro tidak mempan senjata, tetapi ia akhirnya harus menghadapi pasukan musuh yang jumlahnya sangat banyak.
Bagian dalam tubuh Mas kayosudiro hancur, akibat terlalu banyak menghadapi musuh, Tubuhnya kemudian roboh di tanah. Musuh mengira Mas Karyosudiro sudah tewas, sehingga ditinggal begitu saja.
Ketika melihat para senapatinya telah tiada, prajurit-prajurit Pacitan ketakutan, tak ada yang berani melanjutkan perang. Akhirnya mereka melarikan diri, saling berebut menyelamatkan diri.
Pasukan Pangeran Diponegoro, kemudian beristirahat di Pesanggrahan Nglorog. Seusai perang, Mas Karyosudiro yang roboh di tengah medan pertempuran, tersadar dan kemudian bangun serta merangkak mengungsi ke desa.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
Bupati Pacitan, Mas Tumenggung Jogokaryo II yang menjadi pemimpin pasukan Pacitan berhasil ditangkap. Tubuh lemahnya sempoyongan karena dikeroyok oleh banyak musuh. Dia pun akhirnya tak kuasa melawannya, hingga tubuhnya roboh ke tanah.
Pasukan Belanda yang dipimpin Van Vlissingen, juga kewalahan menghadapi pasukan Pangeran Diponegoro yang jumlahnya ribuan orang. Dikutip dari "Kisah Brang Wetan : Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan", terjemahan Karsono Hardjoseputro, Van Slissingen meminjam kuda milik Mas Cokrodiwiryo.
Baca Juga
Mas Cokrodiwiryo mengira Van Vlissingen hendak maju perang, sehingga dia memberikan kudanya. Ternyata dugaannya salah, setelah Van Vlissingen menaiki kuda, kudanya dikeprak pulang melarikan diri.
Mas Cokrodiwiryo kemudian mencabut pedangnya dan maju ke tengah medan laga. Kehadiran mas Cokrodiwiryo, langsung disambut serangan musuh secara bergelombang. Tak lama kemudian Mas Cokrodiwiryo tewas dalam pertempuran sengit tersebut.
Sementara, Mas Karyosudiro kerabat pasukan Pacitan, melihat ayah dan paman-pamannya tewas, langsung mengamuk, dan tidak mengindahkan bahaya. Dia siap menyerahkan nyawanya untuk membela ayah dan paman-pamannya.
Bak banteng terluka, dia menyerbu musuh yang datang dari segala penjuru medan laga. Akibatnya, banyak musuh yang ada di dekatnya terluka. Meskipun kulit Mas Karyosudiro tidak mempan senjata, tetapi ia akhirnya harus menghadapi pasukan musuh yang jumlahnya sangat banyak.
Bagian dalam tubuh Mas kayosudiro hancur, akibat terlalu banyak menghadapi musuh, Tubuhnya kemudian roboh di tanah. Musuh mengira Mas Karyosudiro sudah tewas, sehingga ditinggal begitu saja.
Ketika melihat para senapatinya telah tiada, prajurit-prajurit Pacitan ketakutan, tak ada yang berani melanjutkan perang. Akhirnya mereka melarikan diri, saling berebut menyelamatkan diri.
Pasukan Pangeran Diponegoro, kemudian beristirahat di Pesanggrahan Nglorog. Seusai perang, Mas Karyosudiro yang roboh di tengah medan pertempuran, tersadar dan kemudian bangun serta merangkak mengungsi ke desa.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
(eyt)