Misteri Hubungan Sengguruh Kerajaan Hindu Terakhir di Nusantara dengan Majapahit
loading...
A
A
A
MALANG - Kerajaan Sengguruh di Malang tercatat menjadi kerajaan terakhir bercorak Hindu setelah meluasnya pengaruh Islam di Pulau Jawa. Kerajaan Sengguruh ini konon sudah ada sejak 1400-an atau abad 14 hingga 15 awal ketika Kerajaan Majapahit mulai menunjukkan tren penurunan kejayaannya.
Arkeolog sekaligus sejarawan Malang Mudzakir Dwi Cahyono menuturkan, bila Kerajaan Sengguruh ini muncul ketika masa pemerintahan Kerajaan Majapahit mulai berakhir. Saat itu konon Kerajaan Majapahit memang masih ada, namun ibukotanya tidak di Wilwatikta atau Trowulan dan dinasti yang berkuasa bukan lagi dinasti Raden Wijaya, melainkan dari Girindrawardhana.
"Ketika Sengguruh ada kerajaannya (Kerajaan Majapahit) masih. Kerajaannya masih bernama Majapahit, tapi dinastinya berbeda, dinastinya Girindrawardana, tapi ibukotanya tidak lagi di Wilwatikta atau Trowulan itu, dinastinya juga tidak dinasti yang disebut keturunan Raden Wijaya," ujar Mudzakir Dwi Cahyono, dikonfirmasi MPI.
Baca juga: Pengelola Malang Plaza Klaim Rugi Rp55 Miliar Akibat Kebakaran
Bahkan Dwi Cahyono menyebut, bila Kerajaan Sengguruh belum pernah menjadi kerajaan bawahan yang dikuasai oleh Kerajaan Majapahit. Kendati pada naskah kuno bernama Panji Margasemara yang ditulis sekitar masa kekuasaan Majapahit akhir disebutkan ada beberapa daerah di Malang seperti Gunung Gondomayet, Kagenengan, Singasari, Sangguruh, hingga Balekambang.
"Di era sebelum dinasti Girindrawardhana, kerajaan bawahan Majapahit di Malang hanya Tumapel dan Kabalan, Sengguruh tidak pernah disebut-sebut menjadi kekuasaan Majapahit, tidak di era-era dinasti Sangramawijaya. Kerajaan ini baru hadir di masa Majapahit akhir," tuturnya.
Namun apakah Kerajaan Sengguruh ini didirikan oleh tokoh-tokoh dari dua kerajaan bawahan Majapahit di Malang yakni Tumapel dan Kabalan, Dwi Cahyono belum dapat memastikannya. Tetapi menariknya, salah satu raja di Kerajaan Sengguruh bernama Raden Pramana dikisahkan masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan Kerajaan Majapahit.
"Jadi Kerajaan Sengguruh memang masih menjadi tanda tanya, dalam kaitan vasal Majapahit sebelumnya yaitu Tumapel dan Kabalan, apakah ini relokasi dari pusat kekuasaan yang di sebelah utara, ada dua vasal nagari Tumapel dan nagari Kabalan, baru dua nagari itu diintegrasikan, menjadi Sengguruh, boleh dikatakan ini merupakan sisa-sisa dari kekuatan Hindu yang basisnya memang di Malang," jelas pengajar sejarah di Universitas Negeri Malang ini.
Apalagi sebelum era Kerajaan Sengguruh, Malang memiliki riwayat sejarah panjang terkait perjalanan kerajaan bernuansakan Hindu sejak zaman Kerajaan Kanjuruhan, kemudian bergeser Kerajaan Mataram era Mpu Sindok yang berpusat di Malang, Kerajaan Tumapel, dan dua kerajaan bawahan Majapahit yang berada di Malang.
"Jadi ini merupakan sejarah kerajaan-kerajaan yang ada di wilayah Malang, di wilayah Malang, bentuknya kancrit yang sisa dari perjalanan panjang didapati hadir di Sengguruh, yang kerajaannya disebut Kerajaan Sengguruh atau Tanjung Sengguruh," terangnya.
Arkeolog sekaligus sejarawan Malang Mudzakir Dwi Cahyono menuturkan, bila Kerajaan Sengguruh ini muncul ketika masa pemerintahan Kerajaan Majapahit mulai berakhir. Saat itu konon Kerajaan Majapahit memang masih ada, namun ibukotanya tidak di Wilwatikta atau Trowulan dan dinasti yang berkuasa bukan lagi dinasti Raden Wijaya, melainkan dari Girindrawardhana.
"Ketika Sengguruh ada kerajaannya (Kerajaan Majapahit) masih. Kerajaannya masih bernama Majapahit, tapi dinastinya berbeda, dinastinya Girindrawardana, tapi ibukotanya tidak lagi di Wilwatikta atau Trowulan itu, dinastinya juga tidak dinasti yang disebut keturunan Raden Wijaya," ujar Mudzakir Dwi Cahyono, dikonfirmasi MPI.
Baca juga: Pengelola Malang Plaza Klaim Rugi Rp55 Miliar Akibat Kebakaran
Bahkan Dwi Cahyono menyebut, bila Kerajaan Sengguruh belum pernah menjadi kerajaan bawahan yang dikuasai oleh Kerajaan Majapahit. Kendati pada naskah kuno bernama Panji Margasemara yang ditulis sekitar masa kekuasaan Majapahit akhir disebutkan ada beberapa daerah di Malang seperti Gunung Gondomayet, Kagenengan, Singasari, Sangguruh, hingga Balekambang.
"Di era sebelum dinasti Girindrawardhana, kerajaan bawahan Majapahit di Malang hanya Tumapel dan Kabalan, Sengguruh tidak pernah disebut-sebut menjadi kekuasaan Majapahit, tidak di era-era dinasti Sangramawijaya. Kerajaan ini baru hadir di masa Majapahit akhir," tuturnya.
Namun apakah Kerajaan Sengguruh ini didirikan oleh tokoh-tokoh dari dua kerajaan bawahan Majapahit di Malang yakni Tumapel dan Kabalan, Dwi Cahyono belum dapat memastikannya. Tetapi menariknya, salah satu raja di Kerajaan Sengguruh bernama Raden Pramana dikisahkan masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan Kerajaan Majapahit.
"Jadi Kerajaan Sengguruh memang masih menjadi tanda tanya, dalam kaitan vasal Majapahit sebelumnya yaitu Tumapel dan Kabalan, apakah ini relokasi dari pusat kekuasaan yang di sebelah utara, ada dua vasal nagari Tumapel dan nagari Kabalan, baru dua nagari itu diintegrasikan, menjadi Sengguruh, boleh dikatakan ini merupakan sisa-sisa dari kekuatan Hindu yang basisnya memang di Malang," jelas pengajar sejarah di Universitas Negeri Malang ini.
Apalagi sebelum era Kerajaan Sengguruh, Malang memiliki riwayat sejarah panjang terkait perjalanan kerajaan bernuansakan Hindu sejak zaman Kerajaan Kanjuruhan, kemudian bergeser Kerajaan Mataram era Mpu Sindok yang berpusat di Malang, Kerajaan Tumapel, dan dua kerajaan bawahan Majapahit yang berada di Malang.
"Jadi ini merupakan sejarah kerajaan-kerajaan yang ada di wilayah Malang, di wilayah Malang, bentuknya kancrit yang sisa dari perjalanan panjang didapati hadir di Sengguruh, yang kerajaannya disebut Kerajaan Sengguruh atau Tanjung Sengguruh," terangnya.
(msd)