Kisah Malang Kucecwara, Bangunan Suci Era Kerajaan Mataram saat Wabah Lepra Melanda
loading...
A
A
A
MALANG Kucecwara disebut merupakan bangunan suci untuk pemujaan ketika wabah penyakit lepra melanda Kerajaan Mataram. Nama itulah yang konon akhirnya menjadi landasan asal usul penyebutan nama Malang sebagai suatu kota dan kabupaten di Jawa Timur.
Sejarawan Universitas Negeri Malang (UM) Muzakir Dwi Cahyono menyatakan, nama Malang Kucecwara yang disebut jadi asal usul Malang merupakan hal yang kurang berdasar.
Memang nama Malang Kucecwara itu konon ditemukan pada sebuah Prasasti Tembaga Kedu atau Prasasti Balitung atau yang ditemukan di wilayah Singasari utara, yang akhirnya sebutan awal mula asal usul Malang.
“Di dalam Prasasti Balitung itu terdapat kata Malang Kucecwara, karena mengandung unsur kata Malang. Maka itulah dianggap, dipendapati asal nama Malang itu dari Malang Kucecwara. Padahal jangan lupa bahwa Malang kucecwara itu nama bangunan suci,” ucap Dwi Cahyono.
Menurutnya, nama kucecwara sebenarnya sudah muncul pada era Raja Mpu Sindok.
Sementara pada Prasasti Kanjuruhan tercantum bagaimana kucecwara merujuk pada bangunan suci atau menunjuk kepada benda yang diupacarai.
“Itu biasa bangunan suci disebut titik-titik plus kucecwara, kucecwara, juga disebut dalam prasasti Mpu Sindok. Dalam Prasasti Kanjuruhan, dari kata putika plus iswara, itu menunjuk kepada bangunan suci, atau menunjuk kepada benda yang diupacarai misalnya, sinar Siwa yang ada di balik lingga,” jelasnya.
Dwi Cahyono menerangkan, bangunan suci yang dimaksud pada kata Malang Kucecwara itu merujuk ketika terjadinya wabah penyakit lepra ketika masa Raja Balitung berkuasa di era Kerajaan Mataram.
Maka ketika ada wabah penyakit lepra, Malang Kucecwara ini disebut menjadi pemujaan orang-orang yang menganut ajaran Hindu Siwa.
“Malang Kucecwara itu nama dewata, yaitu Dewa Siwa sebagai penyembuh penyakit. Jadi kalau ada orang sakit, Malang kucecwara itu dipuja, supaya penyakitnya itu memperoleh kesembuhan, penyakit lepra, nampaknya pada waktu itu penyakit lepra itu mewabah,” ujarnya.
“Kita tahu ada masa-masa tertentu di mana penyakit lepra itu dianggap sebagai penyakit berbahaya, orang menderita lepra mau mendekat, juga nggak berani khawatir,” imbuhnya.
Menariknya nama Malang Kucecwara sebagai sebuah bangunan suci justru tidak hanya dijumpai di Malang saja sebagaimana lokasi prasasti bertuliskan Malang Kucecwara itu ditemukan.
Tetapi juga ditemukan di daerah Magelang dan Candi Perwara, sebuah candi kecil yang ada di kompleks Candi Prambanan.
“Bangunan suci yang bernama Malang Kucecwara tidak hanya terdapat di Malang, dalam Prasasti Mantyasih itu terdapat bangunan suci juga, Malang Kucecwara itu di Kedu selatan, di daerah Magelang Utara, di Candi Prambanan itu ada candi kecil, Candi Perwara itu bertuliskan Malang Kucecwara, berarti kucecwara itu yang di Candi Prambanan itu digunakan secara khusus untuk memuja Malang kucecwara,” jelasnya.
Lantas mengapa nama Malang Kucecwara dinarasikan sebagai asal usul Malang, Dwi menyatakan ketika nama Malang Kucecwara mulai dipercaya sebagai asal usul nama Malang ada seorang dosen IKIP Malang bernama Woyo Wasito yang meneliti kembali asal usul Malang. Penelitian itu kemudian dibukukan untuk Mencari Hari Jadi Kabupaten Malang.
"Ketika ada buku Mencari Hari Jadi Kabupaten Malang Prasasti Ukirnegara sudah ketemu, prasastinya (ditemukan tahun) 74, menulis (bukunya tahun) 77, maka pendapatnya Malangnya dari Malang itu berasal dari (desa kuno) Malang, bukan dari Malang Kucecwara,” terangnya.
Tulisan itu sekaligus memperbarui sumber sejarah mengenai Malang Kucecwara yang telah ada sebelumnya yang tercantum pada Prasasti Tembaga Kedu di era Raja Balitung.
Di mana nama Malang terukir dari Prasasti Ukirnegara yang baru ditemukan pada 11 Januari 1975. Hal ini yang mengubah literasi landasan sejarah asal usul Malang.
“Sebelumnya (dikatakan asal usul Malang dari Malang Kucecwara) karena prasastinya belum ketemu. Artinya teori yang dipakai, pendapat yang dipakai oleh Pemerintah Kota Malang dari Malang kucecwara, itu pendapat basi sudah seharusnya ditinggalkan, jadi salah kaprah,” pungkasnya.
Lihat Juga: Kisah Sunan Gresik Datang dari Champa untuk Menyebarkan Islam di Pulau Jawa dengan Santun dan Ramah
Sejarawan Universitas Negeri Malang (UM) Muzakir Dwi Cahyono menyatakan, nama Malang Kucecwara yang disebut jadi asal usul Malang merupakan hal yang kurang berdasar.
Baca Juga
Memang nama Malang Kucecwara itu konon ditemukan pada sebuah Prasasti Tembaga Kedu atau Prasasti Balitung atau yang ditemukan di wilayah Singasari utara, yang akhirnya sebutan awal mula asal usul Malang.
“Di dalam Prasasti Balitung itu terdapat kata Malang Kucecwara, karena mengandung unsur kata Malang. Maka itulah dianggap, dipendapati asal nama Malang itu dari Malang Kucecwara. Padahal jangan lupa bahwa Malang kucecwara itu nama bangunan suci,” ucap Dwi Cahyono.
Menurutnya, nama kucecwara sebenarnya sudah muncul pada era Raja Mpu Sindok.
Sementara pada Prasasti Kanjuruhan tercantum bagaimana kucecwara merujuk pada bangunan suci atau menunjuk kepada benda yang diupacarai.
“Itu biasa bangunan suci disebut titik-titik plus kucecwara, kucecwara, juga disebut dalam prasasti Mpu Sindok. Dalam Prasasti Kanjuruhan, dari kata putika plus iswara, itu menunjuk kepada bangunan suci, atau menunjuk kepada benda yang diupacarai misalnya, sinar Siwa yang ada di balik lingga,” jelasnya.
Dwi Cahyono menerangkan, bangunan suci yang dimaksud pada kata Malang Kucecwara itu merujuk ketika terjadinya wabah penyakit lepra ketika masa Raja Balitung berkuasa di era Kerajaan Mataram.
Maka ketika ada wabah penyakit lepra, Malang Kucecwara ini disebut menjadi pemujaan orang-orang yang menganut ajaran Hindu Siwa.
“Malang Kucecwara itu nama dewata, yaitu Dewa Siwa sebagai penyembuh penyakit. Jadi kalau ada orang sakit, Malang kucecwara itu dipuja, supaya penyakitnya itu memperoleh kesembuhan, penyakit lepra, nampaknya pada waktu itu penyakit lepra itu mewabah,” ujarnya.
“Kita tahu ada masa-masa tertentu di mana penyakit lepra itu dianggap sebagai penyakit berbahaya, orang menderita lepra mau mendekat, juga nggak berani khawatir,” imbuhnya.
Menariknya nama Malang Kucecwara sebagai sebuah bangunan suci justru tidak hanya dijumpai di Malang saja sebagaimana lokasi prasasti bertuliskan Malang Kucecwara itu ditemukan.
Tetapi juga ditemukan di daerah Magelang dan Candi Perwara, sebuah candi kecil yang ada di kompleks Candi Prambanan.
“Bangunan suci yang bernama Malang Kucecwara tidak hanya terdapat di Malang, dalam Prasasti Mantyasih itu terdapat bangunan suci juga, Malang Kucecwara itu di Kedu selatan, di daerah Magelang Utara, di Candi Prambanan itu ada candi kecil, Candi Perwara itu bertuliskan Malang Kucecwara, berarti kucecwara itu yang di Candi Prambanan itu digunakan secara khusus untuk memuja Malang kucecwara,” jelasnya.
Lantas mengapa nama Malang Kucecwara dinarasikan sebagai asal usul Malang, Dwi menyatakan ketika nama Malang Kucecwara mulai dipercaya sebagai asal usul nama Malang ada seorang dosen IKIP Malang bernama Woyo Wasito yang meneliti kembali asal usul Malang. Penelitian itu kemudian dibukukan untuk Mencari Hari Jadi Kabupaten Malang.
"Ketika ada buku Mencari Hari Jadi Kabupaten Malang Prasasti Ukirnegara sudah ketemu, prasastinya (ditemukan tahun) 74, menulis (bukunya tahun) 77, maka pendapatnya Malangnya dari Malang itu berasal dari (desa kuno) Malang, bukan dari Malang Kucecwara,” terangnya.
Tulisan itu sekaligus memperbarui sumber sejarah mengenai Malang Kucecwara yang telah ada sebelumnya yang tercantum pada Prasasti Tembaga Kedu di era Raja Balitung.
Di mana nama Malang terukir dari Prasasti Ukirnegara yang baru ditemukan pada 11 Januari 1975. Hal ini yang mengubah literasi landasan sejarah asal usul Malang.
“Sebelumnya (dikatakan asal usul Malang dari Malang Kucecwara) karena prasastinya belum ketemu. Artinya teori yang dipakai, pendapat yang dipakai oleh Pemerintah Kota Malang dari Malang kucecwara, itu pendapat basi sudah seharusnya ditinggalkan, jadi salah kaprah,” pungkasnya.
Lihat Juga: Kisah Sunan Gresik Datang dari Champa untuk Menyebarkan Islam di Pulau Jawa dengan Santun dan Ramah
(shf)