3 Sultan Mataram Islam dengan Masa Jabatan Terlama, Ada yang Sampai 32 Tahun
loading...
A
A
A
PURWOKERTO - Setidaknya ada tiga Sultan Mataram Islam yang memiliki masa jabatan terlama. Bahkan, sebagian besar di antaranya nyaris mendekati setengah abad pemerintahan.
Kesultanan Mataram Islam merupakan merupakan Kerajaan Islam di Pulau Jawa yang berkuasa pada abad ke-16 hingga ke-18. Sepanjang berdirinya kerajaan, terdapat tiga sultan yang memiliki masa jabatan terlama.
Berikut tiga Sultan Mataram Islam dengan masa jabatan terlama :
1. Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (H2)
Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma merupakan sultan ke-3 Mataram Islam sekaligus menjadi sultan yang memiliki masa jabatan terlama sepanjang sejarah. Sultan yang satu ini menjabat pada tahun 1613-1645 atau dengan masa jabatan selama 32 tahun.
Selama masa jabatannya tersebut, sultan yang memiliki nama asli Raden Mas Jatmika ini menjadi sultan yang berhasil mempersatukan wilayah Pulau Jawa.
Selain itu selama kedudukan Kolonial Belanda mengusik wilayahnya di Pulau Jawa, sultan yang satu ini tak segan untuk menyerbu dan menyerang penjajah itu. Tercatat dirinya pernah menyerang Belanda dengan mengerahkan 14.000 orang prajurit.
Semasa hidupnya Sultan Agung telah meninggalkan banyak perkembangan budaya. Dirinya dikenal sebagai pendiri kalender Jawa, penulis karya sastra berjudul Serat Sastra Gendhing dan menyempurnakan bahasa di Pulau Jawa.
2. Sunan Tegal Arum (Amangkurat I) (H2)
Sunan Tegal Arum merupakan putra dari Sultan Agung, sehingga dirinya menjadi Sultan Mataram Islam yang keempat. Tidak berbeda jauh dengan sang ayah, sultan yang satu ini juga menjabat dengan waktu yang lama. Dirinya menjabat selama 31 tahun yakni dimulai pada tahun 1646 hingga 1677.
Pada saat menjadi Sultan Mataram Islam, pemilik nama asli Raden Mas Sayidin ini menjalankan sikap pemerintahan yang berbeda dengan ayahnya. Dia mencoba menjalin hubungan baik dengan pihak kolonial Belanda.
Hal itu dilakukannya untuk menjaga keamanan Kerajaan Mataram Islam. Alih-alih menjaga keamanan, Amangkurat I malah terjerat kasus skandal yang mengakibatkan pembunuhan dan penindasan terhadap rakyat beserta keluarganya.
Atas kejadian tersebut sebagian masyarakat benci terhadap keputusan sang raja, sehingga pemberontakan pun tidak terbedungkan. Pemberontakan inilah yang kemudian membuat Amangkurat melarikan diri dan meninggal.
3. Sultan Amral (Amangkurat II) (H2)
Sultan Amral atau Amangkurat II merupakan putra dari Amangkurat I. Dirinya telah menjadi Sultan Mataram Islam dalam kurun waktu yang cukup lama yakni 26 tahun terhitung dari tahun 1677 hingga 1703.
Pemilik nama asli Raden Mas Rahmat ini pada era pemerintahannya tidak jauh berbeda dengan sang ayah. Dirinya dikisahkan sebagai sunan yang berhati lemah dan mudah dipengaruhi oleh VOC.
Baca: Wisata Religi Sumenep yang Wajib Dikunjungi Selama Ramadan.
Sehingga seluruh pemerintahannya pun sebagian besar dibantu oleh VOC termasuk dalam perlawanan balik kepada pasukan pemberontakan Trunajaya. Setelah berhasil menumpas berbagai pemberontakan, Amangkurat II pun hilang rasa hormat dan tidak lagi bergantung pada VOC.
Ditambah lagi dirinya bersekongkol dengan kerajaan jawa yang lainnya seperti Cirebon Johor, Palembang dan juga Inggris untuk memerangi VOC. Sikap tersebut akhirnya diketahui oleh VOC dan Amangkurat II meninggal pada saat berusaha memperbaiki hubungan dengan pihak penjajah itu.
Kesultanan Mataram Islam merupakan merupakan Kerajaan Islam di Pulau Jawa yang berkuasa pada abad ke-16 hingga ke-18. Sepanjang berdirinya kerajaan, terdapat tiga sultan yang memiliki masa jabatan terlama.
Berikut tiga Sultan Mataram Islam dengan masa jabatan terlama :
1. Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (H2)
Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma merupakan sultan ke-3 Mataram Islam sekaligus menjadi sultan yang memiliki masa jabatan terlama sepanjang sejarah. Sultan yang satu ini menjabat pada tahun 1613-1645 atau dengan masa jabatan selama 32 tahun.
Selama masa jabatannya tersebut, sultan yang memiliki nama asli Raden Mas Jatmika ini menjadi sultan yang berhasil mempersatukan wilayah Pulau Jawa.
Selain itu selama kedudukan Kolonial Belanda mengusik wilayahnya di Pulau Jawa, sultan yang satu ini tak segan untuk menyerbu dan menyerang penjajah itu. Tercatat dirinya pernah menyerang Belanda dengan mengerahkan 14.000 orang prajurit.
Semasa hidupnya Sultan Agung telah meninggalkan banyak perkembangan budaya. Dirinya dikenal sebagai pendiri kalender Jawa, penulis karya sastra berjudul Serat Sastra Gendhing dan menyempurnakan bahasa di Pulau Jawa.
2. Sunan Tegal Arum (Amangkurat I) (H2)
Sunan Tegal Arum merupakan putra dari Sultan Agung, sehingga dirinya menjadi Sultan Mataram Islam yang keempat. Tidak berbeda jauh dengan sang ayah, sultan yang satu ini juga menjabat dengan waktu yang lama. Dirinya menjabat selama 31 tahun yakni dimulai pada tahun 1646 hingga 1677.
Pada saat menjadi Sultan Mataram Islam, pemilik nama asli Raden Mas Sayidin ini menjalankan sikap pemerintahan yang berbeda dengan ayahnya. Dia mencoba menjalin hubungan baik dengan pihak kolonial Belanda.
Hal itu dilakukannya untuk menjaga keamanan Kerajaan Mataram Islam. Alih-alih menjaga keamanan, Amangkurat I malah terjerat kasus skandal yang mengakibatkan pembunuhan dan penindasan terhadap rakyat beserta keluarganya.
Atas kejadian tersebut sebagian masyarakat benci terhadap keputusan sang raja, sehingga pemberontakan pun tidak terbedungkan. Pemberontakan inilah yang kemudian membuat Amangkurat melarikan diri dan meninggal.
3. Sultan Amral (Amangkurat II) (H2)
Sultan Amral atau Amangkurat II merupakan putra dari Amangkurat I. Dirinya telah menjadi Sultan Mataram Islam dalam kurun waktu yang cukup lama yakni 26 tahun terhitung dari tahun 1677 hingga 1703.
Pemilik nama asli Raden Mas Rahmat ini pada era pemerintahannya tidak jauh berbeda dengan sang ayah. Dirinya dikisahkan sebagai sunan yang berhati lemah dan mudah dipengaruhi oleh VOC.
Baca: Wisata Religi Sumenep yang Wajib Dikunjungi Selama Ramadan.
Sehingga seluruh pemerintahannya pun sebagian besar dibantu oleh VOC termasuk dalam perlawanan balik kepada pasukan pemberontakan Trunajaya. Setelah berhasil menumpas berbagai pemberontakan, Amangkurat II pun hilang rasa hormat dan tidak lagi bergantung pada VOC.
Ditambah lagi dirinya bersekongkol dengan kerajaan jawa yang lainnya seperti Cirebon Johor, Palembang dan juga Inggris untuk memerangi VOC. Sikap tersebut akhirnya diketahui oleh VOC dan Amangkurat II meninggal pada saat berusaha memperbaiki hubungan dengan pihak penjajah itu.
(nag)