Legenda Sembrani, Kuda Bersayap Tunggangan Sultan Agung ke Makkah

Jum'at, 07 April 2023 - 05:05 WIB
loading...
A A A
Suatu hari saat Sultan Agung hendak melaksanakan Salat Jumat di Makkah, melihat salah satu tempat penampungan rumput yang ditutup oleh caping yang memiliki ciri khas Kerajaan Mataram.

Dalam hatinya Sultan Agung memiliki firasat kalau tempat penampungan rumput dan caping itu milik Ki Bodo yang sedang mengambil rumput di salah satu tempat. Sultan Agung kemudian memberi ciri pada caping dan wadah rumput itu.


Sesampainya di Kerajaan Mataram sepulang melaksanakan salat Jum’at di Makkah, Sultan Agung kemudian menuju tempat kandang kuda sembrani sambil melihat tempat wadah rumput dan caping untuk melihat ciri yang dia goreskan waktu di Makkah.

Hasilnya, membenarkan kalau caping dan wadah tempat rumput itu yang sebelumnya telah diberi ciri olehnya, maka dari situ Sultan Agung memiliki keyakinan kalau Ki Bodo merupakan salah satu orang yang memiliki kesaktian ilmu yang sebanding dengannya karena bisa pulang pergi dari kerajaan ke Makkah dalam waktu singkat.

Selanjutnya dikisahkan kuda sembrani tersebut kabur dari kandangnya, padahal seluruh kandang telah diberi palang yang sangat ketat dan rapi sehingga diyakini kuda tersebut tidak mungkin bisa keluar dari kandangnya.

Namun kuda sembrani itu lari dari kandangnya dengan tidak ada satu orang pun yang dapat mengetahuinya entah kemana.

Berdasarkan cerita para orangtua, kuda sembrani yang kabur dari Kerajaan Mataram menuju ke jalur pantai selatan pulau Jawa yaitu Pantai Madasari yang terletak di Dusun Bulakbenda, Desa Masawah, Kecamatan Cimerak.

Hingga kini, Madasari masih menyimpan misteri yang masih menjadi kepercayaan masyarakat setempat. Di tempat tersebut konon digunakan sebagai tempat singgahnya kuda sembrani milik Sultan Agung, yang kabur dari kandangnya di Kerajaan Mataram.

Madasari dulunya merupakan hutan belantara tempat persembunyian waktu jaman penjajahan Belanda, dulu daerah tersebut namanya Madang Nyari. Madang artinya makan dan Nyari artinya enak jadi artinya makan enak.

Namun setelah menjadi perkampungan, salah satu pendatang dari Suku Bugis bernama Daeng Danto merubah nama Madang Nyari menjadi Madasari. Mada artinya makanan dan Sari artinya Rasa, jadi artinya makanan yang memiliki rasa yang enak.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1514 seconds (0.1#10.140)