Kisah Ganasnya Invasi Orang-orang Demak Tewaskan Kakek Jaka Tingkir dan Ayah Sunan Kudus

Rabu, 29 Maret 2023 - 04:58 WIB
loading...
Kisah Ganasnya Invasi...
Invasi orang-orang Demak yang menyerang Kerajaan Majapahit sangat dahsyat hingga menewaskan kakek Jaka Tingkir dan ayah Sunan Kudus. Foto: Ilustrasi/Ist
A A A
Sepeninggal Sunan Ampel (wafat 1481 Masehi), yakni Wali Songo tertua, kesultanan Demak Bintoro kembali menginvasi Kerajaan Majapahit yang belum sepenuhnya ditaklukkan.

Dengan kekuatan penuh, orang-orang Demak menyerang orang-orang Majapahit yang bertahan di wilayah-wilayah pedalaman. Yakni kawasan-kawasan di mana banyak penduduk yang masih memegang kuat keyakinan sekaligus tradisi Hindu- Budha.

Pertempuran sengit meletus di wilayah Tunggarana Wirasaba, perbatasan antara Jombang dan Kediri Jawa Timur. Orang-orang Majapahit melawan sekuat daya. Mereka tidak mau menyerah begitu saja.

Dalam buku Atlas Wali Songo (2016) disebutkan, pasukan Demak yang terdiri dari barisan santri dipimpin oleh Sunan Ngudung atau Pangeran Ngudung, yakni Imam masjid Demak. Sunan Ngudung tak lain ayah Ja’far Shadiq atau Sunan Kudus.



“Di bawah pimpinan Imam masjid Demak, Pangeran Ngudung (Sunan Ngudung) dan pemuka agama yang lain, para santri yang tergabung dalam laskar Suranata bergerak menuju Majapahit”.

Serat Kandhaning Ringgit Purwa Jilid IX Pupuh 413 menggambarkan, pertempuran berlangsung begitu dahsyat. Di tengah gemuruh sorak-sorai, orang-orang Majapahit dan santri Demak saling serang, saling tebas, saling tikam. Intinya mereka saling bunuh.

Pasukan santri Demak yang bertarung dengan ganas sekaligus tak takut mati, berhasil mendesak orang-orang Majapahit hingga bergeser ke belakang.



Di atas kuda, Sunan Ngudung yang berada di posisi terdepan mengenakan Jubah Antakusuma. Konon, jubah yang diperoleh ulama Demak dari langit itu pernah dikenakan Nabi Muhammad SAW. Jubah diyakini membuat pemakainya kebal senjata tajam.

Sementara di pihak Majapahit, pasukan yang terdesak mundur itu dipimpin oleh Adipati Terung atau Raden Kusen, yakni adik Raden Patah, sultan Demak Bintoro.

Di dekat Adipati Terung, berdiri Raja Pengging Andayaningrat serta putra sulungnya Kebo Kanigara.

Andayaningrat adalah kakek Mas Karebet alias Jaka Tingkir yang kelak menjadi Sultan Pajang pertama dan lebih dikenal dengan nama Sultan Hadiwijaya. “Adipati Terung dan Andayaningrat adalah dua orang muslim yang mengabdi kepada Majapahit”.

Melihat pasukan Majapahit terdesak, Andayaningrat yang menunggang kuda jragem tampil ke muka. Ia mengamuk. Dengan sebilah tombak, pasukan Demak diobrak-abriknya.

Melihat keganasan cara bertempur Andayaningrat, banyak orang-orang Demak yang mundur, lari tunggang-langgang.



Sunan Ngudung geram. Di atas punggung kuda putih, serangan tombak Andayaningrat disambutnya dengan sesama tombak. Pertarungan adu tombak tak terelakkan.

Hingga pada satu jurus, tombak Sunan Ngudung berhasil mendarat di dada Andayaningrat. Tubuh Raja Pengging itu terlempar dari kudanya. Dengan satu ayunan pedang, gemuruh sorak-sorai orang-orang Majapahit sontak hening.

Mereka hanya bisa terpaku melihat kepala Andayaningrat terpisah dari badannya. Dengan gelora kemenangan Sunan Ngudung lantas berteriak menantang Adipati Terung untuk maju ke medan laga.

“Kemarilah wahai Pancatandha (Adipati Terung),bertempur melawan aku, kita sesama muslim, aku rela mati olehmu!”.

Adipati Terung pun lantas melemparkan tombaknya ke arah Sunan Ngudung. Ayah Sunan Kudus itu terpelanting jatuh dari kudanya. Sebelum sempurna bangkit, Adipati Terung yang juga meloncat turun dari kuda sudah berdiri dengan pedang di tangannya.

Dengan satu tebasan pedang di bagian leher, nyawa Sunan Ngudung melayang. Melihat pimpinan tertinggi tewas, orang-orang Demak marah. Mereka mengeroyok Adipati Terung, namun justru banyak dari mereka yang terbunuh.



Orang-orang Demak terpaksa mundur dengan membawa serta jenazah Sunan Ngudung untuk dimakamkan di Demak. Posisi senopati perang kemudian digantikan Ja’far Shadiq atau Sunan Kudus.

Sunan Kudus juga sekaligus menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Imam masjid Demak. Serangan Demak terhadap Majapahit kembali dilanjutkan.

Dengan dibekali pusaka Ki Suradadi dari Sunan Giri, badhong (golok) dari Sunan Gunung Jati dan peti pusaka dari Adipati Pelembang Arya Damar, Sunan Kudus berhasil menaklukkan Majapahit.

Selama pertempuran berlangsung, Adipati Terung memilih berada di barisan belakang. Ia menolak berhadapan dengan Sunan Kudus yang merupakan menantunya. Bersama barang-barang rampasan perang, Adipati Terung ikut dibawa ke Demak.

“Barisan santri dikisahkan memperoleh kemenangan besar. Pusaka-pusaka Majapahit diangkut ke Demak setelah selama empat puluh hari ditempatkan di Giri Kedathon”.
(nic)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.1057 seconds (0.1#10.24)