Kisah Makam Pengikut Kerajaan Majapahit di Kompleks Pemakaman Islam Ki Ageng Gribig

Sabtu, 25 Maret 2023 - 12:38 WIB
loading...
Kisah Makam Pengikut Kerajaan Majapahit di Kompleks Pemakaman Islam Ki Ageng Gribig
Makam dengan nisan kuno diduga pengikut Kerajaan Majapahit di kompleks pemakaman Ki Ageng Gribig. Foto/MPI/Avirista Midaada
A A A
KOMPLEKS pemakaman Ki Ageng Gribig di Malang, Jawa Timur menjadi saksi sejumlah tokoh pasca era Kerajaan Mataram Islam dimakamkan. Selain ada Ki Ageng Gribig yang menjadi penyebar agama Islam sekitar masa Sultan Agung sampai Sultan Amangkurat I.

Sejumlah tokoh lain seperti Bupati Malang pertama Raden Tumenggung Notodiningrat I hingga beberapa bupati pertama daerah lain di Jawa Timur, seperti Situbondo, Banyuwangi, hingga Probolinggo juga dimakamkan di kompleks ini.



Namun, ada satu makam misterius yang diduga merupakan salah satu pengikut dari Kerajaan Majapahit. Makam ini memiliki motif surya layaknya simbol Kerajaan Majapahit. Motif ini menyerupai dengan makam yang ada di Pemakaman Troloyo, Trowulan.

Berdasarkan penelusuran, diduga makam ini merupakan salah satu bagian dari pasukan Kerajaan Majapahit yang melarikan diri di sisa-sisa kejayaannya. Konon serangan dari Kerajaan Demak ke Majapahit membuat para pasukan Kerajaan Majapahit melarikan diri hingga ke selatan yakni daerah Malang.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pesarean Ki Ageng Gribig Malang Devi Nur Hadianto menyatakan, makam yang bermotif surya itu menyerupai logo khas dari Kerajaan Majapahit. Saat itu memang penyebaran agama Islam mulai masif terjadi di timur Pulau Jawa khususnya di sekitar Jawa bagian timur.

"Nisan yang bergambar kalau ada yang menyebut surya Majapahit, ada yang menyebutkan kalacakra atau apa pun, intinya lisan tersebut nisan yang si beliau ini hidup pada masa era Raden Patah atau Kesultanan Demak," kata Devi Nur Hadianto.


Selain makam yang identik dengan pengikut Kerjaan Majapahit, beberapa baru nisan diidentifikasikan sebagai dari era abad 17, 18, hingga 19, termasuk batu nisan dari Bupati Malang pertama, dan beberapa bupati pertama lain di wilayah Jawa Timur.

"Jejak meliputi satu bentuk nisan, terus gaya atau model pemakaman, yang ciri khas banget di tahun 1700-an sampai 1800-an," katanya.

Total ada sekitar kurang lebih 150 makam dengan nisan yang berhasil dilacak dan terbaca. Sementara masih ada ratusan nisan yang berbahasa aksara Jawa kuno, bahasa Arab, hingga nisan tanpa tulisan yang belum berhasil dilacak keberadaannya.

Nisan-nisan itu tersebar dari sisi barat ke timur hingga membentang ke arah selatan sesuai konsep tata letak pemakaman islam.

"Kurang lebih (ada sekitar) 300 400 (makam dengan batu nisan) ada, dilihat dari sisi baratnya Ki Ageng Gribig, di depan ada santrinya, sisi belakang penuh nisan dulu, belum sebelah baratnya sampai timur, sesuai dengan tata konsep makam Islam," terangnya.

Dari sejumlah nisan yang teridentifikasi, Bupati Malang pertama Raden Tumenggung Notodiningrat I atau Raden Pandji Welaskorokusumo, kemudian Bupati Malang kedua Raden Adipati Aryo Notodiningrat II atau dengan nama lain Raden Bagus Doro, Bupati Probolinggo, hingga Bupati Banyuwangi.

"Membuktikan di sini adalah jejak Islam. Bupati Malang pertama yang semuanya boleh dikatakan petinggi pada zamannya, semuanya muslim. Semuanya banyak yang diminta dimakamkan dan akhirnya banyak yang dimakamkan di sekitar makam Ki Ageng Gribig ini," paparnya.

Devi menambahkan, konon Bupati Malang pertama berasal dari Pasuruan, yang merupakan putra Bupati Pasuruan Raden Adipati Nitya Diningrat IV. Raden Tumenggung Notodiningrat I sendiri diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda berdasarkan resolusi Gubernur Jenderal 9 Mei 1820 Nomor 8 Staatblad 1819 Nomor 16.

"Bupati Malang pertama diangkat berdasarkan keputusan dari pemerintah kolonial, beliau yang pertama Raden Panji itu adalah putra dari Bupati Pasuruan, yang sering kita sebut Raden Adipati Nitya Diningrat IV," ujarnya.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1895 seconds (0.1#10.140)