4 Masjid Tertua di Sulawesi Utara Saksi Peradaban Islam
loading...
A
A
A
Kanjeng Ratu Sekar Kedaton di buang ke Manado, sekitar tahun 1855. Di Manado, Kanjeng Ratu Sekar Kedaton, dan putranya bersama para pengikutnya menetap di Kampung Pondol. Pada waktu itu Pondol terbagi dua, Pondol Keraton, dan Pondol Raden Mas. Sayangnya peninggalan-peninggalan benda sejarah dari masjid ini sudah tidak ada lagi, karena masjid tersebut pernah hancur terkena bom pada masa perang dunia dua.
Dahulu, masjid ini tak semegah sekarang. Masih berbentuk sederhana berdinding bambu dengan pondasi batu karang dan berlantai papan dengan luas 4 x 4 meter. Bangunan masjid sudah mengalami lima kali renovasi. Sayangnya, bukti sejarah bangunan awal masjid itu sudah tidak ada lagi, karena pada 2016 masjid tersebut dirombak secara total, dan dibangun kembali menjadi seperti bentuknya yang sekarang.
Yang tersisa hanyalah sebuah mimbar. Mimbar yang dihiasi dengan berbagai ukiran dan ornamen melayu ini, dibuat oleh salah satu keturunan Raja Palembang. Sehingga, tak heran mimbar ini memiliki bentuk dan sama persis dengan mimbar di Masjid Agung Palembang.
Letak masjid ini sekitar 1 km sebelum lokasi Makam Kyai Mojo tersebut, dibangun sekitar tahun 1856, di Kampung Jawa Tondano, Kecamatan Tondano Utara, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Bangunan Masjid Agung Al-Falah Kyai Mojo yang dulunya masih berbentuk mushola sederhana, dengan dinding terbuat dari bambu dan beratap rumbia tersebut, kini telah berganti menjadi dinding beton serta telah mengalami beberapa kali pemugaran.
Masjid Agung Al-Falah Kyai Mojo bergaya joglo dengan atap limasan tumpang, menyerupai bentuk bangunan Masjid Agung Demak di Jawa Tengah. Meski telah mengalami beberapa kali pemugaran, namun ada beberapa bagian dalam masjid yang masih asli, seperti empat sokoguru atau tiang penyangga setinggi 18 meter, dinding sebelah barat, mimbar, bedug, dan kentongan, serta masih ada juga barang-barang peninggalan lainnya yang tersimpan di gudang.
2. Masjid Agung Awwal Fathul Mubien
Masjid Agung Awwal Fathul Mubien berdiri sejak tahun 1802. Masjid yang terletak di Kelurahan Kampung Islam, Kecamatan Tuminting, Kota Manado, Sulawesi Utara ini, merupakan saksi sejarah perjalanan ajaran Islam di Indonesia bagian timur.Dahulu, masjid ini tak semegah sekarang. Masih berbentuk sederhana berdinding bambu dengan pondasi batu karang dan berlantai papan dengan luas 4 x 4 meter. Bangunan masjid sudah mengalami lima kali renovasi. Sayangnya, bukti sejarah bangunan awal masjid itu sudah tidak ada lagi, karena pada 2016 masjid tersebut dirombak secara total, dan dibangun kembali menjadi seperti bentuknya yang sekarang.
Yang tersisa hanyalah sebuah mimbar. Mimbar yang dihiasi dengan berbagai ukiran dan ornamen melayu ini, dibuat oleh salah satu keturunan Raja Palembang. Sehingga, tak heran mimbar ini memiliki bentuk dan sama persis dengan mimbar di Masjid Agung Palembang.
3. Masjid Agung Al-Falah Kyai Mojo
Masjid Agung Al-Falah Kyai Mojo merupakan masjid peninggalan Kyai Mojo, dan para pengikutnya yang dibuang oleh Belanda ke Tondano, pada akhir tahun 1829, menjelang berakhirnya Perang Jawa.Letak masjid ini sekitar 1 km sebelum lokasi Makam Kyai Mojo tersebut, dibangun sekitar tahun 1856, di Kampung Jawa Tondano, Kecamatan Tondano Utara, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Bangunan Masjid Agung Al-Falah Kyai Mojo yang dulunya masih berbentuk mushola sederhana, dengan dinding terbuat dari bambu dan beratap rumbia tersebut, kini telah berganti menjadi dinding beton serta telah mengalami beberapa kali pemugaran.
Masjid Agung Al-Falah Kyai Mojo bergaya joglo dengan atap limasan tumpang, menyerupai bentuk bangunan Masjid Agung Demak di Jawa Tengah. Meski telah mengalami beberapa kali pemugaran, namun ada beberapa bagian dalam masjid yang masih asli, seperti empat sokoguru atau tiang penyangga setinggi 18 meter, dinding sebelah barat, mimbar, bedug, dan kentongan, serta masih ada juga barang-barang peninggalan lainnya yang tersimpan di gudang.