Bos 5 Perusahaan ini Ternyata Pernah Jadi Office Boy

Jum'at, 17 Juli 2020 - 18:25 WIB
loading...
Bos 5 Perusahaan ini Ternyata Pernah Jadi Office Boy
Bos 5 Perusahaan ini Ternyata Pernah Jadi Office Boy
A A A
BATAM - Suhendro namanya. Masa kecilnya dihabiskan di Kota Batam . Hampir 11 tahun lamanya dia tinggal di kota tersebut. Selama itu pula dirinya melihat banyak sekali peluang bisnis.

Tak aneh, jika Suhendro telah memulai bekerja dan berbisnis sejak duduk di bangku kelas 2 SMP. Halnitu trrnyata membuat pemilik akun Instagram @suhendrowang jadi terlena akan pendidikan. Diakuinya, saat di kelas 1 SMK, Suhendro pernah tinggal kelas dan setelah itu putus sekolah selama 2 tahun.

Berbagai pekerjaan pun dilakukan, dari mulai menjadi pekerja harian menjual ikan di pasar induk, menjual kue corn flakes, kerja di warnet, office boy, hingga menjadi sekuriti di salah satu tempat edukasi terbesar di Batam. (Baca juga: Bermodal Rp600.000, Penjual Kopi Kemasan Ini Raup Omzet Rp130 Juta)

Dikisahkannya, ketika Suhendro putus sekolah, kedua orang tuanya tidak ingin lagi anaknya tinggal di Kota Batam, karena pada saat itu Suhendro memiliki pergaulan yang buruk, sehingga orang tuanya memaksa untuk pindah ke kota Palembang. Nah, di kota inilah Suhendro kemudian menyelesaikan pendidikan Paket C, lalu melanjutkan kuliah S1, dan S2 di Universitas Negeri Sriwijaya .

Akhirnya dirinya pun berhasil menyandang gelar Suhendro, S.E., M.M. Dirinya juga pernah mengenyam pendidikan S3, namun karena satu dan lain hal, dia lebih memilih untuk tidak melanjutkan perkuliahannya. (Baca juga: 10 Usaha Sampingan Paling Prospektif saat Pandemi Covid-19 )

"Waktu yang diperlukan untuk kuliah S3 sangatlah banyak. Perlu mencari artikel jurnal internasional, membaca, merangkum, membuat kesimpulan, mempresentasikan, dan mengumpulkan kepada para profesor. Karena itu saya putuskan untuk mengundurkan diri. Meski bertahan hanya satu bulan, saya sudah cukup puas bisa berada di jenjang S3," ungkap dia.

Dia bercerita, pada saat studi S2 pun, dia lulus dengan jangka waktu 4,5 tahun, yang pada umumnya lulus pendidikan S2 hanya memerlukan waktu 2 tahun. "Ini juga kendalanya soal waktu. Dikarenakan waktu itu bisnis saya sedang berkembang pesat, sehingga saya jadi tidak fokus untuk menyusun Tesis," kata dia.

Bahkan karena keterlambatannya menyelesaikan S2, dia pernah menerima surat peringatan drop out dari kampus. Beruntung dia bisa segera menyelesaikan kuliahnya.

Saat ini Suhendro menjadi pemimpin bagi 5 perusahaannya yang bergerak di bidang impor. Dengan banyaknya pengalaman hidup, Suhendro ingin belajar untuk menjadi lebih bijak, supaya setiap keputusan yang diambil dalam perusahaan selalu tepat dan tidak merugikan berbagai pihak.

"Sampai saat ini saya masih kerja selama 12 jam setiap hari. Tidak ada waktu santai untuk pengusaha, terlebih di era pandemi seperti sekarang," kata dia.

Begitu besarnya tanggung jawab sebagai seorang pengusaha di masa pandemi, dari bulan Januari-Juli Suhendro memilih untuk tidak melakukan PHK terhadap karyawannya. "Saya berkomitmen untuk bayar penuh gaji karyawan dan THR di saat lebaran," kata dia.

Dia tidak mau menempatkan diri sebagai pengusaha kelas teri. Pada saat untung karyawan dipekerjakan api pada saat rugi, banyak alasan ini dani itu hanya untuk PHK karyawan. "Itu prinsip hidup saya," tegas dia.
(nth)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1159 seconds (0.1#10.140)