Hasil Rapid Test Reaktif, Dua ASN Diminta Swab Test dan Isolasi Mandiri
loading...
A
A
A
BANDUNG BARAT - Dua ASN di lingkungan Setda Kabupaten Bandung Barat (KBB) menunjukkan gejala reaktif saat menjalani rapid test, Kamis (16/7/2020). Keduanya lalu disarankan untuk melakukan test lanjutan dengan swab test untuk memastikan apakah mereka positif atau negatif COVID-19.
"Hasil rapid test ada dua yang reaktif, tapi ini tidak lantas jadi parameter menunjukkan positif COVID-19. Mereka harus jalani swab test untuk lebih memastikan lagi," kata Kasi Penyakit Tidak Menular (PTM), Dinas Kesehatan (Dinkes), KBB, Rahadian Malik saat ditemui di sela pelaksanaan rapid test.
Dijelaskannya, rapid test adalah semacam test awal untuk melihat seseorang reaktif atau tidak. Sementara hasil yang lebih akurat bisa dilihat dari swab test, itu pun minimal dilakulan dua atau tiga kali. Oleh sebab itu dirinya sudah menyarankan kepada dua ASN yang hasil rapid test menunjukkan gejala reaktif untuk swab test di Labkesda.
(Baca juga: Tak Ada Penyekatan, Polda Jabar Siap Amankan Mudik Idul Adha )
Dia pun menyarankan agar keduanya melakukan isolasi mandiri atau tidak beraktivitas dulu, demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Itu sebagai antisipasi sampai nanti benar-benar diketahui pasti kondisinya berdasarkan swab test. Biasanya hasil swab test bisa diketahui dalam jangka waktu satu minggu. Disinggung soal pelaksanaan rapid test kali ini, Rahadian menyebutkan rencananya dilakukan kepada 365 ASN.
"Kami hari ini menyiapkan sebanyak 365 alat rapid test sesuai dengan permintaan, tapi tidak terpakai semua karena sebagian ASN ada yang sedang WFH (Work From Home)," tandasnya.
(Baca juga: Sekolah Pakai Internet untuk PJJ, Telkom Catat Pertumbuhan Indihome 30% )
Asisten Administrasi Umum Setda KBB, Agus Maolana menyebutkan, agenda rapid test ke ASN di lingkungan Pemda KBB sebagai langkah antisipasi penyebaran COVID-19. Agenda hari ini memang untuk di lingkungan Setda, tapi di SKPD juga dilakukan dan sebagian sudah berjalan. Dirinya berharap ASN bisa memanfaatkan kegiatan ini untuk memastikan kondisi kesehatannya.
"Ini sebagai antisipasi, jadi kalau ada yang reaktif kan bisa diambil langkah cepat penanganannya. Virus ini sampai sekarang belum ada vaksinnya, sehingga untuk menghindarinya patuhi protokol kesehatan dari pemerintah dan selalu memakai masker dalam beraktivitas," tuturnya
"Hasil rapid test ada dua yang reaktif, tapi ini tidak lantas jadi parameter menunjukkan positif COVID-19. Mereka harus jalani swab test untuk lebih memastikan lagi," kata Kasi Penyakit Tidak Menular (PTM), Dinas Kesehatan (Dinkes), KBB, Rahadian Malik saat ditemui di sela pelaksanaan rapid test.
Dijelaskannya, rapid test adalah semacam test awal untuk melihat seseorang reaktif atau tidak. Sementara hasil yang lebih akurat bisa dilihat dari swab test, itu pun minimal dilakulan dua atau tiga kali. Oleh sebab itu dirinya sudah menyarankan kepada dua ASN yang hasil rapid test menunjukkan gejala reaktif untuk swab test di Labkesda.
(Baca juga: Tak Ada Penyekatan, Polda Jabar Siap Amankan Mudik Idul Adha )
Dia pun menyarankan agar keduanya melakukan isolasi mandiri atau tidak beraktivitas dulu, demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Itu sebagai antisipasi sampai nanti benar-benar diketahui pasti kondisinya berdasarkan swab test. Biasanya hasil swab test bisa diketahui dalam jangka waktu satu minggu. Disinggung soal pelaksanaan rapid test kali ini, Rahadian menyebutkan rencananya dilakukan kepada 365 ASN.
"Kami hari ini menyiapkan sebanyak 365 alat rapid test sesuai dengan permintaan, tapi tidak terpakai semua karena sebagian ASN ada yang sedang WFH (Work From Home)," tandasnya.
(Baca juga: Sekolah Pakai Internet untuk PJJ, Telkom Catat Pertumbuhan Indihome 30% )
Asisten Administrasi Umum Setda KBB, Agus Maolana menyebutkan, agenda rapid test ke ASN di lingkungan Pemda KBB sebagai langkah antisipasi penyebaran COVID-19. Agenda hari ini memang untuk di lingkungan Setda, tapi di SKPD juga dilakukan dan sebagian sudah berjalan. Dirinya berharap ASN bisa memanfaatkan kegiatan ini untuk memastikan kondisi kesehatannya.
"Ini sebagai antisipasi, jadi kalau ada yang reaktif kan bisa diambil langkah cepat penanganannya. Virus ini sampai sekarang belum ada vaksinnya, sehingga untuk menghindarinya patuhi protokol kesehatan dari pemerintah dan selalu memakai masker dalam beraktivitas," tuturnya
(msd)