Ahli Sebut Kebutuhan Telekomunikasi Semua Daerah di Indonesia Semakin Besar
loading...
A
A
A
Menurut dia, operator telko ke depannya harus menjalankan layanan 5G dan FMC secara bersama-sama, bukan memilih salah satu di antara keduanya. Layanan fixed sendiri lebih menghasilkan revenue dibanding 5G.
Layanan 5G mungkin akan lebih luas ada 2024, namun dengan penggabungan layanan ini operator bisa pasarkan layanan internet, OTT, IoT untuk rumah. "FMC basisnya, supaya operator bisa jualan, offering (layanan) harus komprehensif," lanjut Niko.
Diprerdiksinya, 5G mungkin akan lebih luas ada 2024, namun dengan penggabungan layanan ini operator bisa pasarkan layanan internet, OTT, IoT untuk rumah. "FMC basisnya, supaya operator bisa jualan, offering (layanan) harus komprehensif," lanjut Niko.
Direktur Eksekutif ICT Institute yang juga Anggota Komisi Komunikasi dan Edukasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) RI, Heru Sutadi menjelaskan, pada dasarnya tren telekomunikasi adalah transformasi yang arahnya efisiensi, sehingga operator fokus berikan layanan yang semakin baik ke masyarakat.
Saat ini, penetrasi layanan mobile mulai turun sementara pasar fixed boradband masih berpeluang tumbuh. Pasar rumah tangga Indonesia sekitar 45 juta sementara layanan fixed braodband baru menjangkau 10 juta subscriber sehingga masih bisa bertumbuh hingga 20 juta subscriber dalam beberapa waktu mendatang.
"Apa yang menguntungkan konsumen kami di BNKP akan dukung, tapi ada catatan kalau FMC diimplementasikan, misal apakah kualitasnya akan seperti apa dan jangan sampai ini hanya vendor driven saja bukan didorong dari kebutuhan konsumen," katanya.
Kemudian, penyatuan layanan fixed dan mobile ini jangan sampai doble cost network, yang mana saat ini sejumlah operator kembangkan layanan 5G untuk mobile.
"Pasar global FMC diperkirakan naik cukup besar pada 2023-2028 terutama di Eropa, Asia Pasifik dan Amerika Utara. Banyak negara sekadar satukan fixed dan mobile hanya karena faktor kompetisi, selain itu di banyak negara lain yag pemain telkonya enggak begitu, banyak mereka bermain di sisi diskon (harga)," katanya.
Dengan demikian, cost jadi salah satu tantangan FMC selain penyatuan jaringan. Heru berpendapat, jangan sampai saat konsumen berlangganan layanan FMC ini, jangan harganya jadi lebih mahal. Atau, ada diskon yang jadi faktor kompetisi misal dengan layanan bundling.
"Langkah awal penyatuan agar operator telko dapat dua pendapatan dari mobile dan fixed. Dari sisi konsumen, dari sisi yang fixed tarif yang langganan ini harus beri manfaat, harga lebih mahal ya orang enggak mau," katanya.
Layanan 5G mungkin akan lebih luas ada 2024, namun dengan penggabungan layanan ini operator bisa pasarkan layanan internet, OTT, IoT untuk rumah. "FMC basisnya, supaya operator bisa jualan, offering (layanan) harus komprehensif," lanjut Niko.
Diprerdiksinya, 5G mungkin akan lebih luas ada 2024, namun dengan penggabungan layanan ini operator bisa pasarkan layanan internet, OTT, IoT untuk rumah. "FMC basisnya, supaya operator bisa jualan, offering (layanan) harus komprehensif," lanjut Niko.
Direktur Eksekutif ICT Institute yang juga Anggota Komisi Komunikasi dan Edukasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) RI, Heru Sutadi menjelaskan, pada dasarnya tren telekomunikasi adalah transformasi yang arahnya efisiensi, sehingga operator fokus berikan layanan yang semakin baik ke masyarakat.
Saat ini, penetrasi layanan mobile mulai turun sementara pasar fixed boradband masih berpeluang tumbuh. Pasar rumah tangga Indonesia sekitar 45 juta sementara layanan fixed braodband baru menjangkau 10 juta subscriber sehingga masih bisa bertumbuh hingga 20 juta subscriber dalam beberapa waktu mendatang.
"Apa yang menguntungkan konsumen kami di BNKP akan dukung, tapi ada catatan kalau FMC diimplementasikan, misal apakah kualitasnya akan seperti apa dan jangan sampai ini hanya vendor driven saja bukan didorong dari kebutuhan konsumen," katanya.
Kemudian, penyatuan layanan fixed dan mobile ini jangan sampai doble cost network, yang mana saat ini sejumlah operator kembangkan layanan 5G untuk mobile.
"Pasar global FMC diperkirakan naik cukup besar pada 2023-2028 terutama di Eropa, Asia Pasifik dan Amerika Utara. Banyak negara sekadar satukan fixed dan mobile hanya karena faktor kompetisi, selain itu di banyak negara lain yag pemain telkonya enggak begitu, banyak mereka bermain di sisi diskon (harga)," katanya.
Dengan demikian, cost jadi salah satu tantangan FMC selain penyatuan jaringan. Heru berpendapat, jangan sampai saat konsumen berlangganan layanan FMC ini, jangan harganya jadi lebih mahal. Atau, ada diskon yang jadi faktor kompetisi misal dengan layanan bundling.
"Langkah awal penyatuan agar operator telko dapat dua pendapatan dari mobile dan fixed. Dari sisi konsumen, dari sisi yang fixed tarif yang langganan ini harus beri manfaat, harga lebih mahal ya orang enggak mau," katanya.