Tekan Kerugian Petani, Mahasiswa Bandung Kembangkan Teknologi Penyiraman Berbasis IoT
loading...
A
A
A
BANDUNG - Mahasiswa STMIK AMIK Bandung berhasil mengembangkan teknologi penyiraman tanaman berbasis Internet of Think (IoT) yang dikendalikan jarak jauh lewat gawai. Teknologi ini diaplikasikan ke pertanian secara real dan terbukti mampu menekan potensi kerugian petani.
Mahasiswa STMIK AMIK Bandung Rizal yang mengembangkan teknologi penyiraman tanaman ini mengatakan, apa yang dikerjakannya memang bukan yang pertama di Indonesia. Meski demikian dia menjadikan teknologi itu semakin sempurna untuk dimanfaatkan.
“Saya menambahkan adanya pengukur kelembaban tanah dan suhu areal persawahan, sehingga penggunaan air lebih efisien,” kata Rizal dalam keterangannya, Kamis (5/10/2023).
Selain menjadikan penggunaan air lebih efisien, dipasangnya pengukur kelembaban tanah dan suhu areal persawahan menjadikan teknologi penyiraman tanaman ini mampu menekan potensi kerugian petani.
Pemberian air yang tepat secara waktu dan ukuran kebutuhannya menjadikan tanaman tidak mudah diserang hama atau mati sebelum tumbuh.Teknologi itu, sudah diaplikasikan di kawasan pertanian cabe di Garut, Jawa Barat.
“(Tanaman) cabe itu sangat mudah mati di awal penanaman. Tapi dengan pemberian air yang tepat, baik jumlahnya maupun waktunya, terbukti yang di Garut tidak mudah mati,” ungkapnya.
Dosen Augmented Reality di prodi Teknologi Informasi STMIK AMIK Bandung Ali Suryaperdana Agus menambahkan, teknologi yang dikembangkan mahasiswanya bisa diaplikasikan secara lebih luas dengan dukungan Pemerintah.
Meski demikian masih diperlukan edukasi lebih dalam ke kalangan petani karena kondisi gagap teknologi yang ada di sebagian besar petani di Indonesia.
Mahasiswa STMIK AMIK Bandung Rizal yang mengembangkan teknologi penyiraman tanaman ini mengatakan, apa yang dikerjakannya memang bukan yang pertama di Indonesia. Meski demikian dia menjadikan teknologi itu semakin sempurna untuk dimanfaatkan.
“Saya menambahkan adanya pengukur kelembaban tanah dan suhu areal persawahan, sehingga penggunaan air lebih efisien,” kata Rizal dalam keterangannya, Kamis (5/10/2023).
Selain menjadikan penggunaan air lebih efisien, dipasangnya pengukur kelembaban tanah dan suhu areal persawahan menjadikan teknologi penyiraman tanaman ini mampu menekan potensi kerugian petani.
Pemberian air yang tepat secara waktu dan ukuran kebutuhannya menjadikan tanaman tidak mudah diserang hama atau mati sebelum tumbuh.Teknologi itu, sudah diaplikasikan di kawasan pertanian cabe di Garut, Jawa Barat.
“(Tanaman) cabe itu sangat mudah mati di awal penanaman. Tapi dengan pemberian air yang tepat, baik jumlahnya maupun waktunya, terbukti yang di Garut tidak mudah mati,” ungkapnya.
Dosen Augmented Reality di prodi Teknologi Informasi STMIK AMIK Bandung Ali Suryaperdana Agus menambahkan, teknologi yang dikembangkan mahasiswanya bisa diaplikasikan secara lebih luas dengan dukungan Pemerintah.
Meski demikian masih diperlukan edukasi lebih dalam ke kalangan petani karena kondisi gagap teknologi yang ada di sebagian besar petani di Indonesia.