Kisah Dusun Sodom Gomorah di Banjarnegara yang Lenyap Misterius dalam Semalam
loading...
A
A
A
PADA zaman Nabi Luth , Allah SWT menunjukkan amarah dan laknat-Nya dengan menghancurkan dan melenyapkan dua kota di zaman itu. Kedua kota tersebut hancur karena penduduknya kerap melakukan hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT seperti mabuk-mabukan, berzina, dan berjudi.
Dua kota itu dikenal Sodom dan Gomoroh. Dalam bahasa Ibrani, Sodom berarti terbakar sementara Gomorah adalah terkubur. Memang itu yang terjadi pada kota itu, terbakar dan terkubur.
Peristiwa itu hampir mirip dengan yang menimpa Dusun Legetang di Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara , Jawa Tengah (Jateng). Dusun itu mendadak hilang akibat bencana tanah longsor yang tiba-tiba melenyapkan kampung beserta isinya.
Kisah tragis hilangnya Dusun Lagetang diceritakan masyarakat di sekitar secara turun-temurun dari kakek-nenek maupun orangtuanya. Kisah nyata mengenai kota atau daerah yang hancur akibat penduduknya kerap berbuat maksiat terdapat di Kabupaten Banjarnegara.
Diceritakan, Dusun Lagetang tersebut hilang akibat tertimbun longsor secara tiba-tiba yang terjadi pada 16 April 1955 silam. Cerita tersebut sampai sekarang masih terdengar di masyarakat sekitar. Bahkan, untuk mencari bekas Dusun Legetang yang hilang dalam waktu semalam sangat mudah.
Jika Anda dari Wonosobo, perjalanan menuju Dieng berbatasan Wonosobo dengan Banjarnegara hanya ditempuh dalam waktu satu jam, kalau menggunakan sepeda motor dan tidak terjebak kemacetan. Untuk menuju ke Dusun Legetang yang hilang pada 1955 tersebut, bisa bertanya dengan tukang ojek yang mangkal di kawasan Dieng, Wonosobo. Mereka mengetahui rute menuju Dusun Legetang, Desa Pekasiran, Kecamatan Batur itu.
Berdasarkan cerita masyarakat sekitar, setiap malam warga dusun tersebut mengadakan tarian erotis yang dibawakan para penari perempuan sehingga berujung kepada perzinahan. Sehingga pada suatu malam turun hujan yang lebat dan masyarakat Legetang sedang tenggelam dalam kemaksiatan. Namun saat tengah malam hujan reda lalu tiba-tiba terdengar suara seperti suara benda yang teramat berat berjatuhan.
Pagi harinya masyarakat di sekitar dukuh atau Dusun Legetang yang penasaran dengan suara yang amat keras itu menyaksikan bahwa Gunung Pengamun-amun sudah terbelah dan belahannya itu menimbun Dusun Legetang. Dusun Legetang yang tadinya berupa lembah itu bukan hanya rata dengan tanah, tetapi menjadi sebuah gundukan tanah baru menyerupai bukit. Seluruh penduduknya tewas.
Dua kota itu dikenal Sodom dan Gomoroh. Dalam bahasa Ibrani, Sodom berarti terbakar sementara Gomorah adalah terkubur. Memang itu yang terjadi pada kota itu, terbakar dan terkubur.
Peristiwa itu hampir mirip dengan yang menimpa Dusun Legetang di Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara , Jawa Tengah (Jateng). Dusun itu mendadak hilang akibat bencana tanah longsor yang tiba-tiba melenyapkan kampung beserta isinya.
Kisah tragis hilangnya Dusun Lagetang diceritakan masyarakat di sekitar secara turun-temurun dari kakek-nenek maupun orangtuanya. Kisah nyata mengenai kota atau daerah yang hancur akibat penduduknya kerap berbuat maksiat terdapat di Kabupaten Banjarnegara.
Baca Juga
Diceritakan, Dusun Lagetang tersebut hilang akibat tertimbun longsor secara tiba-tiba yang terjadi pada 16 April 1955 silam. Cerita tersebut sampai sekarang masih terdengar di masyarakat sekitar. Bahkan, untuk mencari bekas Dusun Legetang yang hilang dalam waktu semalam sangat mudah.
Jika Anda dari Wonosobo, perjalanan menuju Dieng berbatasan Wonosobo dengan Banjarnegara hanya ditempuh dalam waktu satu jam, kalau menggunakan sepeda motor dan tidak terjebak kemacetan. Untuk menuju ke Dusun Legetang yang hilang pada 1955 tersebut, bisa bertanya dengan tukang ojek yang mangkal di kawasan Dieng, Wonosobo. Mereka mengetahui rute menuju Dusun Legetang, Desa Pekasiran, Kecamatan Batur itu.
Berdasarkan cerita masyarakat sekitar, setiap malam warga dusun tersebut mengadakan tarian erotis yang dibawakan para penari perempuan sehingga berujung kepada perzinahan. Sehingga pada suatu malam turun hujan yang lebat dan masyarakat Legetang sedang tenggelam dalam kemaksiatan. Namun saat tengah malam hujan reda lalu tiba-tiba terdengar suara seperti suara benda yang teramat berat berjatuhan.
Pagi harinya masyarakat di sekitar dukuh atau Dusun Legetang yang penasaran dengan suara yang amat keras itu menyaksikan bahwa Gunung Pengamun-amun sudah terbelah dan belahannya itu menimbun Dusun Legetang. Dusun Legetang yang tadinya berupa lembah itu bukan hanya rata dengan tanah, tetapi menjadi sebuah gundukan tanah baru menyerupai bukit. Seluruh penduduknya tewas.