Karomah Pusaka Sakti Wali Songo, Bikin Pasukan Girindrawardhana Kocar-kacir

Sabtu, 28 Januari 2023 - 08:26 WIB
loading...
Karomah Pusaka Sakti Wali Songo, Bikin Pasukan Girindrawardhana Kocar-kacir
Masjid Agung Demak dibangun dengan gaya khas Majapahit, yang membawa corak kebudayaan Bali. Gaya ini berpadu harmonis dengan langgam rumah tradisional Jawa Tengah. Foto/kemendikbud.go.id
A A A
Kerajaan Majapahit di bawah kekuasaan Prabu Brawijaya V, akhirnya takhluk dari pasukan Kerajaan Kediri, yang dipimpin Prabu Girindrawardhana. Penakhlukkan Majapahit oleh Kediri tersebut, membuat darah Adipati Demak, Raden Patah mendidih.



Dilansir dari kemendikbud.go.id, Raden Patah merupakan buah cinta Prabu Brawijaya V, dengan Siu Ban Ci, putri Syekh Bentong atau Tan Go Hwat seorang saudagar dari China. Raden Patah diangkat sebagai Sultan Demak Bintara, oleh Wali Songo pada tahun 1478 M, bertepatan pada waktu Majapahit jatuh di tangan Prabu Girindrawardhana.



Sebagai putra Prabu Brawijaya V atau Bhre Kertabhumi, Raden Patah yang telah mendirikan Kesultanan Demak Bintara, dan diangkat menjadi sultan, tak bisa menerima kerajaan Majapahit, jatuh ke tangan Prabu Girindrawardhana. Hal inilah yang diduga menjadi salah satu pemicu, dia menyerang Majapahit.



Upaya penakhlukkan Kerajaan Majapahit, yang telah dikuasai Prabu Girindrawardhana tersebut, dilakukan Raden Patah dengan bantuan Wali Songo. Bahkan, kesaktian para penyebar Islam di tanah Jawa tersebut, membuat pasukan Majapahit kocar-kacir.

Wali Songo acap kali menggunakan pusaka sakti, untuk membantu pasukan Raden Patah dalam menghadapi berbagai pertempuran. Setiap Wali Songo memiliki karomah yang berbeda-beda, namun dengan tujuan dan penggunaan sama.

Suatu ketika Sunan Giri, dan Sunan Gunung Jati Cirebon, menggunakan kesaktiannya untuk menaklukkan Majapahit. Saat itu Wali Songo tengah berupaya mengislamkan berbagai bupati dan pemimpin di beberapa wilayah di Pulau Jawa.



Dikutip dari buku "Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara" tulisan Slamet Muljana, seluruh Wali atau Sunan mengirimkan putranya ke medan perang.

Tetapi dari sekian Wali Songo, Sunan Kudus yang ikut berperang bersama pasukan Demak, yang dipimpin Raden Iman. Sunan Giri menyerahkan keris makripat kepada Raden Iman, sedangkan Sunan Gunung Jati Cirebon memberikan badong.

Kedua benda ini diyakini memiliki kesaktian yang luar biasa, hingga membuat para musuhnya kalang kabut. Keris makripat dipercaya jika dihunus akan menimbulkan angin ribut, hujan badai. Sedangkan badong milik Sunan Gunung Jati, dipercaya dapat mengerahkan para tikus.



Raden Iman bergerak dengan 1.000 pasukan, namun di mata musuh tampaknya jumlah pasukan mencapai 10.000 pasukan. Tikus-tikus yang keluar dari badong milik Sunan Gunung Jati, menghabiskan perbekalan makanan tentara Majapahit.

Angin ribut dan hujan badai menimbulkan banyak kerusakan, sedangkan kumbang bergerak menakuti-nakuti lawannya. Tentara Majapahit akhirnya berhasil dipukul mundur. Hanya pondok Adipati Terung yang luput dari kerusakan, karena adipati telah memeluk agama Islam.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6227 seconds (0.1#10.140)