Ratusan Rumah di Pesisir Jeneponto Terancam Abrasi, Perlu Dibangun Tanggul Pemecah Ombak
Senin, 16 Januari 2023 - 16:36 WIB
MAKASSAR - Ratusan rumah warga yang berada di pesisir pantai , tepatnya di Dusun Kalumpang Barat dan Dusun Bungung-bungung, Desa Bontosunggu, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, terancam abrasi. Untuk mencegah abrasi, perlu dibangun tanggul pemecah ombak .
Kepala Desa Bontosunggu Kamiluddin menyebutkan, abrasi ini sudah terjadi sejak puluhan tahun. Hingga sekarang, tanggul pemecah ombak yang diharapkan waarga bisa menyelamatkan rumah warga belum dibuat pemerintah. Baca juga: Tim SAR Gunakan Jetsky dan Drone Cari Dua Korban Hilang di Pantai Slili
"Biasanya gelombang tinggi di sini, ini baru-baru terjadi setelah tahun baru ini sekitar 5 meter itu mencapai aspal," kata Kamiluddin, Senin (16/1/2023).
Ia menjelaskan abrasi sudah mengikis tanah permukiman warga sejauh 10 meter dari permukaan laut. Bahkan, permukiman warga nyaris hilang akibat terkikis abrasi. Terlihat permukiman warga yang berjejer di bibir pantai terancam rusak. Air laut sudah hampir mendekat ke rumah warga.
Guna memperkecil dampak abrasi tersebut, lanjut dia, warga mengambil karung yang diisi dengan pasir kemudian disusun di belakang rumah sebagai tanggul pemecah ombak. Ada pula beberapa rumah warga yang diikat menggunakan tali sebagai alat penahan.
Kamiluddin mengatakan sebagai pemerintah desa, dirinya tidak bisa berbuat banyak terkait kondisi ini. Sebab, pihaknya tak bisa membangun tanggul pemecah ombak menggunakan dana desa sebab anggarannya terbatas.
"Untuk sementara ini saya sebagai pemerintah desa tidak bisa menganggarkan dari dana desa karena dana desa terbatas, apalagi ini ada penurunan anggaran," katanya. Baca Juga: 3 Hari Hilang Terseret Ombak Pantai Cianter, Dahlan Ditemukan Tewas
Ia khawatir, apabila abrasi ini terus mengikis tanah permukiman warga, maka akan berdampak fatal. "Kalau tidak secepatnya ditangani, kemungkinan rumah warga hanyut kena abrasi," ujarnya.
Kepala Desa Bontosunggu Kamiluddin menyebutkan, abrasi ini sudah terjadi sejak puluhan tahun. Hingga sekarang, tanggul pemecah ombak yang diharapkan waarga bisa menyelamatkan rumah warga belum dibuat pemerintah. Baca juga: Tim SAR Gunakan Jetsky dan Drone Cari Dua Korban Hilang di Pantai Slili
"Biasanya gelombang tinggi di sini, ini baru-baru terjadi setelah tahun baru ini sekitar 5 meter itu mencapai aspal," kata Kamiluddin, Senin (16/1/2023).
Ia menjelaskan abrasi sudah mengikis tanah permukiman warga sejauh 10 meter dari permukaan laut. Bahkan, permukiman warga nyaris hilang akibat terkikis abrasi. Terlihat permukiman warga yang berjejer di bibir pantai terancam rusak. Air laut sudah hampir mendekat ke rumah warga.
Guna memperkecil dampak abrasi tersebut, lanjut dia, warga mengambil karung yang diisi dengan pasir kemudian disusun di belakang rumah sebagai tanggul pemecah ombak. Ada pula beberapa rumah warga yang diikat menggunakan tali sebagai alat penahan.
Kamiluddin mengatakan sebagai pemerintah desa, dirinya tidak bisa berbuat banyak terkait kondisi ini. Sebab, pihaknya tak bisa membangun tanggul pemecah ombak menggunakan dana desa sebab anggarannya terbatas.
"Untuk sementara ini saya sebagai pemerintah desa tidak bisa menganggarkan dari dana desa karena dana desa terbatas, apalagi ini ada penurunan anggaran," katanya. Baca Juga: 3 Hari Hilang Terseret Ombak Pantai Cianter, Dahlan Ditemukan Tewas
Ia khawatir, apabila abrasi ini terus mengikis tanah permukiman warga, maka akan berdampak fatal. "Kalau tidak secepatnya ditangani, kemungkinan rumah warga hanyut kena abrasi," ujarnya.
(don)
tulis komentar anda