Ecoton Susur Sungai Surabaya, Tolak Pemakaian Plastik Sekali Pakai
Jum'at, 10 Juli 2020 - 08:56 WIB
SURABAYA - Aktivis lingkungan dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) terus mengingatkan masyarakat tentang bahaya pemakaian plastik sekali pakai. Mereka berkampanye dengan melakukan aksi susur sungai di Surabaya , Jawa Timur, Kamis (09/7/2020).
Dalam aksinya, para pegiat lingkungan ini membentangkan sejumlah poster betuliskan 'Kurangi sampah plastik sekali pakai biang polusi mikroplastik kali Soroboyo', 'Stop ngopi sachetan, daur ulang sachet ruwet', '72 persen iwak kali Suroboyo nguntal plastik dan stop pakai tas kresek, botol plastik, styrofoam'.
Koordinator Zero Waste Ecoton, Tonis Afrianto mengatakan aksi tersebut dilakukan lantaran pihaknya menemukan banyak sampah plastik terapung di Kalimas. Seperti di wilayah Keputran sampai dengan Kayun, masih ditemukan jenis sampah yang didominasi tas kresek warna-warni, botol air minum dalam kemasan dan sachet.
"Kami berkampanye mengajak masyarakat surabaya untuk tolak pemakaian plastik sekali pakai. Seperti tas kresek, sedotan, styrofoam, sachet, botol air minum dalam kemasan dan popok bayi," katanya.
Afrianto mengungkapkan, penelitian Ecoton menemukan peningkatan kandungan klorin di Sungai Kalimas Surabaya selama pandemi COVID-19. Klorin di jembatan keputran surabaya pada Kamis (09/7) tergolong meningkat hingga 0,42 ppm. Padahal di jembatan petekan hanya 0,24 ppm.
"Sesuai Peraturan pemerintah 82/2001 tentang Pengendalian Pencemaran dan Pengelolaan Kualitas Air, standarnya 0,03 ppm," ungkapnya.
Kampanye tidak berhenti disitu saja, Ecoton juga membuat sebuah petisi untuk membebaskan sungai dari ancaman mikroplastik. "Dukung petisi kami di change.org/BrantasBebasMikroplastik untuk wujudkan Sungai Brantas bebas mikroplastik," tegasnya.
Ia melanjutkan, sampah plastik yang dibuang ke sungai seperti tas kresek, sachet personal care dan sachet makanan, botol plastik, Styrofoam dan bungkus plastik lainnya akan terdegradasi menjadi remah-remah atau serpihan plastik kecil berukuran 0,1 hingga 5 mm yang disebut mikroplastik.
Teknik Lingkungan ITS, fakultas sains dan teknologi Unair dan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah sepanjang 2019-2020 meneliti distribusi mikroplastik di Kali Surabaya. Hasilnya, ketiga penelitian ini menyimpulkan Kali Surabaya telah terkontaminasi mikroplastik.
Padahal Kali Surabaya yang terbentang mulai dari Pintu air Mlirip Mojokerto hingga Jagir Surabaya, dimana melewati 4 Kabupaten/Kota yakni Mojokerto, Gresik, Sidoarjo dan Surabaya ini fungsi utamanya sebagai bahan baku air PDAM di Kota Surabaya, Gresik dan Sidoarjo.
"Masuknya mikroplastik dalam tubuh manusia akan berpotensi mengganggu sistem hormonal dan imun manusia," tandasnya.(Baca juga : Musisi SEC Tumpahkan Kerinduan Manggung di Kantor Pos Kebon Rojo )
Dalam aksinya, para pegiat lingkungan ini membentangkan sejumlah poster betuliskan 'Kurangi sampah plastik sekali pakai biang polusi mikroplastik kali Soroboyo', 'Stop ngopi sachetan, daur ulang sachet ruwet', '72 persen iwak kali Suroboyo nguntal plastik dan stop pakai tas kresek, botol plastik, styrofoam'.
Koordinator Zero Waste Ecoton, Tonis Afrianto mengatakan aksi tersebut dilakukan lantaran pihaknya menemukan banyak sampah plastik terapung di Kalimas. Seperti di wilayah Keputran sampai dengan Kayun, masih ditemukan jenis sampah yang didominasi tas kresek warna-warni, botol air minum dalam kemasan dan sachet.
"Kami berkampanye mengajak masyarakat surabaya untuk tolak pemakaian plastik sekali pakai. Seperti tas kresek, sedotan, styrofoam, sachet, botol air minum dalam kemasan dan popok bayi," katanya.
Afrianto mengungkapkan, penelitian Ecoton menemukan peningkatan kandungan klorin di Sungai Kalimas Surabaya selama pandemi COVID-19. Klorin di jembatan keputran surabaya pada Kamis (09/7) tergolong meningkat hingga 0,42 ppm. Padahal di jembatan petekan hanya 0,24 ppm.
"Sesuai Peraturan pemerintah 82/2001 tentang Pengendalian Pencemaran dan Pengelolaan Kualitas Air, standarnya 0,03 ppm," ungkapnya.
Kampanye tidak berhenti disitu saja, Ecoton juga membuat sebuah petisi untuk membebaskan sungai dari ancaman mikroplastik. "Dukung petisi kami di change.org/BrantasBebasMikroplastik untuk wujudkan Sungai Brantas bebas mikroplastik," tegasnya.
Ia melanjutkan, sampah plastik yang dibuang ke sungai seperti tas kresek, sachet personal care dan sachet makanan, botol plastik, Styrofoam dan bungkus plastik lainnya akan terdegradasi menjadi remah-remah atau serpihan plastik kecil berukuran 0,1 hingga 5 mm yang disebut mikroplastik.
Teknik Lingkungan ITS, fakultas sains dan teknologi Unair dan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah sepanjang 2019-2020 meneliti distribusi mikroplastik di Kali Surabaya. Hasilnya, ketiga penelitian ini menyimpulkan Kali Surabaya telah terkontaminasi mikroplastik.
Padahal Kali Surabaya yang terbentang mulai dari Pintu air Mlirip Mojokerto hingga Jagir Surabaya, dimana melewati 4 Kabupaten/Kota yakni Mojokerto, Gresik, Sidoarjo dan Surabaya ini fungsi utamanya sebagai bahan baku air PDAM di Kota Surabaya, Gresik dan Sidoarjo.
"Masuknya mikroplastik dalam tubuh manusia akan berpotensi mengganggu sistem hormonal dan imun manusia," tandasnya.(Baca juga : Musisi SEC Tumpahkan Kerinduan Manggung di Kantor Pos Kebon Rojo )
(nun)
tulis komentar anda