Persakmi Apresiasi Kerja Risma Kampanye Protokol Cegah COVID-19
Rabu, 08 Juli 2020 - 10:42 WIB
SURABAYA - Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) dan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) mengapresiasi langkah Pemkot Surabaya.
Pemkot gencar melakukan kampanye protokol cegah COVID-19 secara lebih intensif, utamanya di pasar tradisional dan tempat makan. Langkah ini tentunya patut diapresiasi, karena adalah bagian penting dari penanganan dan pengendalian COVID-19.
"Pemkot Surabaya semakin gencar melakukan kampanye protokol pencegahan COVID-19. Bahkan, langkah tersebut langsung dipimpin bu Risma (Tri Rismaharini). Operasi gabungan rutin tiap hari digelar menyasar berbagai tempat, terutama yang menjadi sasaran berkumpulnya warga," kata Pengurus Pusat Persakmi, Estiningtyas Nugraheni, SKM. MARS, Rabu (8/7/2020)
Esti menambahkan, protokol pencegahan juga sangat berperan untuk mengendalikan jumlah kontak terhadap virus. Pengendalian terhadap jumlah kontak dapat dilakukan dengan beberapa upaya. Salah satu upaya terpenting adalah kepatuhan dan kedisiplinan dalam menjalani protokol COVID-19.
(Baca juga: Risma Kembali Blusukan Naik Motor dan Obok-obok Kawasan Tandes )
"Protokol COVID-19 yang direkomendasikan WHO dan Gugus Tugas adalah pemakaian masker dengan benar, rajin cuci tangan pakai sabun dan menjaga jarak minimal 1,5 – 2 meter. Sehingga kampanye protokol cegah covid yang dilakukan Pemkot Surabaya tentu menjadi bagian penting dalam mengendalikan jumlah kontak virus," paparnya.
Ketua IKA FKM Universitas Airlangga ini menambahkan, dalam penanganan dan pengendalian COVID-19, dikenal dengan Rt (bilangan reproduksi). Penanganan COVID-19 dianggap berhasil jika bilangan reproduksi kurang dari 1. Prinsip bagaimana agar bilangan reproduksi menjadi di bawah angka 1, adalah dengan mengendalikan 3 aspek penting yaitu laju infeksi, periode infeksi, dan jumlah kontak terhadap virus.
Laju infeksi lebih pada karakteristik virus, yang sulit dimanipulasi. Sementara periode infeksi dapat dikendalikan dengan prinsip dasar 3T dan I, yaitu testing yang agresif, pelaksanaan tracing yang masif, perawatan yang adekuat (treatment) dan isolasi.
(Baca juga: Cerita Dibalik 2 Warga Blitar Tewas Setelah Pesta Miras )
"Semakin Pemkot Surabaya dapat melakukan 3T dan I, maka dapat mengendalikan periode infeksi dengan baik. Perawatan yang adekuat salah satunya adalah pentingnya perhatian Pemkot Surabaya terhadap tenaga kesehatan, antara lain ketersediaan alat pelindung diri (APD), kecukupan tenaga dan ketersediaan sarana," terangnya.
Pemkot gencar melakukan kampanye protokol cegah COVID-19 secara lebih intensif, utamanya di pasar tradisional dan tempat makan. Langkah ini tentunya patut diapresiasi, karena adalah bagian penting dari penanganan dan pengendalian COVID-19.
"Pemkot Surabaya semakin gencar melakukan kampanye protokol pencegahan COVID-19. Bahkan, langkah tersebut langsung dipimpin bu Risma (Tri Rismaharini). Operasi gabungan rutin tiap hari digelar menyasar berbagai tempat, terutama yang menjadi sasaran berkumpulnya warga," kata Pengurus Pusat Persakmi, Estiningtyas Nugraheni, SKM. MARS, Rabu (8/7/2020)
Esti menambahkan, protokol pencegahan juga sangat berperan untuk mengendalikan jumlah kontak terhadap virus. Pengendalian terhadap jumlah kontak dapat dilakukan dengan beberapa upaya. Salah satu upaya terpenting adalah kepatuhan dan kedisiplinan dalam menjalani protokol COVID-19.
(Baca juga: Risma Kembali Blusukan Naik Motor dan Obok-obok Kawasan Tandes )
"Protokol COVID-19 yang direkomendasikan WHO dan Gugus Tugas adalah pemakaian masker dengan benar, rajin cuci tangan pakai sabun dan menjaga jarak minimal 1,5 – 2 meter. Sehingga kampanye protokol cegah covid yang dilakukan Pemkot Surabaya tentu menjadi bagian penting dalam mengendalikan jumlah kontak virus," paparnya.
Ketua IKA FKM Universitas Airlangga ini menambahkan, dalam penanganan dan pengendalian COVID-19, dikenal dengan Rt (bilangan reproduksi). Penanganan COVID-19 dianggap berhasil jika bilangan reproduksi kurang dari 1. Prinsip bagaimana agar bilangan reproduksi menjadi di bawah angka 1, adalah dengan mengendalikan 3 aspek penting yaitu laju infeksi, periode infeksi, dan jumlah kontak terhadap virus.
Laju infeksi lebih pada karakteristik virus, yang sulit dimanipulasi. Sementara periode infeksi dapat dikendalikan dengan prinsip dasar 3T dan I, yaitu testing yang agresif, pelaksanaan tracing yang masif, perawatan yang adekuat (treatment) dan isolasi.
(Baca juga: Cerita Dibalik 2 Warga Blitar Tewas Setelah Pesta Miras )
"Semakin Pemkot Surabaya dapat melakukan 3T dan I, maka dapat mengendalikan periode infeksi dengan baik. Perawatan yang adekuat salah satunya adalah pentingnya perhatian Pemkot Surabaya terhadap tenaga kesehatan, antara lain ketersediaan alat pelindung diri (APD), kecukupan tenaga dan ketersediaan sarana," terangnya.
(msd)
tulis komentar anda