Ini Tiga Tahapan Strategi Pemprov Jabar Lawan COVID-19
Senin, 27 April 2020 - 18:34 WIB
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, untuk melawan persebaran virus Corona atau COVID-19, Pemprov Jabar menjalani tiga tahapan. Pertama, tahap pencegahan. Menurut Ridwan Kamil di tengah keterbatasan anggaran dan teknologi, pihaknya menjadikan kreativitas dan inovasi sebagai kunci pencegahan COVID-19.
"Ada juga social distancing dan PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Saat ini, PSBB ada di Bodebek (Bogor-Depok-Bekasi) dan Bandung Raya, dengan 10 kota/kabupaten terlibat. Dari data, kami menemukan bahwa pandemi ini mayoritas terjadi di area metropolitan, bukan di daerah kecil. Jadi semakin padat penduduknya, semakin tinggi (kasus) COVID-19," paparnya, Senin (27/4/2020).
Tahap kedua, yakni melakukan tracking, tracing, dan testing, dengan merujuk pola yang dilakukan Pemerintah Korea Selatan yang jumlah penduduknya hampir sama dengan Jabar, yakni sekitar 50 juta jiwa. (Baca juga; Sukses Tangani Corona, Korsel Gelar Kembali K League 8 Mei 2020 )
"Dibanding provinsi lain, kami paling banyak melakukan tes. Saat ini hampir 110.000 (tes), mayoritas RDT, dengan beberapa di antaranya dengan PCR. Jadi semakin banyak tes, semakin banyak kami mendapat peta persebaran. Dari tes masif ini, kami pun menemukan lima klaster. Dua klaster dari Bogor, satu dari Karawang, satu dari Bandung, dan satu dari Sukabumi," terang Kang Emil.
Ketiga adalah treatment. Kang Emil mengatakan, Pemprov Jabar sudah memiliki skenario mulai dari bagaimana jika pasien positif COVID-19 mencapai 100 orang atau 1.000 orang, bahkan skenario 10.000 orang. "Saat ini (jumlah pasien) masih dalam posisi terkontrol," katanya.
Country Director of UNDP in Indonesia Christophe Bahuet mengakui bahwa Provinsi Jabar merupakan salah satu daerah yang paling terdampak COVID-19. Pihaknya pun melihat banyak respons baik yang dilakukan Jabar di bawah kepemimpinan Kang Emil.
"Kami sudah melihat bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat merespons dan bertindak (dalam pandemi) dan kami menemukan banyak aksi (kebijakan) menarik," katanya. (Baca juga; Ridwan Kamil Akui Belum Temukan Solusi Tepat Atasi COVID-19 )
"Pekerjaan kalian (Jabar), misalnya aplikasi Pikobar ini sangat futuristik, menunjukkan bagaimana pemerintah daerah bekerja di masa depan. Setelah COVID-19 berakhir, ini akan menjadi cara pemerintah daerah bekerja secara digital dan cara bekerja kalian akan menjadi pemimpin dalam inovasi," tuturnya.
Chris pun menegaskan bahwa UNDP Indonesia bekerja sama dengan pemerintah pusat terus mendukung warga Indonesia dalam melawan COVID-19. Setelah mengamati dampak kesehatan dan sosial-ekonomi, UNDP pun memberikan masukan dan rekomendasi kepada pemerintah daerah.
"Mendengar (paparan) langsung dari Anda (Ridwan Kamil) sungguh luar biasa. Seperti yang Anda sebut, kita masih mencoba menemukan solusi yang tepat, itu sebabnya setiap hari kita semua masih belajar," tandasnya.
"Ada juga social distancing dan PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Saat ini, PSBB ada di Bodebek (Bogor-Depok-Bekasi) dan Bandung Raya, dengan 10 kota/kabupaten terlibat. Dari data, kami menemukan bahwa pandemi ini mayoritas terjadi di area metropolitan, bukan di daerah kecil. Jadi semakin padat penduduknya, semakin tinggi (kasus) COVID-19," paparnya, Senin (27/4/2020).
Tahap kedua, yakni melakukan tracking, tracing, dan testing, dengan merujuk pola yang dilakukan Pemerintah Korea Selatan yang jumlah penduduknya hampir sama dengan Jabar, yakni sekitar 50 juta jiwa. (Baca juga; Sukses Tangani Corona, Korsel Gelar Kembali K League 8 Mei 2020 )
"Dibanding provinsi lain, kami paling banyak melakukan tes. Saat ini hampir 110.000 (tes), mayoritas RDT, dengan beberapa di antaranya dengan PCR. Jadi semakin banyak tes, semakin banyak kami mendapat peta persebaran. Dari tes masif ini, kami pun menemukan lima klaster. Dua klaster dari Bogor, satu dari Karawang, satu dari Bandung, dan satu dari Sukabumi," terang Kang Emil.
Ketiga adalah treatment. Kang Emil mengatakan, Pemprov Jabar sudah memiliki skenario mulai dari bagaimana jika pasien positif COVID-19 mencapai 100 orang atau 1.000 orang, bahkan skenario 10.000 orang. "Saat ini (jumlah pasien) masih dalam posisi terkontrol," katanya.
Country Director of UNDP in Indonesia Christophe Bahuet mengakui bahwa Provinsi Jabar merupakan salah satu daerah yang paling terdampak COVID-19. Pihaknya pun melihat banyak respons baik yang dilakukan Jabar di bawah kepemimpinan Kang Emil.
"Kami sudah melihat bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat merespons dan bertindak (dalam pandemi) dan kami menemukan banyak aksi (kebijakan) menarik," katanya. (Baca juga; Ridwan Kamil Akui Belum Temukan Solusi Tepat Atasi COVID-19 )
"Pekerjaan kalian (Jabar), misalnya aplikasi Pikobar ini sangat futuristik, menunjukkan bagaimana pemerintah daerah bekerja di masa depan. Setelah COVID-19 berakhir, ini akan menjadi cara pemerintah daerah bekerja secara digital dan cara bekerja kalian akan menjadi pemimpin dalam inovasi," tuturnya.
Chris pun menegaskan bahwa UNDP Indonesia bekerja sama dengan pemerintah pusat terus mendukung warga Indonesia dalam melawan COVID-19. Setelah mengamati dampak kesehatan dan sosial-ekonomi, UNDP pun memberikan masukan dan rekomendasi kepada pemerintah daerah.
"Mendengar (paparan) langsung dari Anda (Ridwan Kamil) sungguh luar biasa. Seperti yang Anda sebut, kita masih mencoba menemukan solusi yang tepat, itu sebabnya setiap hari kita semua masih belajar," tandasnya.
(wib)
tulis komentar anda