Mahasiswa Harus Bentengi Diri dari Ideologi Intoleran dan Radikalisme
Selasa, 30 Agustus 2022 - 20:42 WIB
“Jadi kita semua harus bisa menciptakan Indonesia yang tangguh, maju, dan jaya. Jangan mau dipecah belah oleh kepentingan siapapun. Kalian itu saudara, bukan satu darah, bukan satu agama, tapi saudara satu bangsa,” tandas Nisan.
Ia menguraikan, bahwa Indonesia didirikan dengan susah payah dan Indonesia merdeka bukan karena pemberian dari penjajah, tapi diperjuangkan para pahlawan bangsa. Bukan hanya harta dan benda, tetapi nyawa.
“Founding fathers kita sudah merebut dan mempertahankan. Sekarang kita tinggal mengisi. Kalau kita yang mengisi enggak benar, nanti negara kita akan tercabik-cabik menjadi negara pecahan. Termasuk oleh ideologi intoleran dan radikalisme yang mau mendirikan Indonesia menjadi negara agama,” tegasnya.
Dia berharap, melalui kegiatan kuliah umum ini, para mahasiswa, khususnya mahasiswa dan mahasiswa Unpri Medan bisa meningkatkan rasa cinta tanah air, bela bangsa, dan semakin mencintai Indonesia. Mereka juga bisa melanjutkan perjuangan dan cita-cita para founding fathers bangsa.
“Founding fathers bangsa mendirikan negara ini dengan sangat luar biasa dengan empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Kalau kita dulu mendirikan negara berdasarkan agama, mungkin Bali enggak mau masuk Indonesia, mungkin Papua tidak mau, Maluku, bahkan mungkin Sumatera Utara (Medan) juga tidak mau,” tutur Nisan.
Ia menegaskan, bahwa Pancasila itu sangat luar biasa dengan mencontohkan saat melakukan kunjungan ke Belgia, Belanda, dan Luxembourg. Menurutnya, tiga negara itu dulu satu negara, tetapi mereka pecah akibat perbedaan paham agama.
Ia juga mengaku pernah ke Rusia yang dulu bernama Uni Soviet. Sama juga, Uni Soviet pecah karena beda paham agama. Juga Korea Utara dan Korea Selatan, mereka pecah karena beda paham ideologinya.
“Kenapa negara-negara itu pecah? Karena mereka tidak memiliki ideologi yang kuat seperti Pancasila,” tegas Nisan.
Ia menegaskan lagi bahwa Pancasila adalah ideologi terbaik dan seluruh anak bangsa harus bersatu untuk untuk melawan ideologi-ideologi transnasional, terutama ideologi agama, yang ingin menggantikan Pancasila. Pasalnya agama hanya dijadikan kedok kelompok teroris untuk mewujudkan tujuannya.
“Karena teroris tidak ada hubungannya dengan agama. Mereka menggunakan jubah atau ayat-ayat agama untuk kepentingannya, tapi tidak ada agama apapun yang menghalalkan pembunuhan, kekerasan, tidak ada. Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan menghalalkan darah orang lain mengkafirkan orang lain,” ungkapnya.
Ia menguraikan, bahwa Indonesia didirikan dengan susah payah dan Indonesia merdeka bukan karena pemberian dari penjajah, tapi diperjuangkan para pahlawan bangsa. Bukan hanya harta dan benda, tetapi nyawa.
“Founding fathers kita sudah merebut dan mempertahankan. Sekarang kita tinggal mengisi. Kalau kita yang mengisi enggak benar, nanti negara kita akan tercabik-cabik menjadi negara pecahan. Termasuk oleh ideologi intoleran dan radikalisme yang mau mendirikan Indonesia menjadi negara agama,” tegasnya.
Dia berharap, melalui kegiatan kuliah umum ini, para mahasiswa, khususnya mahasiswa dan mahasiswa Unpri Medan bisa meningkatkan rasa cinta tanah air, bela bangsa, dan semakin mencintai Indonesia. Mereka juga bisa melanjutkan perjuangan dan cita-cita para founding fathers bangsa.
“Founding fathers bangsa mendirikan negara ini dengan sangat luar biasa dengan empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Kalau kita dulu mendirikan negara berdasarkan agama, mungkin Bali enggak mau masuk Indonesia, mungkin Papua tidak mau, Maluku, bahkan mungkin Sumatera Utara (Medan) juga tidak mau,” tutur Nisan.
Ia menegaskan, bahwa Pancasila itu sangat luar biasa dengan mencontohkan saat melakukan kunjungan ke Belgia, Belanda, dan Luxembourg. Menurutnya, tiga negara itu dulu satu negara, tetapi mereka pecah akibat perbedaan paham agama.
Ia juga mengaku pernah ke Rusia yang dulu bernama Uni Soviet. Sama juga, Uni Soviet pecah karena beda paham agama. Juga Korea Utara dan Korea Selatan, mereka pecah karena beda paham ideologinya.
“Kenapa negara-negara itu pecah? Karena mereka tidak memiliki ideologi yang kuat seperti Pancasila,” tegas Nisan.
Ia menegaskan lagi bahwa Pancasila adalah ideologi terbaik dan seluruh anak bangsa harus bersatu untuk untuk melawan ideologi-ideologi transnasional, terutama ideologi agama, yang ingin menggantikan Pancasila. Pasalnya agama hanya dijadikan kedok kelompok teroris untuk mewujudkan tujuannya.
“Karena teroris tidak ada hubungannya dengan agama. Mereka menggunakan jubah atau ayat-ayat agama untuk kepentingannya, tapi tidak ada agama apapun yang menghalalkan pembunuhan, kekerasan, tidak ada. Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan menghalalkan darah orang lain mengkafirkan orang lain,” ungkapnya.
tulis komentar anda