Kisah Kiai Bondoyudo, Pusaka Pangeran Diponegoro yang Menggetarkan Kolonial Belanda

Rabu, 03 Agustus 2022 - 07:00 WIB
Kiai Ageng Bondoyudo memiliki perwujudan ramping, tanpa “luk” atau lekukan. Budayawan Kota Kediri yang konsen urusan tosan aji, Imam Mubarok menyebut dapur Kiai Ageng Bondoyudo perpaduan antara gaya Majapahit dan Mataram.

Bentuk ramping Kiai Bondoyudo merupakan ciri khas tangguh Mageti. Dalam dunia perkerisan, tangguh adalah istilah untuk menyebut asal- usul keris pusaka dibuat. Tangguh melibatkan ciri khas, format atau model dari daerah asal keris dicipta.

Nama Mageti, kata Imam Mubarok adalah penisbatan pada daerah Magetan, Jawa Timur. “Penyebutannya Bondoyudo Tangguh Mageti,” kata Imam Mubarok atau akrab disapa Gus Barok.

Lalu siapa pembuat keris Kiai Ageng Boloyudo bertangguh Mageti itu? Gus Barok menyebut Mpu Guno Sasmito atau Ki Guno Sasmito, yakni empu yang bertempat tinggal di Tegalrejo, Kabupaten Magetan.

Mpu Guno Sasmito merupakan dzurriyah (keturunan) Mpu Supodriyo atau Mpu Supo yang ke-13. Ia hidup di masa Pakubuwono VI. Budayawan Linus Suryadi AG dalam buku Regol Megal Megol Fenomena Kosmogoni Jawa, menuliskan silsilah empu zaman Majapahit dengan menempatkan Mpu Supodriyo pada posisi teratas (tertua).

Mpu Supodriyo memiliki anak bernama Mpu Jokosupo atau Pengeran Sedayu. Pada periode akhir Kerajaan Majapahit, Mpu Jokosupo dikenal sebagai empunya empu. “Dan Mpu Guno Sasmito merupakan keturunan yang ke-13,” kata Gus Barok.

Pada masa Pakubuwono VI, Mpu Guno Sasmito kesohor sebagai empu kraton. Pakubowono VI berafiliasi dengan Pangeran Diponegoro. Ia secara khusus meminta Mpu Guno mengawal persenjataan yang dibutuhkan Diponegoro, terutama keris pusaka dan senjata lain, seperti seking (tombak kecil) serta patrem (keris kecil).

Keris tangguh Mageti buatan Mpu Guno memiliki ciri adanya lafal dzikir tarekat syattariyah. Lafal tersebut terutama dipahat pada “Pesi”, yakni bagian terbawah keris yang tertutup gagang. Logam keris Mageti juga dikenal bagus, yakni berasal perpaduan besi dan baja yang padat.

Saking padatnya, ketajaman keris Mageti konon mampu menembus ketebalan baju zirah. Selain bahan yang bagus, yakni inti besi tanah Jowo atau Jawa, kekuatan keris Mageti dipengaruhi proses pemanasan yang sempurna.

Pada 16 Februari 1830 atau sebulan sebelum ditangkap, Pangeran Diponegoro muncul di Remokamal untuk bertemu Kolonel Cleerens. Keris Kiai Bondoyudo Tangguh Mageti terlihat dibawa panglima perangnya, yakni Mertonogoro.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content